Home / Opini

Wali Kota Untuk Gibran, Sekarang Apa Nanti?

Oleh: Helmi Alhadar (Dosen Ilmu Komunikasi UMMU)
03 Oktober 2019
Helmi Alhadar

KEINGINAN putra Presiden Jokowi, Gibran, untuk maju di Pilwako Solo masih sangat mungkin terjadi sekalipun PDIP telah "menutup" pintu untuk mengusung Gibran dengan lebih memilih Achmad Purnomo dan Teguh Prakoso sebagai calon yang direkomendasikan oleh 5 DPC PDIP Surakarta. 

Keengganan PDIP untuk merekomendasikan putra sulung Presiden tersebut terkesan dikuatkan oleh pernyataan dari Ganjar Pranowo yang menyarankan untuk Gibran tidak harus maju sekarang, mengingat kesempatannya masih ada di masa-masa mendatang karena usianya juga masih muda. Dimana hal ini juga pernah diutarakan oleh elit PDIP lainnya termasuk Rudyatmo. 

Padahal sebelumnya ada kesan Gibran masih diberi "kesempetan" dengan syarat harus miliki kartu anggota PDIP sehingga si pengusaha martabak tersebut buru-buru mengurusnya. Memang posisi Gibran menjadi serba salah. Maju sekarang terkesan memanfaatkan nama Jokowi sekalipun sekarang posisi politik ayahnya pun tengah sulit setelah berencana menerbitkan Perppu terkait pembatalan UU KPK yang baru akibat tekanan mahasiswa dan masyarakat luas. 

Meskipun begitu mungkin momentum untuk Gibran bertarung di Solo adalah sekarang. Melihat realitas tersebut,  kemungkinan kita bisa menduga partai lain akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengusung Gibran masih mungkin terjadi, mengingat selain PDIP yang memiliki 30 kursi, Golkar yang punya 3 kursi dan PSI punya 1 kursi sudah mengisyratkan bersedia mengusung bapaknya Jan Etes itu. 

Sementara syrat untuk mengusung pasangan harus punya 9 kursi. Dengan begitu, partai-partai oposisi seperti Gerindra, PAN dan PKS kemungkinan akan ikut bergabung bersama Golkar dan PSI untuk Gibran, apalagi kalau partai-partai tersebut tidak menemukan figur yang memadai untuk melawan pasangan yang diusung PDIP di kandang Banteng.

Bahkan PSI sudah mengisyaratkan akan berusaha maksimal mengusung Gibran sekalipun lewat jalur indpnden. Nah, masalahnya apa Gibran mau diusung oleh partai lain dan akan melawan PDIP yang baru saja dia mendaftarkn diri sebagai kader.

Lalu bagaimana sikap PDIP menghadapi masalah ini? Bagaimana juga dengan Jokowi yang sekarang ini tengah menghadapi kemungkinan hubungan yang kurang memuaskan dengan PDIP sebagai parpol pengusung utama pasca gagalnya revisi UU KPK yang gagal disahkan, ditambah lagi dengan Presiden tengah menghdapi persoalan yang begitu banyak. Alhasil, posisi Presiden pun bertambah rumit. 

Lepas dari itu semua, menarik untuk kita nantikan Pilkada Solo kalau Hibran tetap maju bersaing dengan jagoan yang diusung PDIP. Tapi kemungkinan hal ini menjadi sangat sulit mengingat akan sangat beresiko untuk hubungan Presiden dan PDIP.(red)


Reporter: Fauzan Azzam

BERITA TERKAIT