TIDORE, OT - Sultan Tidore Husain Sjah meminta kepada PT. Aneka Tambang (ANTAM) yang beroperasi di Kabupaten Halmahera Timur (Haltim) Propinsi Maluku Utara untuk segera menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan yang terjadi di lokasi Moronopo.
Hal ini terkait dengan kunjungan silaturahim General Manager Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) PT. ANTAM Malut Ery Budiman bersama rombongan di kadaton Kesultanan Tidore beberapa waktu lalu.
Menurut Sultan Tidore, masuknya investasi di Maluku Utara bisa saja, namun jangan sampai merusak lingkungan, maka dari itu, "saya mengingatkan kepada pak Ery dan rombongan bahwa alam ini adalah mahluk Tuhan, dia pun mengabdi kepada Tuhan, serta menyerahkan dirinya sebagai hamba Allah untuk di ekploitasi, dan nantinya akan meminta pertanggungjawaban,” tegas Sultan Tidore Husain Sjah.
Kata dia, di depan mata, lahan Moronopo sudah menjadi lumpur dan menyebabkan kerusakan lingkungan, sehingga dirinya meminta kepada pihak perusahan agar berbaiklah dengan alam. "Secara formal pak Ery bertanggungjawab sampai ke Pusat, bahkan Negara, namun kami yang ada saat ini juga akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Tuhan jika membiarkan hal ini terjadi," ungkap Husain Sjah.
Sementara, General Manager Unit Bisnis Pertambangan Nikel PT. ANTAM Malut Ery Budiman mengatakan, lahan Mornopo yang sudah menjadi lumpur itu, dikarenakan cuaca di seputaran lahan tersebut memang sangat esktrim beberapa waktu ini, dan Pihak ANTAM sedang melakukan upaya melakukan Good Meeaning Praktisi.
Menurut Ery, Good meeaning Praktisi yaitu dalam proses penambangan dan pengangkutan masih tetap dengan melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan.
"Kami juga sudah melakukan koordinasi dengan DIbas Lingkungan Hidup Provinsi maupun Kabupaten Kota untuk meminta masukan kepada mereka agar dapat meningkatkan pengelolaan lingkungan,” ungkap GM UBPN PT. ANTAM Malut.
Lanjutnya, dalam pengelolaan lingkungan akan dilakukan penambahan alat untuk melakukan pengarukan agar nantinya sungai tidak dicemari lumpur tambang Moronopo. "Kami tidak mau sungai tersebut dicemari lumpur tambang Mornopo," terang Ery.
Selain itu, upaya menanam pohon mangrove yang dilakukan pada tahun 2016 akan tetapi masih kecil dan tidak bisa berkembang diakibatkan sudah terendam lumpur. sehingga “kami berencana mengundang konsultan dan ahli lingkungan untuk sama-sama kita kaji,” ucap Ery.
Dia menjelaskan, sungai Moronopo itu direncanakan akan dilakukan reklamasi, dan sudah disetujui oleh ESDM yang akan dilaksanakan di tahun 2023 mendatang, serta hal ini sudah ditanggapi dari Kementerian ESDM, dan mereka akan mengkaji lumpur Moronopo, bagaimana cara pengelolaannya, serta melakukan pengambil sampel lewat foto udara.
(Rayyan)