Home / Opini

B E R T O P E N G

24 September 2020

Penulis: Aisyah Ashshavira

WABAH Corona menjadi ancaman bagi seluruh negara di dunia. Virus mematikan yang muncul di Wuhan, China, di penghujung tahun 2019, ini, sangat berbahaya. Corona menyebar bak jamur di musim hujan.

Kini, Corona diyatakan sebagai pandemi. Karena seantero dunia dihinggapi bakteri paling berbahaya itu. Tak sedikit nyawa telah melayang akibat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). 

Seluruh negara-negara di dunia membatasi arus keluar masuk manusia, termasuk di Indonesia. Interaksi sosial pun dilarang. Sebab, Covid-19 sangat mudah menular. Makanya, dilakukan social distancing (pembatasan sosial).

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), mulai dari masker, helm, sarung tangan, hingga pakaian yang melindungi tubuh sepenuhnya, lantas diberlakukan. Hanya saja, tak banyak yang mau mengikuti protokol kesehatan tersebut.

Di Indonesia, boleh dibilang salah satu negara yang masyarakatnya tampak ogah-ogahan. Tak sedikit yang mengabaikan protokol kesehatan tentang Covid-19. Bahkan, yang paling banyak dilanggar yakni soal social distancing. 

Buktinya, tak jarang aksi demo digelar sejumlah organisasi kemasyarakatan maupun organisasi kepemudaan. Yang paling getol melakukan unjuk rasa, yakni di daerah Provinsi Maluku Utara (Malut). Tercatat ada empat kelompok yang sering berdemonstrasi di sana.

Masing-masing, Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Front Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dan Presidium Alumni (PA) 212 di Malut. Organisasi-organisasi tersebut terkesan membangkang terhadap aturan yang sudah ditetapkan pemerintah. 

Menjaga jarak dalam situasi pandemi Covid-19, sangatlah penting. Terlebih lagi, Malut merupakan salah satu zona merah penyebaran Corona di Indonesia. Sialnya, seluruh protokol kesehatan tentang Covid-19, tak berlaku bagi KAMI, FPI, HTI, dan PA 212 di Malut.

Empat organisasi tersebut, sedikitpun tak menghiraukan imbauan pemerintah soal bahaya Corona. Aksi demo gencar dilakukan. Masyarakat dipengaruhi untuk menentang pemerintah dengan dalih pemerintahan Jokowi gagal total.

Bahkan, KAMI melakukan deklarasi di sejumlah penjuru di sana. Di setiap deklarasinya, KAMI selalu saja mendiskreditkan pemerintah. Kelompok ini seakan tak mau tahu dengan situasi dan kondisi bangsa yang tengah terpuruk akibat Corona.

Nada kebencian selalu saja didengungkan KAMI. Padahal, dalam situasi pandemi Covid-19 ini, mestinya kelompok kemasyarakatan dan kelompok kepemudaan serta kelompok-kelompok lainnya, seyogyanya bahu-membahu bersama pemerintah. 

Tentunya, untuk bangkit dari keadaan yang serba sulit di masa pandemi Covid-19. Bukannya malah justru sebaliknya. Apalagi sampai harus memprovokasi masyarakat dengan isu-isi yang tak benar, dimana menjelek-jelekkan pemerintah.

Boleh dibilang KAMI mau mencari untung dari situasi ini. Sebab, di saat masyarakat dianjurkan bekerja dari rumah atawa  work from home (WFH), menjaga jarak dan menerapkan pola hidup sehat, KAMI justru menentangnya.

Padahal anjuran pemerintah tersebut demi kebaikan rakyat, bangsa, dan negara. Aturan tersebut semata-mata dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Eh, KAMI justru tak pernah mengindahkan aturan tersebut.

Alhasil, aksi demonstrasi maupun deklarasi pembentukan KAMI di sejumlah area di Malut, tak sebatas melanggar protokol kesehatan Covid-19. Secara terang-terangan KAMI bagai mengibarkan bendera perang terhadap pemerintah.

KAMI bisa dikatakan sebagai organisasi anti pemerintah. Sebab, mereka tak sejalan dengan pemerintah. Bahkan, secara terang-terangan sengaja melanggar aturan pemerintah. Yakni mengabaikan protokol kesehatan Covid-19. Sudah begitu, mereka menebar kebencian terhadap pemerintah.

Organisasi ini tampaknya cukup berbahaya. Karena, bisa mengganggu stabilitas keamanan. Masyarakat mulai resah dengan kehadiran kelompok ini. Kewibawaan pemerintah dirongrong KAMI. Akibatnya, KAMI santer disebut sebagai cikal bakal organisasi separatis.

Bila KAMI adalah cikal bakal kelompok separatis, maka sebaiknya organisasi ini segera dibubarkan. Karena, dikuatirkan dapat mengganggu keutuhan stabilitas keamanan NKRI. Sebab, dibalik aksi KAMI, tentu ada pihak yang diuntungkan. Setidaknya KAMI adalah bagian dari kelompok bertopeng. ∆

 (penulis)


Reporter: Penulis

BERITA TERKAIT