Home / Opini

Radio Hikmah FM Ternate dan Perjuangan Provinsi Maluku Utara

Oleh : Alwi Sagaf Alhadar Ex Komisaris PT Radio Gema Hikmah Ternate - Malut
17 Oktober 2022
Alwi Sagaf Alhadar, di studio Delta 99,1 FM di Ratu Plaza Lantai 19, Jakarta.

Memori saya 23 tahun silam seolah muncul kembali setelah ikuti beragam perbincangan dan perdebatan panjang di WA Group DOB Sofifi Halmahera. 

Kala itu, selesai sholat Maghrib, awal Maret 1999 (lupa tanggalnya), saya hendak menuju  studio Radio Hikmah FM di Santiong dari rumah di Falajawa l. Saat lewat di depan Kantor Bupati Maluku Utara, lantas saya berhenti sejenak, duduk dan bercerita bersama para "pejuang" berjumlah sekitar 11 orang mahasiswa pemogok makan.

Kepada koodinator lapangan (korlap) saya katakan, bagaimana kalau aksi ini kita publikasikan via radio siaran secara live talkshow dengan radio Delta FM Jakarta. Satu-satunya radio "penyuara pekik reformasi" yang jadi rujukan orang Jakarta, kala itu. Percuma - kata saya - berjuang tanpa didengar oleh elit penguasa di Jakarta. Energi pasti terbuang percuma.

Mumpung -Alhamdulillah- radio siaran  kami (Hikmah FM), telah miliki peralatan siaran lumayan canggih serta internet bantuan dari UNESCO. Saat itu pula kami satu-satunya radio siaran di Indonesia Timur yang tergabung dalam Jaringan Radio Lokal untuk Demokrasi (JRLD). Binaan badan dunia itu.

Setelah ada kata sepakat, saya lantas hubungi (alm) Ko Edy - sapaan akrab Rusdy Hanafi -  Ketua Tim-9 Perjuangan Provinsi Maluku Utara, yang kebetulan tinggal satu kelurahan dengan saya. 

Oleh Ko Edy, saya disarankan menghadirkan beberapa narasumber antara lain, Ibrahim Conoras, Ketua Bappeda Kabupaten Maluku Utara, serta Syaiful Bahri Ruray sebagai Sekretaris Tim-9. Juga korlap aksi mogok makan, yang saya lupa namanya. Narasumber kelak diarahkan berbicara sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.

Setelah itu, saya hubungi bang (alm) Zein Marasabessy - penyiar top di Jakarta. Nada suaranya 'macho' dan membahana.   Beliau memandu acara talkshow paling bergengsi di Ibu Kota kala itu. Namanya "Delta Morning Show". Acara ini konon didengar Presiden BJ Habibie setiap pagi sebelum berkantor. 

Alhamdulillah, oleh bang Zein, kami "seng" dikenakan tarif sama sekali alias gratis. Padahal antrian iklan komersial  padat sekali di radio yang satu grup bersama Prambors FM, radio kawula muda. Ini menunjukkan  programa ini berkelas dan didengar banyak orang. Namun,  lagi-lagi kami diberi "angin surga". Slot selama satu jam talkshow ditayangkan, tanpa jeda iklan! 

Pada saya bang Zein berkata, "Beta simpati deng perjuangan kamong, jadi beta juga mau bantu sesuai profesi beta toh," ujar misanan (alm) Prof. Abd. Rahman Marasabessy, mantan Rektor IAIN Ternate.

Sehari sebelum disiarkan live talkshow ini - untuk menampik keraguan - saya berusaha hubungi tokoh Malut (kelahiran Ternate) di Jakarta, Fadel Muhammad Alhadar (mantan Gubernur Gorontalo) memberitahukan  Presiden BJ Habibie agar bisa didengar talkshow ini. (Fadel sendiri mantan penyiar pertama Radio Hikmah, saat studionya masih berlokasi di samping Masjid Agung  Al-Muttaqin, Gamalama, Ternate). Juga pesan berantai untuk warga HIKMU (Himpunan Keluarga Maluku Utara) di Jakarta. 

Alhamdulillah, pada pagi hari - sesuai skenario - acara live "Delta Morning Show" dari Ternate itu berjalan lancar dan dipandu oleh  host Radio Hikmah FM Tantry Nuraini .

Maaf, sekadar berbagi memori, agar kita jangan mudah lupa dengan mereka yang "rela" pertaruhkan jiwa dan raga untuk kemashlahatan orang banyak.

Jakarta, 17 Oktober 2022

 (penulis)


Reporter: Penulis

BERITA TERKAIT