HALSEL, OT - Aktivitas belajar mengajar di Sekolah Dasar (SD), SMP dan SMA Desa Lelei Kecamatan Kayoa, terhenti karena dipalang warga setempat.
Pemalangan itu dilakukan, karena warga kecewa dengan sikap kepala sekolah yang meninggalkan tugas berbulan-bulan serta tidak transparan dalam pengelolaan anggaran sekolah.
Hal ini mendapat respon postif dari, Wakil bupati Halsel Iswan Hasjim, yang langsung turun ke lokasi guna berdialog dengan masyarakat.
"Pemalangannya bukan hanya satu sekolah, akan tetapi tiga sekolah sekaligus, yaitu, SDN 190 Halsel, SMPN 27 Halsel dan SMAN 18 Halsel. Ketiga sekolah tersebut mempunyai persoalan yang berbeda-beda sehingga harus dipalang oleh warga setempat," ujar Wabup.
Setibanya di Desa Lelei, Wabup langsung memerintahkan perangkat Desa Lelei mengumpulkan pihak sekolah dan seluruh warga Lelei guna dilakukan pertemuan di kantor desa.
"Saya mempersilahkan kepada warga terlebih dahulu menyampaikan akar permasalahannya, sehingga sekolah dipalang," jelasnya.
Kata Iswan, salah satu warga, Hayati, yang juga istri dari penjaga sekolah di SDN 190 Halsel, menuturkan satu per satu pokok permasalahannya.
"Untuk Sekolah Dasar (SD), warga menyebut bahwa kepala sekolah meninggalkan tugas hingga 6 bulan lamanya. Kedua, kepala sekolah tidak transparan mengenai Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan yang ketiga, kepala sekolah terlambat membagikan ijazah untuk para siswa selama 6 bulan," kata Wabup mengutip laporan warga.
Sedangkan di SMPN 27, warga tidak mau ada pergantian kepala sekolah, mereka menginginkan kepala sekolah yang lama. Kemudian untuk SMA, Kepala sekolahnya sering meninggalkan sekolah serta tidak transparan mengenai Dana BSM dan Iuran partisipasi siswa.
Setelah mendengarkan seluruh paparan permasalahan dari perwakilan warga, Wabup menyesalkan tindakan pemalangan sekolah di Desa Lelei.
Menurutnya masalah seperti ini harusnya tidak terjadi, sebab dapat diselesaikan dengan duduk bersama tanpa harus mengorbankan masa depan siswa.
"Sekarang kalau sekolah ditutup, siapa yang korban? Apakah kepala sekolah? ataukah para guru-guru? tapi menjadi korban dan rugi adalah anak-anak kita semua yang harus dan wajib mendapatkan pendidikan yang layak" tegasnya.
Dia menegaskan, dalam perkara ini, masyarakat tidak hanya berurusan dengan Pemerintah Daerah akan tetapi sudah berurusan dengan negara. "Kalian secara tidak langsung telah melanggar undang-undang," tegasnya.
"Saya tegaskan, apapun yang terjadi, mulai besok sekolah harus tetap terbuka dan proses belajar mengajar tetap berjalan, mengenai masalah-masalah tersebut, kita selesaikan dalam pertemuan ini, pokoknya besok sekolah harus dibuka kembali," tegas Wabup.
Orang nomor dua di jajaran Pemkab Halael itu mengajak seluruh masyarakat agar setiap masalah sekecil apapun yang muncul di Desa Lelei dapat diselesaikan dengan duduk bersama Tokoh Agama, para Imam, dan perangkat desa guna mencari solusinya. Dengan begitu akan tidak ada lagi yang dikorbankan, kita semua akan menjadikan desa ini sebagai desa yang damai tanpa ada pertikaian lagi.
Akhir pertemuam, seluruh warga Desa Lelei sepakat mau membuka kembali palang sekolah demi keberlangsungan masa depan anak-anak Desa Lelei kedepan.
"Terima kasih Pak Wakil sudah mau datang ke desa kami, sudah mau peduli kepada kami, Alhamdulillah berkat keberadaan Pak Wakil disini membuat sekolah kembali dibuka," ucap salah satu warga Lelei sambil memeluk Wabup.(iel)






