HALTENG, OT- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Halmahera Tengah (Halteng), Maluku Utara melakukan panen perdana padi variates M 400 dan M 70 D, di Trans SP2 Desa Wairoro, Kecamatan Weda Selatan, yang dihadiri langsung Dirjen Tenaga Kerja.
Bupati Halteng Edi Langkara dalam sambutannya mengatakan, baru hari ini dalam sejarah masyarakat transmigrasi Wairoro baru dilaksanakan panen raya, sejak Transmigrasi hadir pada tahun 1992. Dan dihadiri oleh pemerintah pusat.
"Kegiatan ini bagian dari arahan pemerintah pusat terkait dengan penguatan ekonomi, berhubung saat ini berada di tengah bencana Covid-19," kata bupati.
Bupati mengaku, Pandemi Covid-19 ada beberapa segmen, pertama tanggap darurat, segmen kedua penanggulangan kesehatan dan ketiga penguatan ekonomi.
Di segmen penguatan ekonomi ini, pemda Halteng anggarkan Rp 50 miliar. Dari jumlah ini pertanian sebesar Rp 20 miliar, sementara realisasinya belum sampai Rp 10 miliar namun dari hasil yang ditanam kurang lebih 300 hektar lahan yang ditanam padi, dan yang dipanen hari ini 165 hektar.
"Yang akan kita panen hari ini 165 Hektare. Ini merupakan hasil kerja nyata dari pemerintah dan masyarakat Halteng, dan kegiatan ini belum ada sentuhan dari pemerintah pusat karena ini murni dari anggaran APBD Halteng," katanya.
Menurut Bupati, Pemda berkeyakinan dan berkomitmen bahwa petani yang unggul adalah keberhasilan di sektor pertanian dan akan bermuara pada keberhasilan pada sektor lain, termasuk home industri dan Industri kecil.
Lanjutnya, wilayah Halteng ini memiliki tiga sentra produksi di sektor pertanian, antaranya Desa wairoro Kecamatan Weda Selatan, Desa Kobe Kulo Kecamatan Weda Tengah dan Trans Wale Kecamatan Weda Utara. Namun dalam sejarah pertanian di Halteng, Wairoro ini yang lebih unggul dari 2 Trans tersebut.
"Saya tidak tahu apakah tanah Wairoro lebih bagus atau petaninya yang unggul ataukah pemerintah yang cenderung terlalu perhatian terhadap warga Wairoro. Yang jelas saya yakin petaninya yang lebih bagus," tutur Politisi Golkar ini.
Wasekjen DPP Golkar ini juga mengatakan, setelah diambil sampel oleh Dinas dari seluruh padi variates yang ada ini, ternyata satu hektar itu mendapatkan 13 ton.
"Kalau bibit padi biasa hanya maksimum 4 ton per hektar, dan bibit M 70D ini maksimum 12 ton paling rendah 8 ton per hektar," katanya.
Buapati berharap, setelah panen agar ini diolah bagaimana cara untuk kedepan petani lebih unggul karena tidak mungkin tiap tahun pemerintah akan memberikan bantuan. Dengan ini paling tidak kedepan petani sudah mandiri lewat pengalaman empirik selama 4 bulan," tutupnya.(red)



