TERNATE,OT-Di erah globalisasi, reformasi, demokratisasi dan transparansi informasi dewasa ini, PKI sekarang yang motori Aidit junior (Putra DN ketua PKI) sudah mulai berani bergerak menggalang opini guna membelokkan fakta sejarah dengan mengadakan Simposium Nasional Tragedi 1965, 19-04-2016.
Pengikut Komunis ini memanfaatkan peluang ini untuk kembali menawarkan ideologi komunis kepada bangsa Indonesia, sebagai ideologi alternatif. Rencana kebangkitan PKI bergerak kembali ternyata bukan isapan jempol bergerak dalam senyap.
Melalui diskusi publik dengan tema; “Bahaya Laten Kebangkitan PKI, Ikhtiar Menjaga NKRI”, yang di gagas oleh DPD KNPI Maluku Utara (Malut) yang dipusatkan di Borneo Caffe, Jumat malam (29/9/17), dengan tujuan bagaimana mengenal sejarah kelam bangsa Indonesia serta pemuda masa kini bisa lebih mengenal bahaya kebangkitan komunis.
Dalam pengantarnya, ketua KNPI Malut, Thamrin Ali Ibtahim,
menuturkan, KNPI terus berusaha menumbuhkan gairah diskusi dan budaya Literasi
bagi kaum muda, dalam rangka mempringati hari sumpah pemuda ke-89, termasuk dalam
diskusi ini bagaimana pemuda mengetahui tentang
sejarah kelam bangsa indonesia di masa lampau. Selai itu, KNPI Malut
juga akan melakukan tahapan FGD secara rutin
untuk membahas dan mengusulkan Ranperda Kepemudaan.
Menurut akademisi, Dr. Sahril Ibnu dalam diskusi tersbut
menjelaskan tentang bahaya laten dan konsep yang digunakan PKI desawa ini.
menurutnya, perlu di teliti mengenai
teori tentang kapitalism atau manifesto dari Karl Marx tentang komunis ini. Hampir
diyakini bahwa banyak orang membenci PKI, dan merekea sebetulnya tidak mengerti
konsep yang di mainkan oleh PKI.
Secara rinci Dr. Sahril Ibnu menjelaskan, meretas konsep dan
strategi PKI, ketika bebrbicara tentang sebuah pola, itu ada namanya gerakan
sosial mugmen. Sosial mugmen ini konteksnya PKI Komunis, pada dasarnya mereka
sendiri bingung dan mengakui kegagalannya dalam membangun tingkat
pergerakannya, sehingga mereka bersepakat mengambil konsep dari Karl Marx
sebagai acuan untuk memproteksi sebuah gerakan karena mereka membangun dan
mereka beraviliasi secara global.
”Teori pembangunan ini juga harus dibaca serta di pahami
terutama TNI Polri. Sebab, kita sekarang berada dalam sistem sosial dunia, apa
yang dikatakan hari ini tidak terlepas dari konsep pradigma. Nah, konsepnya
kalau mau dibahas Karl Marx, maka sebetulnya keterlibatan negara yang menjadi
persoalan. NKRI dan Pancasila, selesai. Tapi kita harus ingat, negara kita
menggunakan ideologi. Konsep ideologi ini di adopsi dari negara barat yang
memaksakan sebuah konsep kehidupan yang berbeda, dan akhirnya kita sebagai
bangsa menjadi fatalism semua. Budaya kita tercabak-cabik karena konsep hukum
modern lewat ideologi, demokrasi menggunakan kepentingan individualism.
Sementara kita adalah sebuah kelompok persaudaraan. Ini sangat berbeda,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum HMI cabang ternate, Ismail Maulud
pada kesempatan itu menegaskan, segala aktifitas yang berbau komunis tidak
dibenarkan di negara ini. “Kami dari HMI secara tegas menolak tindakan komunis
PKI terutama di Malut. Apalagi dari histori sejarah, HMI paling di tentang oleh
PKI pada masa itu,” jelasnya.
Selain itu, Kasi Intel Korem 152 Babullah, Armed Suyitno,
memamparkan, kebberadaan dan ancaman PKI di Malut terlihat jelas, dengan
ditandai bebrapa atribut yang telah di amankan baik TNI maupun Polri. Dengan demikian,
kebangkitan PKI merupakan ancaman bersama. Olehnya itu, TNI bersama masyarakat
harus menolak faham PKI khususnya di wilayah malut.
Disku publik yang berlangsung selama 3 jam itu, juga di hadiri sejumlah oganisasi kepemudaan (OKP), perwakilan Polda Malut, Perwakilan Korem 152 babullah dan Wartawan. Ada banyak hal dikupas dalam dialog publik ini.(red)






