Home / Indomalut / Halteng

Bupati Halteng Jadi Irup di Upacara HUT Halteng ke-30

31 Oktober 2020
Bupati Halteng saat menjadi Irup di upacara HUT ke-30 (foto_ono)

HALTENG, OT- Bupati Halmahera Tengah (Halteng), Edi Langkara jadi Inspektur Upacara (Irup) pada Upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-30 Halteng. 

Bupati Halteng dalam sambutannya mengatakan, hari ini tanggal 31 Oktober 2020, pada 30 tahun yang silam, daerah ini resmi berdiri menjadi sebuah daerah otonom dengan ibu kota Soasio ketika itu, yang pada kesempatan ini bersama-sama merefleksikan kembali sejarah perubahan dan peradaban Negeri Fagogoru ini, dengan seraya memastikan agar tidak ada kelompok masyarakat yang terabaikan dalam proses dan pelayanan pembangunan.

"Karena itu, tema dalam HUT Kabupaten kali ini adalah 'Kita Fagogoru'. Tema tersebut memaknai filosofi Ngaku Rasai, Budi re Bahasa, Sopan Hormat, Mitat re meymoe yang menjadi pilar terpenting dan tidak terpisahkan dalam derap langka kehidupan masyarakat Halmahera Tengah," ujar Bupati saat memberikan sambutan pada HUT ke 30 Halteng di Aula Pendopo Falcilno Weda, Sabtu (31/10/2020). 

Kata bupati, Fagogoru tidak sekedar menjadi simbol dan narasi lipstik belaka, melainkan memiliki nilai kultural, filosofi, sosiologis dan historis sekaligus spirit perjuangan yang perlu diaplikasikan 

dalam perilaku setiap mahluk sosial untuk membangun kesetaraan dan keadilan menuju Halteng yang sejahtera dalam dimensi kemanusian yang beradab dibawah panji-panji fagogoru Pulau Gebe, Weda dan Patani.

"Bahwa dalam semangat fagogoru, dapat kami sampaikan bahwa, sejak awal pemerintahan Elang Rahim yang dilantik pada tanggal 27 Desember 2017, sejak itupula kami menegaskan bahwa kepemimipinan Elang Rahim akan melaksanakan tugas-tugas pemerintahan tanpa perbedaan,"jelas Mantan Anggota DPRD Provinsi itu. 

Menurutnnya, ini penting kami tegaskan mengingat sejumlah kasus pemerintahan dibeberapa daerah bahkan pada pemerintahan Halteng sebelumnya yang membangun dan atau melaksanakan tugas pemerintahan dengan bertumpuh pada faksi-faksi politik lokal. Melayani masyarakat dengan pilih kasih, sesungguhnya secara sadar mereka telah melanggar sumpah jabatan, mendistorsi pembangunan, mendistorsi kesetaraan dan keadilan.

Keadilan yang menjadi cita-cita politik negara, sungguh tercabik-cabik, janji-janji luhur politik yang telah menjadi sumpah dihadapan rakyat menjadi sirna, masyarakat hilang semua harapan, masyarakat menjadi kehilangan arah, semangat persatuan dan persaudaraan hilang seiring perjalanan kekuasaan dilorong-lorong kegelapan. Arah 

kompas pembangunan terbelokkan oleh keangkuhan kekuasaan dan kesombongan. Sikap absolutisme kekuasaan sungguh telah mengabaikan dimensi-dimensi sosial kita. Rasa kasih sayang kita menjadi hilang, rasa hormat kita menjadi sirna, rasa takut kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa lenyap ditelan waktu, budi dan bahasa kita bagaikan serigala yang memangsa tanpa ampun.

"Belajar dari pengalam empiris itulah pemerintah Halmahera Tengah di bawah pimpinan Elang Rahim, kami bersumpah untuk mengubur secara dalam-dalam rasa benci, kesenjangan sosial pembangunan dan perilaku dendam politik yang sesungguhnya tidak memberikan edukasi kepada masyarakat kita,"ucapnya.

Lanjutnya, usia pemerintahan Halmahera Tengah sudah mencapai 30 tahun, meskipun secara defakto pemerintahan didaerah ini melaksanakan fungsi pelayanannya di ibu kota 

"Weda baru dalam kurun waktu 13 tahun, namun kita dapat menyaksikan perubahan itu secara nyata hasil dari pembangunan yang terus kita pacu," ujarnya.

Dengan menelorkan tema Kita Fagogoru,  sungguh syarat akan makna dan nilai. Tema sederhana ini sekaligus menegaskan bahwa spirit kehidupan masyarakat kita harus selalu dalam demensi dan cita-cita fagogoru, kita bersaudara.

"Pemerintah dan rakyat adalah ibarat sisi mata rantai yang saling mengikat dan tak bisa dilepaspisahkan. Masyarakat Gebe-Weda-Patani secara historis dan kultural adalah masyarakat yang bersaudara. Fagogoru mengajarkan kita untuk saling mengenal dan mengasihi, kasih dan sayang. Fagogoru mengajarkan atas nilai-nilai Arrahman-Arrahim, kita diajarkan oleh leluhur dan pendahulu kita untuk saling menyayangi, menghormati, toleransi, ramah terhadap lingkungan, etika dan moralitas," tutupnya.(red)


Reporter: Supriono Sufrin

BERITA TERKAIT