TERNATE, OT – Sebanyak 10 orang guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) 44 Kota Ternate, Provins Maluku Utara (Malut), mogok kerja akibat ulah Kepala Sekolah (Kepsek) yang diduga sering melakukan kekerasan terhadap guru dan siswa.
Dengan adanya langkah mogok kerja para guru ini, membuat orangtua siswa tidak menerima baik karena berimbas pada anak-anak mereka sehingga, Jumat (18/10/2019) pagi tadi belasan orangtua siswa mendatangi sekolah tersebut. Setelah itu, mereka juga mendatangi kantor DPRD Kota Ternate untuk menyampaikan masalah ini.
Saat tiba di kantor DPRD Kota Ternate, para orangtua siswa dan komite sekolah diterima oleh Ketua Komisi III Anas U. Malik dan anggota Nurlela Syarif. Di hadapan wakil rakyat, mereka menyampaikan sejumlah persoalan yang dialami SDN 44 Kota Ternate yang terletak di kelurahan Sangaji, kecamatan Ternate Utara.
Usai pertemuan, Ketua Komite SDN 44 Kota Ternate, Sumiati kepada wartawan mengatakan, keluhan masyarakat yang disampaikan ke komite bukan hanya satu atau dua orang sehingga pihaknya masih bisa menyelesaikan, namun keluhan yang datang sangat banyak.
Yang menjadi masalah saat ini, kata Sumiati, dewan guru mogok mengajar maka berimbas pada siswa.
“Mulai dari kemarin sampai dengan hari ini, guru-guru sudah tidak melakukan belajar mengajar. Masalah ini para guru sudah sampaikan beberapa poin pernyataan ke Dinas Pendidikan (Dispen) sejak hari Senin lalu, namun tidak ditindak lajuti oleh Dinas terkait,” tutur Sumiati.
Masalah lain yang disampaikan oleh orangtua, berupa anggaran rompi siswa-siswi yang telah dipungut sejak lima tahun lalu tapi sampai sekarang rompi tersebut tidak dimiliki oleh para siswa.
“Berdasarkan laporan orangtua siswa, Kepsek meminta uang rompi anak-anak mereka masih kelas dan sekarang sudah kelas 5 rompi tidak ada. Masalah ini, kami dari komite sudah menanyakan dan meminta agar mengembalikan uang yang sudah diterima oleh pihak sekolah,” jelasnya.
Sementara Sekertaris Komite, Nasar Laparinta menambahkan, inti dari permasalahan ini karena siswa-siswi dan orangtua tidak merasa nyaman lagi dalam proses belajar mengajar, karena mogoknya dewan guru sehingga orangtua siswa merasa dirugikan.
"Ini juga bukan hanya masalah mogok mengajar dewan guru, tapi berdasarkan laporan orangtua ternyata ada tindakan kekerasan terhadap siswa yang dilakukan oleh kepala sekolah,” katanya.
Dia menambahkan, orangtua berharap agar proses belajar mengajar di sekolah berjalan normal seperti biasa.
Dilain pihak, salah satu perwakilan orantua siswa, Fitri Rumata menuturkan, setelah pulang sekolah para siswa selalu melaporkan bahwa sering terjadi kekerasan terhadap guru dan siswa.
"Laporan dari anak-anak yang diterima orangtua sudah berulang kali, jika tindakan kekerasan tersebut dilakukan oleh kepala sekolah SDN 44," ungkapnya.
Sedangkan, Anti Lolobesi, yang juga orangtua siswa mengaku, anaknya yang pulang sekolah melaporkan bahwa salah satu guru mereka dipukul oleh kepala sekolah, tapi dirinya belum percaya dengan laporan anaknya karena berpikir hanya iseng anak-anak.
“Setelah saya datang ke sekolah, ternyata sebgian besar orangtua siswa menceritakan hal yang sama, bahwa salah satu guru di sekolah ini dipukul oleh kepsek ternyata benar,” ujarnya.(red)