TERNATE, OT - Mahasiswa Fakuktas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun Ternate melaksanakan kegiatan espedisi selawaring di Kelurahan Rum Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara.
Kegiatan espedisi selawaring ini merupakan kegiatan penelitian mahasiswa terpadu ilmu kelautan Unkhair, dengan melakukan kajian penelitian sejumlah topik secara langsung di lokasi.
Kepala Laboratorium Hidrooseanografi Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Unkhair, Dr. Salanuddin dalam keteranganya yang diterima redaksi indotimur.com menyebutkan, kegiatan ekspedisi mahasiswa ini sudah dilakukan sejak tahun 2007.
Kata dia, meski sempat lama vakum, kegiatan ini kembali diaktifkan untuk yang ke-5 kalinya.
Menurutnya, ekspedisi I dilaksanakan pada tahun 2007 di pulau Lelei dengan mengusung topik ekspedisi Serma Lelei Strategy environmental Research Marine Area (SeRM) yang diikuti 22 orang mahasiswa.
Dalam ekspedisi terakhir ke-4, dilaksanakan pada tahun 2009 di selat Maitara dengan membentuk tim ekspedisi marasai selat Maitara yang diikuti 16 orang mahasiswa. "Ekspedisi terakhir tersebut telah mengoleksi data keruangan selat Maitara hingga pola reduksi dan transport material pantai," kata Salanuddin.
Dia mengaku, dengan gagasan mewujudkan ekspedisi mahasiswa ini didasarkan atas kompleksnya dinamika laut sebagai pemicu system pergerakan di ruang laut, sekaligus ruang laut merupakan medium “spesifik” akibat keterbatasan manusia untuk “memasuki” kolom air laut.
Kedua hal tersebut menjadikan kajian kelautan memerlukan prasyarat dasar dalam bentuk skill dan power hingga biaya yang tidak biasa jika dibandingkan dengan kajian di wilayah darat. Prasyarat dasar dimaksud pada kebutuhan wahana apung misalkan kapal dan perahu sebagai alat bantu maupun kebutuhan alat ukur sampling dalam pengambilan sampel dan data yang berada dalam kolom maupun dasar laut.
Prasyarat penting lainnya adalah kondisi fisik yang prima dan kemampuan dasar berenang, dimana prasyarat tersebut sangat dibutuhkan untuk sampling data yang kontinyu 24 jam dengan kondisi laut bergelombang dimalam hari, terbayang kondisi fisik yang harus prima serta memerlukan strategi bahkan skill untuk dapat menyusun rencana riset dan menghasilkan data yang baik.
Olehnya itu, ekspedisi yang berlangsung selama 3 hari dari 21 November 2020 diawali dengan pelatihan perencanaan riset kelautan Training of Marine Research Planning (TMRP) sebagai tahapan ekspedisi yang baru dilakukan pertama kalinya dan diikuti sebanyak 28 mahasiswa.
Pelatihan dimaksudkan memberi bekal dasar sebelum melakukan ekspedis unsur utama yang diharapkan pada kegiatan pelatihan dan dilanjutkan kegiatan ekspedisi adalah membangun tim riset yang handal (small tim) dalam sasaran riset besar di suatu lokasi.
Pembentukan tim ekspsedisi diharapkan dapat menyelesaikan 4 faktor pembatas dalam perencanaan riset yakni waktu, tenaga, biaya dan peralatan. Manajemen riset yang meminimalisir faktor biaya merupakan hal penting dalam perencanaan riset mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir, maklum sebagian besar mahasiswa mengalami masalah keuangan.
Ekspsedi selawaring ini menitikberatkan pada eksplorasi sumberdaya pesisir di Kelurahan Rum dengan thema looking from the sky, yaitu kegiatan identifikasi kondisi fisik, dinamaika dan sumberdaya diwiliyah Kelurahan Rum dengan menggunakan pesawat tanpa awak (drone) yang dipiloti oleh Dr. Nurhalis Wahidin yang baru saja mendapatkan lisensi sebagai pilot drone.
Kepala LEB juga mengaku,ekspedisi selawaring ini dikemas dengan kolaborasi delapan topik riset yang mengcover wilayah pesisir pantai Kelurahan Rum sepanjang 10 km, dari Benteng Tore ke kawasan sirkuit dibagian selatannya. Ekspedisi mahasiswa ini dibawah pimpinan La Ode Luky Lufanza mahasiswa ilmu kelautan angkatan 2017 yang saat ini melakukan kegiatan Praktek kerja Lapangan (PKL) tentang beda tinggi muka air laut (sea level rise) di Selat Maitara. Topik riset lainnya granolometri, kemiringan pantai, fraksi material, neraca sedimen, reduksi gelombang dan dimensi pantai.
Topik riset potensial yang baru dikembangkan oleh laboratorium hidrooseanografi di usung oleh dua mahasiswi angkatan 2018 yang ikut pada ekspedisi ini. Mereka menfokuskan diri pada determinasi bioindikator penciri dari sampah. Mereka mengharapkan teridentifikasinya status lingkungan atas kehadairan sampah di wilayah pesisir. Serangkaian stategi sampling diterapkan sebagi gambaran keseriusan mereka dalam merumusakan penyelesaian masalah sampah di laut yang saat ini merupakan masalah serius dan butuh perhatian.
Salanuddin juga menambahkan, data yang dikumpulkan dari ekspedisi ini dimanfaatkan untuk penyelesaian tugas akhir 4 orang mahasiswa (PKL), 4 orang (skripsi) dan 1 orang mahasiswa pascasarjana. Data yang sama dimanfaatkan pula oleh 13 orang mahasiwa untuk mengikuti program kreatifitas mahasiwa (PKM) yang diselenggarakan oleh DIKTI. Ekspedisi ini juga dikuti oleh 6 orang mahasiswa yang ingin menambah pengetahuan lapangan sebelum mereka menyelesiakan tugas akhir studi di program studi ilmu kelautan Unkhair.
Dinamika ekspedisi mahasiswa yang silih berganti (pola rolling) dalam pengambilan data topik riset yang berbeda menambah suka cita tim dan makin menumbuhkan kerja tim yang solid. Pola rolling juga sebagai strategi dalam aplikasi metodologi, manajemen sampel yang terkoleksi serta strategi dalam pengambilan data yang berkelanjutan. Ekspedisi Selawaring diharapkan mampu membangun kepercayaan diri dan semangat pantang menyerah mahasiswa dalam membuka tabir ilmu dari obyek kajian tentang laut.
Sebagaimana kegiatan riset pada umumnya tidak lepas dari kendala teknis di lapangan, mulai dari penerapan metode sampling, kebingungan dalam pengunakan dan pembacaan alat ukur bahkan makin berkurangnya focus pengambilan data di malam hari akibat kelelahan dan kondisi alam hujan.
"Olehnya itu kegiatan itu diharapkan kedepan kegiatan ekspedisi mahasiswa ilmu kelautan menjadi program tetap dan mendapat pembiayaan dari pihak kampus maupun lembaga lain, sehingga yang saat ini wilayah kajian masih sekitar pantai akan bergeser secara bertahap denga topik ekspedisi laut dalam. Ekspedisi tersebut sangat diharapkan terlaksana mengingat karakteristik massa air laut di Maluku Utara sangat dipengaruhi oleh massa air laut dalam dari pasifik," pungkasnya. (ian)



