TIDORE, OT- Aksi unjuk rasa yang dilakukan sejumlah elemen gerakan di Kota Tidore Kepulauan diantaranya PMII, LMND, Mahasiswa Kampus Nuku, Mahasiswa Kampus STIMIK, dan Mahasiswa Kampus Unibra dan puluhan masyakarat dari Kelurahan Akelamo dengan titik aksi salah satunya Kantor Wali Kota Tidore Kepulauan, Senin (9/10/2017) s iang tadi, berakhir ricuh.Elemen Gerakan yang menamai dirinya Amanat Mahasiswa Peduli Rakyat (Ampera) yang datang ke Kantor Walikota dan diterima Wakil Wali Kota Muhammad Sinen, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tidore Kepulauan Thamrin Fabanyo dan sejumlah dinas teknnis, dengan membawa tuntutan terkait persoalan kelapa Genja yang ada di Kelurahan Akelamo, Kecamatan Oba Tengah.Wakil Wali Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen, saat menemui pendemo dan meminta agar ada koordinator untuk maju kedepan untuk mewakili masa aksi sekaligus menyampaikan pokok dari aksi yang dilakukan hari ini, namun kelihatan dari masa aksi saling tunjuk dan menolak untuk maju kedepan.Setelah ada salah satu dari masa aksi yang maju kedepan barulah Wakil Wali Kota Tidore mempersilahkan agar masa aksi menyampaikan pokok dari aksi, serta salah satu masyarakat Kelurahan Akelamo untuk berbicara.Masa aksi kemudian mempertanyakan soal perjanjian ganti rugi lahan tanaman masyarakat di lokasi penggusuran yang dilakukan oleh PT. Tidore Sejahtera Mandiri (PTSM) dan status tanah pemerintah, karena masyarakat sampai saat ini belum melihat sertifikat atau dokumen penyerahan tanah dari Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah kepada Pemerintah Daerah Kota Tidore Kepulauan.Wakil Wali Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen kemudian menanggapi keluhan masyarakat tersebut, bahwa berdasarkan perjanjian pada demo sebelumnya yang dilakukan 3 bulan lalu, untuk ganti rugi tanaman masyarakat akan dilakukan pada tahun 2018.Lanjut Wawali, sementara untuk dokumen tanah pemerintah sudah 95% dalam tahapan pengurusan, dari badan pertanahan sendiri sudah mengurus dokumen tanah pemerintah yang ada di Kelurahan Akelamo seluas 230,79 ha.Masa aksi yang tidak puas dengan penjelasan Wawali Muhammad Sinen kemudian memilih meninggalkan ruang aula kantor Walikota bersama seluruh masa aksi.Sebuah insiden saling tarik menarik dan sempat adu jotos pada saat mahasiswa yang memaksa salah satu masa aksi yaitu masyarakat, yang mempunyai lahan yang sudah sangat tua untuk ikut bersama. Namun karena tarik menarik kemudian Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) menarik sejumlah mahasiswa dan terjadilah saling dorong dan adu jotos yang menyebabkan kaca pintu aula kantor Walikota pecah.Masa aksi kemudian meninggalkan kantor Walikota dan menuju ke kantor DPRD Tikep untuk melanjutkan aksi. Dan dari pantauan Indotimur.com, aksi berakhir pada pukul 18.30 Wit.