Home / Berita / Nasional

FATAMORGANA

oleh : HAMDY M ZEN (DOSEN PBA IAIN TERNATE)
10 Desember 2023
HAMDY M ZEN

Seperti yang dikutip dalam Wikipedia, bahwasanya Kata 'Fatamorgana' adalah nama saudari Raja Arthur, Faye le Morgana, seorang peri yang bisa berubah-ubah rupa. Adapun dalam pengertiannya, Fatamorgana (atau di dalam bahasa Inggris: mirage) adalah sebuah fenomena bayangan udara di mana ilusi optik yang biasanya terjadi di tanah lapang yang luas seperti padang pasir atau padang es.

Peristiwa Fatamorgana terjadi akibat oleh pembiasan cahaya melalui kepadatan yang berbeda, sehingga bisa membuat sesuatu yang tidak ada menjadi seolah ada. Fenomena ini biasa dijumpai di tempat panas dan Gunung Brocken di Jerman.

Sementara itu, fatamorgana sendiri, Seringkali di gurun pasir, fatamorgana menyerupai danau atau air atau kota. Ini sebenarnya adalah pantulan daripada langit yang dipantulkan udara panas. Udara panas ini berfungsi sebagai cermin. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fatamorgana sendiri, merupakan sesuatu yang tampak nyata, tapi sebenarnya tidak nyata, semua itu hanyalah sebatas ilusi belaka.

Oleh karena ilusi tersebut, terkadang membuat kita menjadi salah sangka dan juga salah kaprah. Di terik siang, dari kejauhan jalan aspal, kita melihat seolah jalannya mendidih, namun ketika mendekat, ternyata tidak ada apa – apa. Itulah fatamorgana. Sesuatunya yang terlihat ada, tapi ternyata tidak ada. Contoh lain, air laut terlihat biru, namun apabila diambil menggunakan sebuah botol yang bening misalnya, justru tidak ada sedikit pun tampak warna birunya, yang ada malah bening. Begitu pun dengan langit biru, ketika di atas pesawat yang terbang di atas awan, ternyata biru yang terlihat dari bawah, justru tidak ada lagi.

Adapun di dalam kehidupan kita, fatamorgana seperti ini pun berlaku, tapi sedikit berbeda dengan yang di atas. Perbedaanya terletak pada subsatnsi fatamorgananya. Misal, orang yang justru baik, kita anggap buruk. Begitu pula sebaliknya, orang yang pada dasarnya buruk, kita bilang baik, hanya karena tampak luarnya. Makanya orang bilang jangan melihat kesing. Inilah sebabnya, sebagai manusia yang punya banyak kelemahan, acap kali kita terjebak dengan ilusi dari sesuatu, yang justru hanya sebatas fatamorgana. Dan faktanya, kita tetap masih saja terkoptasi dengan semua itu. Sehingga, ketegangan di antara kita, terus mengalir deras tanpa henti.

Terkait dengan hal tersebut, di dalam kehidupan ini, sesungguhnya mohon maaf, tanpa bermaksud menggurui, kita sebenarnya hidup dalam balutan fatamorgana. Segala sesuatu yang terlihat di dunia ini, jika ditelusuri lebih mendalam, ternyata semua itu, hanyalah fatamorgana belaka. Keindahan yang terlihat secara kasat mata, belum tentu benar indahnya. Sebaliknya, keburukan yang tampak reel, bisa jadi kebaikan sebenarnya.

Berikut ini, ada beberapa contoh terkait, yang akan penulis paparkan dalam hal fatamorgana itu sendiri.

Pertama: keburukan. Keberukan dalam pendekatan apa pun, baik dari segi hukum, budaya, politik, Pendidikan maupun dari segi agama, akan tetap berarti buruk. Contoh, mencuri, membunuh, berjudi, main hakim sendiri, politik uang, minuman keras dan lain sejenisnya. Semua ini, adalah perbuatan buruk yang sampai kapan pun, akan tetap berarti buruk, entah dilihat dari kaca mata apa saja.Di dalam pendekatan hukum, budaya, politik, Pendidikan maupun agama, tidak akan membenarkan semua perbuatan – perbuatan itu.

Pertanyaannya adalah, mengapa semua perbuatan itu, walau pada hakikat dan esensinya, semua orang telah mengetahui eksistensinya, bahwasanya perbuatan tersebut, merupakan perbuatan buruk yang sudah seharus dan sepantasnya dihindari, akan tetapi kenapa masih saja kita melakukannya? Jawabanya sangat sederhana, karena semua perbuatan itu, merupakan perbuatan yang dilarang / di dalam agama, masuk kategori haram.

Pertanyaan kemudian muncul lagi, mengapa demikian? Sekali lagi jawabannya adalah sangat pula sederhana. Bagi penulis sendiri, ketika kita berbicara terkait dengan fatamorgana, maka sesungguhnya, inilah fatamorgana yang sebenarnya. begitulah fatamorgana. Fatamorgana yang kemudian didesain Tuhan terhadap kita, untuk melihat siapa di antara kita yang paling jago memahami fatamorgana yang sebenarnya. Dari sini, sekali lagi mohon maaf, tanpa bermaksud menggurui, Tuhan akan melihat siapa di antara hambanya yang tidak tertipu, dengan semua fatamorgana ini. Itulah sebabnya, di dalam agama disebutkan bahwa hidup ini hanyalah permaianan, hanyalah sandiwara. Maka terkadang di medsos, sering kita temukan postingan, selamat pagi, siang, sore, malam, dunia tipu – tipu. Substansinya, kita memang hidup dalam dunia tipu – tipu yang sebenarnya.

Untuk lebih jelas pemahamannya, penulis akan mengungkap sebuah fakta terkait dengan segala hal yang diharamkan. Ambil contoh minuman keras. Minuman keras ini, coba kita tanyakan kepada mereka yang suka meminumnya. Apakah rasanya enak atau justru tidak enak. Jawabannya, pasti sangat tidak enak. Apa lagi minuman keras berjenis “cap tikus”. Jangankan diminum, cium baunya saja, sangat menyengat dan sangat tidak enak, bahkan membuat sebagian orang mau muntah. Coba bayangkan kawan, begitu rumit bau dan rasanya.

Untuk yang kesekian kali, pertanyaannya adalah, mengapa dengan begitu rumit rasa dan baunya, tapi membuat orang masih saja meminumnya? Jawabannya, ya karena barang tersebut adalah haram. Coba kalau barang itu halal? Apakah masih ada yang mau meminumnya? Penulis yakin seratus persen, pasti justru mereka tidak akan pernah menyentuhnya. Jangankan menyentuh, mendekat saja, penulis yakin, tidak. Inilah hakikat dari fatamorgana yang sebenarnya kawan. Fatamorgana yang justru menipu kita. Begitulahcara Tuhan menguji kita.

Hal tersebut sama dengan persoalan – persoalan yang lainnya. Korupsi, kolusi dan nepotisme, terjadi pun karena itu adalah perbuatan yang haram. Kalau saja halal, pasti sedikit yang melakukannya. Coba tanyakan pada mereka yang melakukan tindakan korupsi, apakah mereka kekurangan materi? Sampai – sampai harus mengambil yang bukan haknya? Kan tidak. Justru mereka punya kelebihan materi, tapi tetap saja melakukannya. Sesungguhnya, orang – orang ini, maaf, tanpa disadari, telah terjebak dengan dunia fatamorgana tingkat tinggi.

Memasuki momentum politik kali ini, realitas fatamorgana akan semakin terlihat nyata lagi. Politik uang akan tampak seperti sebuah keindahan. Tim sukses mulai sibuk mencari suara, berbasa – basi tanpa perkara dan ujung – ujungnya, dikunci dengan rupiah. Orang memilih tidak lagi karena membaca, tapi justru karena emas permata. Berbeda dengan membeli sebuah barang, banyak sekali analisisnya, dia terus mengecek kondisi barang yang hendak dibeli, terus bertanya dan mencari tahu kualitas barang tersebut. Kalau disimpulkan berkualitas tanpa cacat, kemungkinan besar barangnya akan dibeli, kalau tidak, maka akan dicari lagi di tempat lain.

Akan tetapi, jika sudah masuk momentum politik seperti ini, kejeniusan seperti itu, seolah hilang ditelan masa. Matanya seakan tertutup dengan amlop berisi Mutiara. Sehingga, rupiah menjadi alat penutup mulut dan penggerak suara. Na’uju billah / mari berlindung kepada Allah. Tanpa sadar kawan, lima tahun kepemimpinan orang – orang itu, hanya dengan meraup suara yang sangat rendah harganya dari kita. Memberi suara atas dasar rupiah. Inilah fatamorgana. Semua terlihat indah, tapi justru sangat buruk eksistensinya. Dan pada akhirnya, orang yang terpilih tadi, kemudian memimpin dengan seenaknya. Jika kita protes, mereka pun bisa saja bersuara, “mohon maaf kau diam, suara mu sudah ku hargai dengan rupiah”. Artinya, diantara kita dan mereka, impas,

Kedua: kebaikan. Sama halnya dengan keburukan tadi, kebaikan di sini pun, Tuhan kemudian mendesain sedemikian rupa sehingga, kita bisa saja terjebak dengan bentuk tampilan luarnya. Kalaupun keburukan bentuknya terlihat indah, maka kebaikan justru dibalik dan tampak terlihat sangat buruk. Bersedekah misalnya, terkadang membuat sebagian orang merasa rugi. Lebih baik materinya disimpan bertumpuk – tumpuk, dari pada harus berbagi, yang pada akhirnya menjadi berkurang perlahan materinya dan habis tak tersisa. Ini juga merupakan fatamorgana tingkat tinggi. Jika saja kita salah melihat, maka kita pun akan terjerumus ke ddalamnya.

Menghormati, menghargai, menolong orang dan lain sejenisnya, merupakan tindakan terpuji yang dianjurkan di dalam agama untuk terus kita lakukan. Tapi faktanya, justru kebalikan. Acap kali kita temukan fakta di lapangan malah sebaliknya. Urusan terkadang dipersulit, merasa paling berkuasa, bersikap arogan dan lain semacamnya. Ada apa dengan semua ini? Lagi dan lagi, semua ini karena balutan fatamorgana. Jika saja itu sebuah larangan, pasti diingkari juga, karena itu sebuah perintah makanya terus dilawan.Mengapa? Ya karena tadi, kita terjebak dengan fatamorgana bertingkat tinggi dari Sang Tuhan, untuk melihat siapa di antara kita, yang tidak tertipu dengan semua fatamorgana tersebut. Semua itu sekali lagi hanyalah fatamorgana.

Ketiga: solusi menghadapi fatamorgana dunia. Melihat begitu kuat fatamorgana dengan level tinggi seperti yang telah di sebutkan di atas, mohon maaf sekali lagi, tanpa bermaksud menggurui, maka di sini penulis akan memberikan sedikit solusi yang mungkin bisa diterapkan dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan segala macam bentuk fatamorgana ini. Pertama – tama kita harus mampu memahami akar dari setiap persoalan. Kita ditunut untuk terus belajar dari segi mana pun dan kemudian dikomparasikan dengan kitab suci. Jika bertolak belakang dengan kitab suci, maka tidak bisa diikuti. Sebaliknya, kalau tidak bertolak belakang dengan kitab suci, maka lakukanlah. Intinya, kita jangan terjebak dengan segala indra yang kita punya, baik indra penglihatan, pendengaran, perasa, dan peraba. Indra – indra tersebut harus disaring ke dalam hati, sehingga yang muncul nanti adalah apa yang dikatakan hati dan bukan apa yang dikatakan indra. Karena indra, masih terjebak dengan dunia fatamorgana, sedangkan hati dari aspek mana pun, tidak pernah salah. Kecuali, memang pintu hati telah ditutup rapat oleh Sang Ilahi, barulah hati tidak bisa melakukan apa – apa lgi.

Oleh karenanya, sekali lagi, jika pintu hati masih tetap dibuka, maka jangan pernah disia – siakan kesempatannya. Kesempatan ini, tidak semua orang memilikinya. Beruntunglah kita, jika masih tergolong dalam orang – orang yang masih dibukakan kesempatan untuk berdiskusi dengan hati. Hal itu menunjukan, Tuhan masih sangat sayang kepada kita, sehingga dia masih memberi kesempatan untuk dapat kita berdiskusi dengan hati yang kita punya. Jika saja, hati ini telah dikunci rapat pintunya oleh Tuhan, maka sampai kapan pun, kita tidak akan bisa berunding lagi dengan kemurnian hati tersebut. Itu artinya, segala hal buruk yang tampak, akan terlihat indah dan segala hal indah yang tampak, akan terus terlihat buruk. Kalau pun kita sudah berada pada posisi tersebut, mohon maaf, itu menunjukan kita sedang berada pada posisi yang rawan. Maka berhati – hatilah.

WSekian, Bukit Torano, 26 November 2023.

 (penulis)


Reporter: Penulis

BERITA TERKAIT