Home / Nusantara

Jaring Nusa Bersama Pakativa Gelar Workshop Keanekaragaman Hayati serta Urgensi Regulasi Konservasi Sumber Daya Hayati dan Esensial di Indonesia

22 Mei 2023
Suasana audensi saat mengikuti workshop

TERNATE, OT - Jaring Nusa bersama Perkumpulan Pakativa, Senin (22/5/2022), melaksanakan workshop dengan tema. "Keanekaragaman Hayati serta Urgensi Regulasi Konservasi Sumber Daya Hayati dan Esensial di Indonesia" bertempat di Caffe Drupadi, Kelurahan Jati, Ternate Selatan.

Workshop yang dilaksanakan, menghadirkan narasumber dari unsur Pemerintahan, yang diwakili Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Amehr Hakim, Perwakilan Sekertariat WG ICCAs Indonesia, Cindy Julianti, Akademisi Universitas Khairun Ternate, Zulham Harhap dan Direktur  Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia, Nirwan Dessibali, serta menghadirkan sejumlah peserta dari berbagai pihak termasuk media.

Direktur Perkumpulan Pakativa, Nursyahid Musa menjelaskan, kegiatan tersebut digelar dilatar belakangi oleh kondisi yang ada di Indonesia termasuk di Maluku Utara.

Menurutnya, tujuan peringatan hari Kehati adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran serta menumbuhkan kecintaan terhadap keanekaragaman hayati atau biodiversitas.

Dia menjelaskan, tema Hari Keanekaragaman Hayati Internasional 2023 adalah "From Agreement to Action: Build Back Biodiversity", yang bertujuan untuk mempromosikan tindakan dalam mendukung Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework (KM–GBF). 

"Hari Internasional Keanekaragaman Hayati mengusung tema berbeda tiap tahunnya yang ditentukan oleh sekretariat PBB dalam upaya mengangkat isu spesifik terkait dengan keanekaragaman hayati," ujarnya.

Dia menambahkan, pada tahun 2022 lalu, negara-negara yang bertemu di Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB COP15 di Montreal telah mencapai kesepakatan yang merupakan langkah kunci dalam melindungi daratan dan lautan dunia serta mendukung upaya untuk melindungi iklim dunia. Adanya komitmen bersama untuk melindungi 30 persen daratan dan perairan dunia yang dianggap penting bagi keanekaragaman hayati pada tahun 2030. 

"Saat ini, hanya 17 persen daratan dan 10 persen lautan dunia yang dilindungi. Hari Keanekaragaman Hayati atau Biodiversity Day diperingati setiap tanggal 22 Mei," katanya.

Lanjut dia, di Indonesia, fenomena yang sangat memprihatinkan adalah tingginya laju deforestasi. Jutaan hektar hutan tropis Indonesia hilang dalam kurun waktu dua dasawarsa terakhir. Selain deforestasi, pada wilayah pesisir, laut dan pulau kecil keanekaragaman hayati Indonesia juga kian terancam, secara perlahan hutan mangrove dan terumbu terancam terus mengalami penyusutan.

Dikatakan Musa, banyak faktor yang dapat menjadi penyebab di balik ancaman kepunahan tumbuhan dan satwa di Indonesia seperti alih fungsi lahan sebagai pemenuhan keperluan perkebunan, pertanian, perumahan dan pembangunan infrastruktur, industri ekstraktif, kemudian overfishing dan destruktive fishing yang telah terjadi di berbagai daerah di seluruh tanah air dalam kurun waktu yang lama.

Olehnya itu, Jaring Nusa bersama Perkumpulan Pakativa kali ini melaksanakan Webinar Hybrid sebagai bagian untuk mengajak publik mendukung upaya perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia.Terkait hal diatas, kegiatan webinar hybrid dalam rangka memperingati hari keanekaragaman hayati internasional dilaksanakan dengan menggunakan platform aplikasi zoom dengan mengangkat tema "Keanekaragaman Hayati serta Urgensi Regulasi Konservasi Sumber Daya Hayati dan Esensial di Indonesia”.

"Pada intinya kegiatan inj dapat memberikan penjelasan ke publik mengenai potret kondisi keanekaragaman hayati di Indonesia, serta upaya pengelolaan dan perlindungannya," tuturnya.

Memberikan penjelasan mengenai arah kebijakan nasional yang mendukung konservasi berbasis komunitas lokal dan adat, khususnya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Memberikan penjelasan mengenai urgensi perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia. Menemukan solusi dan membangun rekomendasi terhadap upaya konservasi yang berkelanjutan dan partisipatif serta memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat.

Dengan kegiatan seperti ini, hasil yang diharapkan ialah, adanya pemahaman yang komprehensif oleh CSO maupun publik mengenai keanekaragaman hayati di Indonesia, khususnya di wilayah kepulauan.

"Adanya pemahaman terkait arah kebijakan nasional yang mendukung upaya konservasi dan keanekaragaman hayati di Indonesia. Adanya pertukaran informasi, pengetahuan, dan pengalaman dari berbagai komponen masyarakat dan pemerintah dalam upaya mendorong kebijakan dan implementasi perlindungan keanekaragaman hayati yang berbasis komunitas. Serta adanya rekomendasi terhadap upaya konservasi yang berkelanjutan dan partisipasi serta memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat," jelas Musa mengakhiri.

 (ier)


Reporter: Irfansyah
Editor: Fadli

BERITA TERKAIT