Home / Opini

Filosofi Harf Dalam Bahasa Arab

Oleh: Hamdy M. Zen Dosen PBA IAIN Ternate / Ketua DPW RPI Maluku Utara
21 Desember 2021
Hamdy M. Zen

Harf di dalam Bahasa Arab, merupakan kata yang tidak memiliki makna yang sempurna, kecuali telah disandarkan dengan isim atau pun fi’il. Adapun kata yang termasuk dalam harf tersebut, di antaranya adalah ilaa (ke), fii (di / di dalam), ‘an (tentang), sa (akan), qad (sungguh / kadang – kadang), saufa (kelak) dan lain – lain.

Di dalam Bahasa Arab, kata – kata tersebut, jika berdiri sendiri, tidak akan memiliki makna yang sempurna. Contoh, kita ambil kata sa. Misalkan kita sedang berada di dalam kelas, atau sementara lagi berkumpul dengan teman – teman sejawat di tempat santai, tiba – tiba ada seseorang masuk / bergabung dan kemudian berkata “sa / akan”. Dan kata yang diucapkan pun Cuma kata ‘sa’ saja. Secara otomatis, pasti semua akan bingung.

Walau pun, kata sa tersebut secara Bahasa artinya adalah akan. Tapi tetap saja akan membingungkan kita. Karena, tidak ada sebab apa – apa, lantas tiba – tiba saja, muncul dan berkata sa / akan. Siapa pun kita, Ketika berada dalam situasi seperti ini, pasti akan kebingunan.

Pertanyaannya, bagaimana caranya agar harf sa tersebut, bisa dipahami dan tidak membuat bingung? Caranya adalah kita Kembali ke pengertian dasar tentang harf di atas. Harf hanya akan memiliki makna yang sempurna, Ketika telah disandarkan dengan isim / fi’il. Jadi, kata sa tersebut, kita harus menggabungkannya dengan isim / fi’il. Seperti contoh berikut: sa adzhabu al-aan, ilaa al-Masjid lissalati (saya “akan” pergi ke masjid sekarang untuk mengerjakan shalat). Nah di sini, barulah kata sa / akan tersebut, menjadi sempurna maknanya. Sebab, telah disandarkan dengan isim dan juga fi’il.

Namun, apabila kalimat tersebut, kita pisahkan kata – katanya satu per satu, atau harfnya kita hilangkan, maka secara otomatis semua harf yang ada di situ, Kembali tidak sempurna maknanya. Tapi ingat, Ketika itu yang kita lakukan, maka bukan Cuma harf saja yang menjadi tidak sempurna maknanya, kalimat tersebut pun ikut menjadi berantakan tak bermakna. Semua itu terjadi karena hilangnya harf di dalamnya. Karena harf, walaupun tidak bisa berdiri sendiri, tapi fungsinya di dalam sebuah kalimat, adalah sebagai penyempurna.

Mari kita uraikan satu per satu contoh kalimat di atas, yakni kalimat “sa adzhabu al-aan, ilaa al-Masjid lissalati” (saya “akan” pergi ke masjid sekarang untuk mengerjakan shalat). Kalimat ini Ketika kita pisahkan satu – satu katanya atau kita buka / hilangkan harf dari kalimat tersebut, maka secara otomatis harf tersebut menjadi tidak sempurna. Di bawah ini, akan penulis coba menjelaskannya.

Pertama; Sa artinya akan. Memang betul di dalam Bahasa Arab, kita tahu makna dari kata sa tersebut adalah akan. Tetapi jika Cuma kata “akan” yang kita ucapkan, secara kaidahnya di dalam Bahasa Arab, maka kata tersebut belum bisa dikatakan sempurna maknanya. Sebab kata sa merupakan harf. Sementara harf itu sedniri, seperti yang telah dijelaskan, adalah kata yang tidak bisa berdiri sendiri. Ketika berdiri sendiri, maka maknanya tidak sempurna. Dia hanya akan menjadi sempurna maknanya, Ketika telah disandarkan dengan isim / fi’il.

Kedua; Adzhabu al-aan. Adapun adzhabu al-aan, memiliki makna yakni saya hendak berangkat sekarang. Di dalam kaidah Bahasa Arab, kalimat seperti ini, telah menjadi sebuah kalimat yang sempurna. Kalimat tersebut, jika kita ucapkan, tidak akan membuat bingung mereka yang mendengar. Sebab kalimatnya, telah sesuai dan tidak melanggar kaidah Bahasa Arab.

Ketiga; Ilaa artinya ke. Ilaa ini juga sama dengan sa. Ilaa juga merupakan bagian dari harf. Jadi dia juga tidak akan memiliki makna yang sempurna, Ketika hanya berdiri sendiri seperti ini. Akan tetapi, berbeda dengan sa di atas. Di sini, Ketika ilaa kita pisahkan dalam kalimat tersebut, maka secara otomatis makna ilaa menjadi tidak sempurna. Tapi sebaliknya, kalimat tersebut pun juga ikut berantakan kaidahnya. Dan Ketika kaidah berantakan, maka maknanya menjadi hilang tanpa arah. Sebab kata ilaa di dalam kalimat tersebut merupakan penyempurna.

Jika saja kata ilaa kita hilangkan, maka kalimatnya akan menjadi seperti ini “sa adzhabu al-aan al-masjid lishalati” ilaa nya hilang. Kalimat seperti ini adalah kalimat yang keluar dari kaidah Bahasa Arab. Maka secara otomatis, apabila tidak sesuai kaidah sebuah kalimat di dalam Bahasa Arab, maknanya pun menjadi berantakan, bahkan bisa jadi tidak bermakna. Sebab, belum sempurna kalimatnya.

Kalimat tersebut, hanya akan menjadi sempurna, jika dimasukkan ilaa di dalamnya. Begitulah peran ilaa di dalam kalimat tersebut. Perannya sungguh krusial. Dan kehadirannya di tengah – tengah situasi kalimat tersebut, menjadi penentu, pembeda, serta penyempurna.

Hal tersebut menjelaskan kepada kita bahwa, harf walaupun tak bisa berdiri sendiri, tapi tanpanya pun, bisa bahaya sebuah kalimat. Kesimpulannya, harf bukanlah apa – apa, tapi hadirnya bisa jadi pembeda juga penyempurna.

Keempat; Al-masjid. Al-masjid ini maknanya adalah masjid. Kata ini di dalam Bahasa Arab termasuk dalam kategori isim. Isim berbeda dengan harf. Kalau harf, tidak bisa berdiri sendiri. Kapan Ketika harf berdiri sendiri, maka makanya menjadi tidak sempurna. Berbeda dengan isim. Kalau isim, jika berdiri sendiri, secara kaidahnya, masih sempurna maknanya. Jadi, Ketika kata al-masjid kita pisahkan sendiri – sendiri, tidak mengapa. Sebab tidak berpengaruh terhadap maknanya. Maknanya tetap dalam makna yang sempurna.

Kelima; Li. Li pun juga bagian dari harf. Jadi Ketika li ini kita pisahkan berdiri sendiri, maka maknanya pun tidak akan menjadi sempurna. Oleh sebab itu, kita butuhkan isim / fi’il untuk disandarkan denganya, agar dia menjadi sempurna maknanya pula. Li itu sendiri artinya untuk. Sama halnya dengan sa dan ilaa di atas. Mereka membutuhkan isim / fi’il untuk menjadi sempurna maknanya.

Kedudukan li, di dalam kalimat tersebut, sama dengan ilaa di atas. Artinya bahwa kata li, jika dipisahkan, maka maknya tidak akan sempurna. Namun, kalimat tersebut pun menjadi berantakan kaidah serta maknanya, Ketika membuang li. Kalimatnya akan menjadi seperti ini, Ketika li dihilangkan. “sa adzhabu al-aan ilaa al-masjid shalati”.

Kalimat tersebut, secara kaidah Bahasa Arab adalah keliru. Kelirunya karena masih kurang dan belum sempurna kalimatnya. Dia hanya akan menjadi sempurna Ketika ditambahkan kata li di dalamnya, sehingga kalimatnya kemudian menjadi seperti ini, “sa adzhabu al-aan ilaa al-masjid lishalati”. Nah ini baru sempurna kalimatnya. Jika kalimatnya telah sempurna, maka secara otomatis, maknanya pun ikut menjadi sempurna.

Jadi, sekali lagi peran harf di dalam sebuah kalimat sangat penting adanya. Sederhanya, dapat dikonklusikan bahwa harf di dalam Bahasa Arab adalah kata yang memang tidak bisa berdiri sendiri, kata yang masih bergantung dengan yang lain, kata yang biasa – biasa saja, tapi kehadirannya, malah bisa menjadi, sungguh luar biasa. Kurang lebih, seperti itulah keadaan harf di dalam sebuah kalimat Bahasa Arab.

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan sederhana di balik kata harf dalam Bahasa Arab, ternyata ada hikmah serta makna filosofinya. Makna filosofi dari harf yang dapat diambil adalah bahwa, hidup ini jangan pernah merasa paling di bawah, paling di atas, atau paling segalanya. Jangan pula memandang rendah dan memandang hina orang lain.

Sebab bisa jadi, sengaja Tuhan hadirkan orang yang dipandang rendah dan hina, adalah penentu kebaikan yang kita lakukan. Tanpa mereka, kebaikan yang hendak kita lakukan tersebut, bisa jadi tidak sempat kita perbuat. Perpaduan dan kolaborasi tanpa sadar di antara kita, menjadi sebuah kesempurnaan hidup dalam mengarungi kemisteriusan dunia.

 (penulis)


Reporter: Penulis

BERITA TERKAIT