Home / Nusantara

Coffe Morning Bersama Pewarta, Kemenag Provinsi Malut Ajak Junjung Jurnalisme Damai

15 Juni 2021
Coffe morning Kanwil Kemenag Malut bersama awak media

TERNATE, OT - Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Maluku Utara  melalui Sub Bagian Ortala dan KUB menggelar dialog terbuka yang dikemas melalui coffe morning bersama  awak media, bertempat di gedung Asrama Haji, Selasa (15/6/2021).

Kegiatan coffe morning yang dilaksanakan Kemenag Provinsi Malut merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan untuk membangun sinergitas bersama insan pers dengan tajuk "Jurnalisme Damai".

Dalam dialog itu menghadirkan wartawan senior sebagai narasumber seperti, Mahmud Ici, Abdul Fatah dengan pemandu dialog Safri Kamaria atau lebih akrab disapa Bung Chapy.

Kasubag Ortala dan KUB Kanwil Kemenag Malut, Safri Kamaria menyampaikan apersiasi dan rasa terimakasih kepada insan pers di Maluku Utara yang mengambil peran penting untuk menjaga isu-isu konflik misalnya isu SARA isu agama dan lainnya.

"Sebuah apersiasi kami sampaikan kepada rekan-rekan media, baik elektronik, cetak, maupun TV. Terlebih mengingat pengaruh pekrembangan zaman, teknologi semakin berkembang pesat didorong dengan meningkatkan pengguna media massa yang instens menyebar isu SARA," ujar Chapy.

"Tentu peran teman media sangat penting dalam menepis informasi tersebut dengan mengcroscek fakta rill," kata Bung Chapy.

Selain itu dalam kondisi seperti itu tidak dapat dipungkiri menjadi sesuatu yang dilema bagi teman-teman, dimana informasi tersebut menjadi isu seksi bagi suatu media.

Beberapa waktu lalu seperti kejadian di Kepulauan Morotai tentang dugaan pembabtisan massal kemudian kejadian di Halmahera Barat konflik antara kampung yang mengarah pada konflik agama.

Namun strategi media di Media Malut yang tidak ikut serta dalam mengahagatkan permasalahan tersebut. Tentu mengambarkan peran insan pers yang luar biasa dalam menjujung jurnalisme damai.

Suasana dialog

Sementara, Mahmud Ici mengemukakan, jurnalisme damai menjadi sebuah kewajiban baik yang harus dimiliki oleh perusahaan media maupun wartawan. Sebab, jurnalisme damai mestinya berangkat dari wartawan yang punya jiwa dan pikiran yang damai sehingga dalam tulisannya, bisa membawa kedamaian. Selain wartawan, perusahaan media juga harus punya semangat kedamaian.

Lanjut dia, semangat itu harus dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan media tersebut sehingga konten berita atau informasi yang diproduksi juga membawa kedamaian.

"Kehadiran media itu memiliki dua peran, bisa menjadi penerang dan penenang. Jangan sampai peran media itu dibalik menjadi sumber konflik dan ketegangan," ungkap pria kelahiran Desa Samo.

Saat ini, kata Mici, pekerjaan berat bagi organisasi media adalah bagaimana memberi pemahaman yang baik kepada wartawan tentang menulis isu-isu sensitif yang mengarah ke konflik.

Wartawan senior itu mengakui, memang menulis tanpa konflik tidak akan menarik. Karena konflik itu bagian dari upaya membuat berita menjadi menarik. Tetapi, wartawan atau media harus mengelola informasi atau konflik itu menjadi satu solusi, bukan menimbulkan suatu masalah baru.

"Apapun alasannya, wartawan dilarang menulis narasi yang langsung ke isu SARA," tegasnya.

Di penghujung dialog, para wartawan senior itu berterima kasih kepada Kanwil Kemenag Malut yang telah berinisiatif menggelar dialog tentang Jurnalisme Damai yang kesekian kalinya.

 (ier)


Reporter: Irfansyah
Editor: Fadli

BERITA TERKAIT