BANTUL, OT - Langit cerah menyambut pagi di Dusun Tangkil dan Karangasem, Kalurahan Muntuk, Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul. Jalanan desa mulai ramai oleh warga yang mengenakan busana tradisional.
Di antara deretan penari, pembawa gunungan, dan perangkat desa, tampak barisan mahasiswa KKN Kelompok 36 Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) yang turut ambil bagian dalam Kirab Merti Dusun, sebuah tradisi tahunan yang sarat makna dan menjadi kebanggaan warga setempat.
Kirab merti dusun adalah prosesi budaya yang menggabungkan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi dengan semangat kebersamaan warga.
Tahun ini, acara dimulai dari Dusun Tangkil, melintasi jalur utama desa, dan berakhir di Balai Dusun Karangasem. Di sepanjang perjalanan, sorak sorai penonton dan bunyi gamelan mengiringi langkah peserta kirab, menciptakan suasana meriah yang sulit dilupakan.
Para mahasiswa KKN Kelompok 36 tampil mengenakan pakaian adat Jawa, lengkap dengan blangkon untuk pria dan kebaya untuk wanita. Dengan mengenakan busana tradisional Jawa, para mahasiswa KKN ikut berjalan beriringan dengan gunungan dengan tema pertanian, sebagai simbol kemakmuran dan rasa syukur atas panen yang melimpah.
Gunungan ini menjadi simbol kemakmuran dan keberkahan, yang nantinya akan diperebutkan oleh warga pada akhir acara sebagai bentuk doa agar rezeki terus mengalir.
Selain berjalan dalam barisan, mahasiswa KKN juga ikut membantu panitia sejak beberapa hari sebelumnya. Mereka terlibat dalam pembuatan gununungan, merias wajah ibu-ibu, persiapan logistik dan mendokumentasikan acara.
Keterlibatan mahasiswa KKN UMBY Kelompok 36 tahun 2025 mendapat apresiasi dari tokoh masyarakat setempat.
“Terima kasih juga sama teman-teman KKN yang sudah bantu banyak dari awal sampai merti dusun ini berakhir. Mas dan Mba KKN juga bener-bener rajin terlibat dan banyak inisiatif untuk persiapan merti dusun di beberapa hari terakhir,” ujar Dhanang Satria Wibawa, selaku dukuh dari dusun Tangkil.
Ketua KKN Kelompok 36 UMBY, Selfanus Agianto, mengungkapkan rasa bangganya dapat berpartisipasi dalam agenda bernuansa budaya.
“Kami merasa terhormat bisa ikut serta dalam kirab merti dusun. Ini bukan hanya tentang meriah-meriahan, tetapi juga bentuk rasa hormat kami terhadap budaya dan kebersamaan masyarakat di sini,” tuturnya.
Kirab tahun ini juga menampilkan berbagai kesenian lokal seperti jathilan. Penampilan tersebut menjadi hiburan tersendiri sekaligus sarana untuk memperkenalkan seni tradisi kepada generasi muda.
Acara kirab diakhiri dengan doa bersama di Balai Dusun Karangasem. Semua masyarakat memanjatkan doa agar desa selalu diberi keamanan, kesehatan, dan kemakmuran. Setelah doa, gunungan hasil pertanian dibagikan kepada warga sebagai simbol berbagi rezeki.
Bagi KKN Kelompok 36 UMBY, keterlibatan dalam kirab ini bukan hanya sebatas agenda tambahan. Mereka melihatnya sebagai momen berharga untuk memahami nilai gotong royong, rasa syukur, dan cinta tanah air melalui pelestarian budaya. Menurut mereka, Tradisi seperti ini adalah warisan yang harus terus hidup dan dikenalkan pada generasi selanjutnya.
Dengan berakhirnya kirab, warga pulang dengan hati gembira, sementara mahasiswa KKN merasakan kehangatan kebersamaan yang tak ternilai. Di balik pakaian adat yang mereka kenakan dan langkah kaki sepanjang jalan di desa, mereka membawa pulang pelajaran dan pengalaman berharga bahwa menjaga budaya adalah menjaga jati diri bangsa.
Bagi mahasiswa KKN, momen ini meninggalkan kesan yang sangat mendalam. Sebagian besar dari mereka berasal dari luar Yogyakarta dan mengaku terpukau sekaligus terharu melihat bagaimana warga desa masih memegang teguh tradisi yang diwariskan leluhur. Bagi mereka, pengalaman ini bukan sekadar kegiatan seremonial, tetapi sebuah pengingat bahwa akar budaya harus terus dilestarikan agar tetap hidup di tengah arus modernisasi.
(fight)