Home / Nusantara

Kepala Balai Wilayah Sungai Malut Safari Lapangan ke Kabupaten Halut

24 Juli 2020
Rombongan safari BWS Maluku Utara saat meninjau salah satu proyek di Kecamatan Galela

HALUT, OT- Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku Utara (Malut) melakukan safari lapangan ke Kabupaten Halmahera Utara (Halut), di beberapa lokasi, yakni ke Galela di Danau Duma, meninjau proyek rehabilitasi dan penyempurnaan Unit Air Baku Farm 7. 

Selain itu, BWS Malut juga hadir di acara penyerahan pekerjaan Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI), serta ke lokasi proyek Peningkatan Jaringan Irigasi D.I Toliwang, Kao Barat.

Danau Duma menjadi lokasi pertama kunjungan rombongan BWS Malut, pada Senin (20/7/2020). Hari itu, di lokasi Danau Duma sedang diadakan pekerjaan pemeliharaan rutin oleh Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan SDA II. Tampak alat berat dan sejumlah petugas sedang bekerja melakukan pembersihan permukaan danau yang ditumbuhi eceng gondok.

Kepala BWS Malut, Bebi Hendrawibawa didampingi Kasie OP, Kasatker OP dan PPK OP SDA II memberikan arahan teknis terkait pekerjaan pembersihan enceng gondok, kepada direksi dan pengawas proyek. 

“Danau Duma memiliki nilai sejarah dan daya tarik. Danau tersebut jika dikelola dengan baik, akan memiliki fungsi yang baik untuk ekonomi masyarakat. Namun, pertumbuhan penduduk dengan aktivitas yang tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan resiko, pertumbuhan lahan eceng gondok akibat limbah domestik,” ucap Bebi Hendrawibawa.

Danau Duma sebagai danau terbesar di Malut dengan luas mencapai 410 hektare ini, 60 persen telah diselimuti oleh enceng gondok. Hal ini merupakan persoalan yang sedang dihadapi masyarakat, khususnya pemerintah Halut. 

Selain itu, pengaruh antara kerusakan lingkungan dan pertambahan jumlah penduduk juga menjadi konsen dari Kepala BWS Malut. 

“Jika lereng-lereng dibangun pemukiman, maka air hujan akan membawa sedimentasi dan itu bisa merugikan ekosistem danau ini. Sinergi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat serta masyarakat Halut khususnya masyarakat Galela sangat penting untuk menghadapi persoalan ini,” ajak Bebi.

Menurut ahli mikrobiologi Jubhar, C. Mangimbulude, Ph.D yang juga hadir saat kunjungan rombongan BWS Malut, Danau Duma juga cukup unik, hal ini dikarenakan danau ini dikelilingi kurang lebih 13 desa, sehingga pembuangan limbah domestik banyak di sini. 

“Kita tahu limbah domestik kaya nitrogen dan fosfat, komponen ini adalah komponen yang sangat menyuburkan laju pertumbuhan eceng gondok, kalau kita tidak mengambil langkah untuk mengurangi populasinya, maka dalam waktu lima tahun, seluruh permukaan danau ini kurang lebih 300-400 hektar danau akan tertutupi eceng gondok. Dan implikasi dari yang menutup permukaan danau ini adalah akan mengubah kualitas air itu sendiri,” terang alumnus Universitas Kristen Satya Wacana tersebut.

Balai Wilayah Sungai Malut sebagai unit pelaksana teknis dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, terus berupaya untuk mengatasi persoalan di Danau Duma. Lambat laun, warga sekitar sudah mulai menjaga. Tak lagi mencuci pakaian menggunakan deterjen di lokasi danau. Sebab, deterjen akan mempercepat pertumbuhan eceng gondok. 

Kata Jubhar, masalahnya tidak hanya terletak pada pertumbuhan populasi enceng gondok saja, melainkan juga penurunan permukaan air Danau Duma.

Pihaknya telah melakukan kajian terhadap Danau Duma dan menemukan bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, Danau Duma telah turun sebanyak 1.5 meter. 

“Ketinggian permukaan air yang turun tersebut jika dikalkulasikan dengan luas permukaan danau, maka terdapat 4.6 juta meter kubik atau 4,6 miliar liter air telah hilang dari Danau Duma,” jelasnya.

Pekerjaan pemeliharaan rutin dari Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan SDA II, BWS Malut tersebut adalah bagian dari upaya konservasi air dari Kementerian PUPR untuk melakukan revitalisasi Danau Duma dari ancaman penurunan kuantitas dan kualitas air.

Rombongan safari BWS Malut kemudian melanjutkan perjalanan dari Danau Duma menuju lokasi pekerjaan Rehabilitasi dan Penyempurnaan Unit Air Baku Fram 7 Galela. 

Lokasi proyek unit air baku yang diresmikan pada 2016 itu kini dalam kondisi kurang optimal, dikarenakan faktor alam sehingga dibutuhkan pekerjaan rehabilitasi dan penyempurnaan. 

Dalam kunjungan tersebut, Kasatker Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan (PJPA), Idhar Sahdar, langsung memimpin rombongan menuju lokasi pekerjaan. 

“Pekerjaan ini adalah upaya BWS Malut untuk mengoptimalkan dan memaksimalkan infrastuktur Air Baku guna melayani kebutuhan air di Galela, khususnya di Desa Ngidiho, Limau, dan Desa Lolonga,” ujar Idhar.

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan jalan inspeksi, intake, bak saring dengan kapasitas 42 meter kubik, jaringan pipa, perbaikan reservoir berkapasitas 350 meter kubik. Idhar menjelaskan, pekerjaan ini nantinya akan berdampak langsung kepada masyarakat untuk keperluan sehari-hari. 

“Pekerjaan unit air baku Fram 7 Galela ini akan melayani 430 kepala keluarga dengan output 1.497 meter dan outcome sebesar 0,03 meter kubik per detik,” jelasnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Halmahera Utara Samud Taha Sangaji menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada Kementerian PUPR, Ditjen Sumber Daya Air, khususnya BWS Malut yang sudah berupaya mengalokasikan anggaran untuk merevitalisasi Danau Duma. 

“Kami sebagai pemerintah daerah terus mendukung hal-hal yang memang dilakukan demi mengembalikan keadaan Danau Duma Galela seperti semula, terutama pembersihan eceng gondok yang telah menutupi sebagian besar permukaan Danau Duma,” ucap Samud.

Safari kemudian dilanjutkan pada Selasa (21/7/2020). Tarian cakalele menyambut rombongan BWS Malut dan Bupati Halmahera Utara Frans Maneri, di Desa Margomulyo, Kecamatan Kao Barat. Dalam acara Penyerahan Pekerjaan P3-TGAI Tahap I.  

Acara tesebut juga dilangsungkan bersamaan dengan “Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Antara PPK OP SDA 2 dengan Kelompok Penerima P3-TGAI Tahap II WS Halut” tahun anggaran 2020.

PT3GAI adalah salah satu program berbasis masyarakat yang dilaksanakan secara padat karya tunai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melalui BWS Malut. 

P3-TGAI dilaksanakan untuk mendukung kedaulatan pangan nasional sebagai perwujudan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik sebagaimana termuat dalam program Nawa Cita ketujuh, melalui pemberdayaan masyarakat petani dalam perbaikan, rehabilitasi, dan peningkatan jaringan irigasi secara partisipatif di wilayah pedesaan. 

Pada acara yang dihadiri oleh sejumlah pejabat pemda dan pejabat pemerintah pusat yakni BWS Malut, turut hadir Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Halut Daud, S.P.,M.Si, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Halut, Wilson Alexander, ST, MT mendampingi Bupati Halut. 

Acara dibuka secara resmi oleh Bupati Halut. Dalam sambutannya, ia memberikan apresiasi terhadap BWS Malut dan berharap kegiatan-kegiatan seperti ini dapat terus  berkelanjutan. 

“Kegiatan seperti ini tentunya dapat meningkatkan produktivitas masyarakat petani, terutama dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian mereka, khususnya di suasana pandemik COVID-19 ini, sehingga keberlanjutan dari program ini sangat diharapkan adanya terutama bagi masyarakat Halmahera Utara, khususnya masyarakat di Kecamatan Kao Barat ini,” ucap Frans. 

Kepala BWS Malut, dalam sambutannya mengatakan program P3-TGAI adalah amanat dari Permen PUPR No. 24/2017 tentang Pedoman Umum P3TGAI, sehingga kegiatan ini adalah kegiatan padat karya berbasis peran serta masyarakat petani yang dilaksanakan oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air/Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A) atau Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A). 

Kegiatan ini bermaksud untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat terutama P3A untuk berkontribusi bagi ketahanan pangan di Halut. 

“Dari berlangsungnya program P3-TGAI oleh BWS Malut, Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR, besar harapan kami ketersedian pangan dan beras dapat berlimpah sehingga visi Indonesia hebat dapat tercipta dan dirasakan langsung oleh masyarakat di bumi Halut,” tegas Bebi. 

Kepala Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air, BWS Malut, Indra Kurniawan, ST. MT menjelesakan program P3-TGAI WS Halut ini memiliki kelompok penerima yang tersebar tujuh Daerah Irigasi, empat Kabupaten/Kota, tujuh kecamatan dan dua puluh lima desa. 

“Pada pelaksanaannya, 46 kelompok di bagi menjadi tiga tahap, di mana tahap pertama sebanyak 16 kelompok P3A penerima di 13 Desa. Penerima ini tersebar pada tiga kabupaten, yaitu, Kabupaten Halbar, Kabupaten Halmahera Utara, dan Kabupaten Pulau Morotai,” ungkap Indra.

Kepala Desa Margo Mulyo, dalam sambutannya ia turut mengapresiasi suksesnya P3TGAI ini. Ia juga memaparkan beberapa kebutuhan warga di desanya terkait pengembangan jaringan irigasi dan bendung dan juga kebutuhan lainnya terkait pertanian masyarakat Desa Margo Mulyo.

Usai itu, rombongan kemudian menuju ke tempat pekerjaan Peningkatan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Toliwang Tahun Anggaran 2020. 

Kepala Satuan Kerja PJPA, Idhar Sahdar, mengatakan ini merupakan proyek padat karya dengan melibatkan masyarakat sekitar untuk terlibat langsung bekerja dalam pembangunan jaringan irigasi. 

“Dalam pelaksanaan kegiatan ini, kita melibatkan masyarakat yang notabenenya adalah masyarakat sekitar Daerah Irigasi Toliwang, untuk membantu taraf hidup mereka,” tuturnya.

Bebi Hendrawibawa menambahkan, pekerjaan peningkatan jaringan irigasi Toliwang ini manfaatnya sangat besar bagi masyarakat. 

“Jaringan irigasi ini diharapkan bisa meningkatkan produksi padi di Kecamatan Kao Barat, sehingga cita-cita ketahanan pangan di Maluku Utara dapat kita wujudkan bersama,” tutupnya.(red)


Reporter: Fauzan Azzam

BERITA TERKAIT