Home / Nusantara

BMKG: Maluku Utara Masih Dilanda Hujan Sedang hingga Lebat dan Tinggi Gelombang Capai 2,5 Meter

14 Juli 2022
Petugas Prakirawan BMKG Zaky Naury

TERNATE, OT - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Sultan Babullah Ternate, mengatakan, wilayah Maluku Utara (Malut) masih berpotensi diguyur hujan sedang hingga lebat beberapa hari kedepan.

Hal itu dikarenakan wilayah Malut sedang mengalami musim peralihan.

Petugas Prakirawan BMKG, Zaky Naury saat dikonfirmasi indotimur.com, Kamis (14/7/2022) menjelaskan, secara umum untuk beberapa hari kedepan masih berpotensi terjadi cuaca ekstrim. Keadaan ini hampir terjadi dibeberapa wilayah di Maluku Utara.

"Adapun yang patut diwaspadai itu, untuk hari dan besok khususnya di wilayah kepulauan Taliabu, Sula, Mangoli, kemudian Obi, Kasiruta, Ternate, Tidore, Sofifi, Patani, Pulau Gebe, Wasile, Maba, Jailolo dan Weda. Itu paling berpotensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang yang dapat menimbulkan banjir," jelas Zaky.

Menurutnya, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpeluang terjadi pada waktu, siang, sore hingga malam hari. Sedangkan untuk kecepatan arah angin khususnya dihari ini dan besok itu cukup kencang.

"Khususnya di wilayah Ternate, Tidore, Kepulauan Taliabu, dan Sofifi itu bisa mencapai 40 kilometer/jam dengan kecepatan justru dapat memicu tinggi gelombang yang cukup besar," katanya.

Lanjutnya, untuk tinggi gelombang terpantau 0,25 sampai 2,5 meter yang perlu diwaspadai di perairan Kepulauan Sula, Taliabu dan Obi, itupun akan berlangsung di perairan Ternate dan Batang Dua.

"Jadi diperairan Ternate dan Batang Dua tinggi gelombang juga berkisar 2-2,5 meter hal itu seiring dengan pergerakan kecepatan angin," jelasnya.

Meski demikian, kondisi angin dengan kecepatan 40 kilometer perjam belum dikatagorikan sebagai angin ekstrim karena klasifikasi itu dikisaran 50 sampai 60 kilometer perjam.

Dia menjelaskan, wilayah Malut saat ini sedang memasuki musim peralihan, dari musim hujan ke musim kemarau.

"Biasa di bulan Juli seperti ini sedang masuk musim peralihan, karena di bulan Agustus itu masuk musim kemarau, nah dimana musim peralihan ini sangat sering terjadi kondisi cuaca ekstrim. Kondisi seperti ini kalau kita lihat dari statistik memang saring terjadi dampaknya bahkan diperburuk lagi sampai menimbulkan banjir dan bencana alam," urainya.

Ia menuturkan, musim di wilayah Malut berbeda dengan wilayah barat, yang mana jika di daerah Jawa itu ada dua musim yakni hujan dan kemarau dan kondisinya jelas beda halnya dengan daerah Malut yang musim hujannya terjadi dua kali sedangkan kemarau hanya sekali.

"Jadi Maluku Utara itu dalam setahun terdapat dua musim hujan dan satu musim kemarau, musim hujan ini berlangsung di bukan Mei dan Desember sedang musim kemarau di bulan Agustus sampai Oktober," akuhnya.

Dengan kondisi yang terjadi saat ini kami berharap, kepada masyarakat agar lebih berikhtiar dan selalu mencermati informasi dari BMKG maupun pemerintah daerah setempat.

"Kepada masyarakat yang tinggal disekitar pesisir yang rawan terjadi banjir, baik itu banjir yang diakibatkan oleh hujan ataupun banjir rob harus lebih berhati-hati, kemudian kepada warga khususnya nelayan juga perlu waspada akan terjadi cuaca ekstrim yang berdampak pada aktivitas di laut," pungkasnya.(ier)


Reporter: Irfansyah
Editor: Fauzan Azzam

BERITA TERKAIT