Home / Berita / Pendidikan

Prodi Ilmu Sejarah Unkhair Ternate Gelar Kuliah Lapangan di Desa Saria Halbar

Boyong Peneliti Prof Leontine Visser Dari Belanda
16 Maret 2020
Foto bersama usai Kuliah Lapangan di Desa Saria Halbar

HALBAR, OT - Kegiatan kuliah lapangan memang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa. Hal ini karena mahasiswa dapat mengenal langsung persoalan dan konektivitas antara teori dan realitas di lapangan.

Inilah yang mendorong Prodi Ilmu Sejarah Unkhair Ternate mengadakan kuliah lapangan dengan tema "Sejarah dan Tradisi Dalam Pertanian serta Masyarakat Pesisir dan Bakti Sosial Mahasiswa Sejarah".

Kuliah lapangan bersama Prof Leontine Visser ini sendiri dilaksanakan di Kantor Desa Saria, Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat pada 13 hingga 15 Maret 2020.

Kuliah lapangan ini dihadiri oleh Kordinator Program Studi (Kaprodi) Ilmu Sejarah, Jainul Yusuf, beserta dosen Ilmu Sejarah Pheres Sunu Wijeyengrono dan Junaib Umar.

Kegiatan kuliah lapangan Prodi Ilmu Sejarah diawali dengan kehadiran perwakilan mahasiswa dan dosen pada pemutaran film Sahu Harvest Festival karya Prof Leontine Visser dan S. Jouwersma di tempat wisata terintegrasi masyarakat Sahu, Desa Gamtala, Kecamatan Jailolo dan diakhiri di Desa Saria, Kecamatan Jailolo. 

Kunjungan Prof Leontine Visser di Maluku Utara menjadi momen tepat dalam pemahaman kuliah lapangan secara komprehensif.

Prof. Leontine Visser sendiri merupakan seorang Guru Besar dari Universitas Wageningen, Belanda.

Spesialisasi dan keahliannya pada masyarakat Sahu dan coastal society menjadikan kehadirannya sangat tepat untuk membimbing mahasiswa memahami tentang masyarakat pesisir baik dari segi substansi maupun metodologis.

Keberadaan Prof Leontine Visser sendiri memberi masukan penting bagi mahasiswa Ilmu Sejarah.

Dalam pemeparannya, Prof Leontine menyatakan, saat ini, kita harus mulai meneliti desa, karena desa-desa di Halmahera begitu beragam tetapi sangat sedikit pengetahuan dan karya-karya akademis tentangnya.

Hal ini tentu memberi paradigma baru bagi mahasiswa Ilmu Sejarah, bahwa selama ini ada sisi yang terlupakan tentang memahami sejarah dan kebudayaan itu sendiri.

"Masih banyak hal-hal lain di pedesaan Halmahera, baik di pedalaman ataupun pesisir pantai yang belum tersentuh ataupun dilirik menjadi tema-tema penelitian di Maluku Utara," katanya.

Tidak hanya itu, peneliti.specialis suku Sahu ini juga meminta agar jangan malu menggunakan bahasa daerah, "saat ini banyak bahasa daerah Maluku Utara yang telah hilang. anak-anak muda bahkan tidak tahu sama sekali bahasa daerah, contohnya saya saat di Sahu, saat ini saya hanya berbicara Sahu hanya dengan orang-orang tua, anak muda banyak yang sama sekali tidak mengerti bahasa Sahu itu sendiri," aku Prof Leontine.

Terkait dengan tema kuliah lapangan mengenai masyarakat nelayan dan pesisir sendiri, Prof mengatakan, masyarakat pesisir atau nelayan sejak lama, tidak hanya di Indonesia tetapi di banyak tempat selalu terpinggirkan, akses transportasi selalu menjadi alasan utama kenapa marjinalitas kedudukan mereka.

"Contohnya di jaman Belanda saja, untuk urusan belasting atau pajak, pegawai kolonial lebih suka membangun jalan untuk mengurus pajak dan adminsitrasi dengan mereka daripada harus menggunakan perahu menyusuri desa-desa nelayan, dan itupun belum tentu mendapatkan hasil, mungkin karena sedang melaut. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat pesisir selalu diabaikan oleh pemerintah apalagi jika pemerintah tidak focus melakukan pembangunan jalan atau akses transportasi apapun secara menyeluruh," paparnya.

Terkait secara metodologi pencarian data, Prof mengingatkan bahwa, pengalamannya dalam meneliti di Indonesia adalah persoalan statistik. "Seringkali saya menemukan data-data statistic yang berbeda antara satu dengan lainnya, dan jika dibandingkan dengan realitas akan semakin berlainan," ujarnya.

Prof Leontine juga menambahkan, sebagai peneliti kita memang harus peka, dan jika memang diharuskan kita sendiri yang harus melakukan survey untuk mencari data-data statistic yang sesungguhnya berdasarkan pengamatan.

"Memang akan berlaku subyektif tetapi hal ini jauh lebih baik dan setidaknya mencoba mendekati realitas sesungguhnya daripada kita justru mengalami kesalahan statistic," tuturnya.

Persoalan kebahasaan, lanjut.dia, juga menjadi permasalahan dalam penelitian. "Seringkali peneliti hanya menggunakan bahasa pengantar dan tidak mau berbahasa lokal. Padahal, hal ini sungguh serius seperti pengalaman saat penelitian sampah dan kebudayaan di Pantai Gading, Afrika Barat," terangnya.

Menurut penuturannya, masyarakat Pantai Gading menggunakan bahasa daerah dan bahasa Prancis sebagai komunikasinya. "Sedangkan saya hanya menguasai bahasa Prancis. Padahal yang menguasai bahasa Prancis adalah kaum pria itupun yang terpelajar. Permasalahannya adalah justru untuk persoalan sampah sasaran utamanya adalah kaum perempuan yang sangat jarang dapat berbahasa Prancis," ungkap Prof saat memberikan materi.

Di titik inilah, lanjutnya, kita harus memahami aspek bahasa sebagai unsur penting. Penguasaan bahasa daerah Maluku Utara sebagai aspek komunikasi tidak hanya guna persoalan metodologi semata tapi juga bermanfaat untuk melestarikan bahasa itu sendiri.

"Kepekaan mencari ide untuk menggali pemahaman bagi masyarakat nelayan dan pesisir sendiri harus dibuka sedemikian mungkin. Pemahaman untuk metode, alat tangkap, kondisi geografis tangkapan, teknologi, dan lain-lain tidak hanya ditekankan kepada pengetahuan mainstream semata," ungkapnya.

Prof Leontine juga mengatakan, peneliti harus menangkap apa yang sesungguhnya terjadi berdasarkan perspektif nelayan itu sendiri. “Banyak sekali hak-hal yang sepele tapi diabaikan padahal itu penting. Bagaimana nelayan memiliki pemahaman dan pengetahuan sendiri entah berdasarkan tradisi atau pengalaman mereka sendiri. Contohnya navigasi tradisional, teknologi, atau metode seperti melacak keberadaan ikan dengan tahu hanya dari keberadaan angin, arus, atau burung-burung laut," pungkasnya.

Kuliah lapangan ditutup dengan sesi diskusi dan pemberian tugas bagi mahasiswa sesuai arahan Prof Leontine Visser. (thy)


Reporter: Fadli

BERITA TERKAIT