Home / Opini

Ko Acan Mata Air Kemanusiaan : Belajar dari Orang Baik untuk Mencintai Sesama

Oleh: Yusri Ali Boko Penasihat Pemuda Gam Kota
14 Januari 2022

“Semakin tinggi intelektualitas seseorang, maka semakin besar pula kemanusiaannya (Gus Dur)”.

Tulisan ini tidak bermaksud mengkultuskan seseorang sebagai manusia suci, kuat dan tidak memiliki dosa. Namun tulisan ini merupakan bentuk dari wujud syukur atas sikap positif manusia yang harus diapresiasi, terutama ditulis. Saya mengangkat judul Ko Acan Mata Air Kemanusiaan: Belajar dari orang baik untuk mencintai sesama.

Mata air, mungkin dalam simiotiknya lebih melekat pada pemahaman tentang sumber kehidupan (aliran air/sumber hidup). Manusia ialah makhluk merdeka. Uztd Syaufan menyebutnya sebagai makhluk yang suka saling menyalahkan, dan atas dasar itulah, saya beralasan bahwa kebaikan individu harus ditulis sehingga kita tidak lupa diri.

Tulisan ini bisa hadir karena hasil diskusi dengan beberapa mahasiswa, pemuda dan juga masyarakat. Tentang apa? Tentang sosok anak kampung yang diperbicangkan masayarakat Moti Kota. Siapa lagi kalau bukan sosok Muhammad Nur Adam, atau disapa Ko Acan. 

Ko Acan dan Maslahat Sosial

Muhammad Nur Adam lahiran di Moti 5 November 1976 dari pasangan Alm. Adam Saleh dan Almarhumah Hj. Warniyati Umar. Ko Acan lahir dari keluarga berlatar belakang sederhana, Ayahnya berprofesi sebagai guru dan Ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga (IRT).

Ko Acan menyelesaikan sekolah di SD Negeri Moti Kota tahun 1986, SMP Negeri 4 Ternate tahun 1990 dan SMA Muhammadiyah Ternate pada tahun 1993. Studi S1 di Universitas Khairun dengan Jurusan Ekonomi Manajemen pada tahun 1998. Menikah dengan Saida Maju dan dikaruniai tiga orang anak, yakni Atalarik Eka Putra, Aditiya Prananda dan Aurelia Khumaira.

Ko Acan mulai mengagas usaha di Kabupaten Halmahera Selatan kurang lebih pada tahun 2005. Hal ini dilakukan bukan dengan cara yang instan begitu saja, melainkan jatuh bangun yang menjadikan beliau kuat sampai hari ini dan disitulah titik balik beliau memahami kebaikan dan cinta sesama.

Sewaktu saya wathsaap dengan Ko Acan, singakt cerita beliau menjawab chaat saya: “Adik hidup nena duga sebentara bato jadi silaturahmi harus tetap terjaga, dan rizki tetap akan mengalir”. Bagi saya, Ko Acan menenegaskan bahwa “ukhuwah insania” memang harus dijaga dan dirawat.

Silaturahmi memperkokoh rasa persaudaraan. Selain itu, sebesar apapun pengorbanan kita, tuhan akan menggantikannya dengan rizki yang lain pula. Manusia tidak bisa menjadi kikir karena harta, karena tuhan adalah pemilik dari segala yang ada.

Kepekaan Ko Acan dipengaruhi oleh jejak dan prinsip hidup Almarhum ayahnya, Adam Saleh. Sepintas wasiat Almarhum adalah “rezki yang ngone dahe bukan ngone na due tapi sema mansia na bagian yali lupa ifa ge”.

Maknanya ialah rezki yang kita miliki bukan milik kita seutuhnya melainkan hak orang lain di dalamnya. Borero atau pesan ini juga merupakan perintah agama. “Dan sesungguhnya Allah telah mewajibkan kaum Muslimini untuk mengeluarkan zakat yang diambil dari mereka yang kaya lalu diserahkan kepada fakir miskin dari mereka (HR Bukhari-Muslim).

Disini banyak tokoh teologi pengusung paradigma Islam metropolitin merasa pentingnya tranformasi zakat bukan sekedar ritual hajat pada tuhan selama satu tahun. Melainkan diparksis pada ruang dan waktu yang tidak terbatas, karena bisa mengatasi kemiskinan.

Nama Ko Acan mulai diperbincangkan seiring beliau mengamalkan separuh hartanya. Apa itu? Pembebasan lahan kubur kepada masyarakat.

Saya pernah duduk dengan beberapa masyarakat dan bercerita lepas, mereka menyahut: “Ngom sanang kambo rai karena Hasan” apa yang membuat mereka senang? Ternyata Ko Acan tidak menjanjikan apa-apa seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) dalam kampanye politik. Namun beliau hadir dengan jawaban atas kebutuhan itu.

Ada pemuda dan mahasiswa bercerita ke saya: “Abang yang Ko Acan buat itu semata-mata untuk menyenangi yaya se goa, dan iyo se nongoru” atau untuk kase sanang torang pe orang tua-tua dan ade-ade di kampung, khususnya Kelurahan Moti Kota.

Ko Acan membangkitkan spirit Pemuda Gam Kota dengan menjembatani kegiatan Pemuda Supera Cup II. Disini perlu ditekankan, jangan menghitung berapa besar bonusnya tetapi apa yang beliau buat untuk kampung halamannya. Ino sama-sama se Ko Acan bangun kie se gam.

Ko Acan secara tidak langsung menerapkan budaya babari. Asgar Saleh (2021) dalam bukunya: Belajar, Kemerdekaan, dan Kemanusiaan: Esai-esai Transformasi Kehidupan.

Asgar Saleh mengungkapkan barifola sebagai model pembangunan yang memposisikan masyarakat sebagai subyek, terlibat sejak proses perencanaan, pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasi. Hal ini memang dilakukan oleh Ko Acan.

Menyediakan lahan dan merangkul generasi tua dan muda yang berpenghasilan lebih untuk menabung demi pembangunan talud kuburan dan masyarakat bahu-membahu.

Sedikit nostalgia antara saya dengan Pa lurah Talib Muchlis di satu tahun lalu, kata beliau: “Nanti torang buat pembebasan lahan di Togora untuk lahan kuburan melalui Musrembang”. Hasilnya adalah Musrembang kemarin lahan kuburan tidak masuk dalam program tahun 2022.

Pribadi saya mengkritisi melalui status di dinding sosial media. Di tahun yang sama Ko Acan hadir dengan misi kemanusiaan. Lahan kubur dibebaskan dan antusias masyarakat luar biasa. Kepekaan itu dibangun bukan karena kita menjadi Wali Kota, atau pejabat tinggi daerah namun miskin kepedulian.

Thoha (2012) mengungkapkan seseorang yang tinggi struktur belum tentu tinggi perhatian dan seseorang yang rendah struktur belum tentu rendah perhatian. Saya kira ini fakta. Karena orang yang membantu kita pun kadang dilupakan begitu saja. Hal inilah yang mendorong saya untuk menulis agar menjadi nonako, atau sebagai isyarat mengenal orang-orang yang berbuat baik.

Kehadiran Ko Acan mesti dilihat sebagai rasa cinta sesama manusia, kepekaan, dan kemanusiaan untuk ngone moi-moi. Intinya semua orang punya kepedulian, namun dengan cara yang berbeda akan tetapi yang dilakukan oleh Muhammad Nur Adam, ialah cinta. Allah SWT berfirman:

“Wa ta’awanu alal-birri wat-taqwa wa la ta’awanu’ alal-ismi wal-udwani” ( Qur’an Almaidah ayat 2). Artinya dan tolong menolonglah kamu dalam (mengajarkan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Sepengal ayat di atas, bermakna dilarang membenci dan tolong-menolong (gotong royong).

Jhon Fiel (2011) tentang teori modal sosial, tesisi menekankan dalam kata hubungan. Dengan membangun hubungan dengan sesama, dan menjaganya agar terus berlangsung sepanjang waktu, orang mampu bekerja sama untuk mencapai berbagai hal yang tidak dapat mereka lakukan sendiri, atau yang dapat mereka capai tapi dengan susah payah.

 Dengan demikian, teori modal sosial merupakan serangkaian hubungan jaringan orang-orang serta mereka cenderung memiliki kesamaan nilai dengan anggota lainnya dalam jaringan tersebut, sejauh jejaring tersebut menjadi sumber daya, maka dia dipandang sebagai modal sosial. Karena semua pengorbanan beliau bersifat jariyah, maka point penegasan saya ialah kemaslahatan bagi banyak orang, yang tidak bisa kita lupa, atau pura-pura lupa begitu saja.

Nilai yang Dipetik

Apa yang bisa dipetik dari sosok Muhammad Nur Adam, atau Ko Acan? Ada beberapa nilai yang perlu dipahami, yaitu: 1) nilai sosial, dalam pandangan beliau modal ekonomi tidak berarti apa-apa kalau tidak didorong dengan modal sosial; 2) nilai religius, dalam konteks nilai religius Ko Acan sebenarnya melihat jalan menuju pada tuhan ialah jalan kebaikan, dengan cara membelanjakan dan membagikan hartanya dijalan yang benar tanpa merasa rugi; 3) nilai nasionalisme, misalnya dapat memupuk persaudaraan, meletakan cinta sesama manusia di atas urusan lainnya, dan semua dilakukan berlandaskan nilai etika yang kuat.

Hidup tidak bisa saling menyakiti, yang muda menjaga sopan santun kepada yang tua dan yang tua mengajarkan nilai baik kepada yang muda; dan 4) ada pandangan hidup yang beliau pegang dari sosok almarhum ayahnya yang mempengaruhi setiap tutur-katanya yaitu ngone dahe bukan ngone na due tapi sema mansia na bagian yali.

Alfatiha untuk almarhum. Akhir tulisan ini ino rame-rame maku gosa laha-laha untuk kie se gam....(penulis)


Reporter: Penulis

BERITA TERKAIT