Home / Opini

Ada apa dengan Filsafat?

Oleh : Ahlan Mukhtari Soamole, MT*
20 November 2021
Ahlan Mukhtari Soamole

Akhir-akhir ini kita disuguhkan dengan perdebatan antar kaum memihak Agama menafikan filsafat namun beragama, dan kaum sainstis, mengurai problem secara filosofis dan Agama.

Klaim-klaim kebenaran terjadi di tengah pergulatan pemikiran intelektual, cendekiawan bahkan professor terlibat di dalamnya, bukan hal baru, pergulatan demikian tentu mengantarkan kita pada masa abad kegelapan menandai otoritas Agamawan dan tragedi pembunuhan ilmuwan sebagaimana Galileo Galilei, kematian itu menjejaki keyakinan setiap otoritas klaim kebenaran adalah total tak bisa diganggu gugat.

Kerap filsafat dipojokkan sebagai pertapaan, permenungan semata. Jauh daripada itu, klaim Agama bahwa filsafat adalah jalan untuk membuat seseorang ateis mempercayai Tuhan tidak ada.

Sains sebaliknya mengungkapkan bahwa kebenaran  adalah tahap-tahap pembuktian ilmiah, metodis. Harus sedari  pergulatan  pemikiran klaim kebenaran tersebut merupakan sisi lain proses kehidupan dalam asketika memperoleh kebenaran.

Secara mendasar filsafat adalah jembatan menghubungkan sains dan Agama. Filsafat adalah jalan utama menuju jalan-jalan berikutnya. Para ahli menyebutkan filsafat adalah induk daripada ilmu pengetahuan.

Filsafat menurut Will Durant dalam J. Suriasumantri (2001). Filsafat diibaratkan pasukan marinir merebut pantai untuk pendaratan pasukan infantri. Pasukan infantri ini adalah sebagai pengetahuan di antaranya adalah Ilmu.

Filsafat menenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuwan. Tak disangkal filsafat berperan penting dalam menciptakan irama dan melodi atau seperti rumah, filsafat adalah atap, fondasi dan dinding rumah sedangkan kamar-kamar tersedia itu adalah ilmu. Sains amat membutuhkan filsafat untuk memperbarui ruang kamar terus-menerus. Maka, sains disebut sebagai salah satu ilmu mengalami perkembangan kemajuan ketimbang ilmu sosial.

Semestinya pergulatan-pergulatan pemikiran terhadap klaim kebenaran itu dikembangkan dalam satu level ‘toleransi’ kecenderungan untuk menciptakan pembaruan dalam ilmu pengetahuan. Berarti Agama, Filsafat dan sains terintegrasi. Sebagaimana, ungkap Comte perkembangan pemikiran manusia memulai dari theologi, metafisika, positivisme. Namun, Comte terhenti pada positivisme kemudian meniadakan 2 perkembangan antara theologi dan metafisika. Perkembangan pemikiran Agama, filsafat adalah suatu dasar moralitas, etika pada gilirannya menopang sains.

Para saintis kini mengintegrasikan filsafat dalam etika keilmuwan terdapat etika biomedis, etika teknik, etika ekonomi, pada mula adalah ilmu ekonomi. Jujun Suriasumantri mengatakan filsafat moral sebagai pengembangan awal ilmu ekonomi. Filsafat merupakan inti konstruksi keilmuwan, meletakan aspek ontologis, epistemologis,  dan aksiologis.

Pada setiap objek , baik segi sains maupun Agama. Pergulatan tiada akhirnya akibat ruang dialektika sians, Agama, dan filsafat tertutup oleh otoritas klaim kebenaran Agama maupun sains. Kebenaran pada Agama, filsafat sains berbeda. Filsafat menyiapkan dasar cinta harmoni dan kebijaksanaan sebagai syarat mempercayai, meyakini kebenaran Agama. Filsafat dan sains 2 pertautan tak dapat memisahkan satu dengan lainnya sebagaimana ungkapkan Wil Durant pasukan marinir dan infantri.

Marinir adalah filsafat sedangkan infantri adalah ilmu (sains). Dapatkah Agama, filsafat, sains menjadi satu ? jawabannya dapat saja disatukan memungkinkan filsafat Agama, Sains, mengacu kembali moral of philosofy dan natural philosopy sehingga perkembangan ilmu pengetahuan berada dalam keharmonian, menciptakan kebenaran dalam satu keyakinan terintegrasi antara Agama, filsafat dan sains.

Kebenaran mencakup kebenaran mutlak (Agama), kebenaran relatif (Filsafat) meliputi pertapaan, perenungan, kesangsian. Dan kebenaran sains meliputi kebenaran koherensi, korespondensi, pragmatis. Sains merupakan cakupan kebenaran metodis menghubungkan antara koherensi, dan korespondensi.

Berbagai kebenaran itu merupakan proses untuk menerima setiap kebenaran ilmu pengetahuan secara terbuka, multidimensional. Berkata Francis Bacon keraguan adalah awal dari kepastian. Bukankah setiap perbedaan, keraguan merupakan upaya kepastian untuk menuju kebenaran.

*Penulis adalah pegiat belajar Filsafat. Dan literasi sains.(penulis)


Reporter: Penulis
Editor: Fadli

BERITA TERKAIT