HALSEL, OT - Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel) melalui Malaria Center, mencatat puluhan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi di sejumlah desa di Kabupaten Halsel sejak tahun 2020 hingga 2021.
Dari puluhan kasus tersebut, desa Labuha menjadi penyumbang terbesar kasus DBD di Halsel.
Sumiyati Toloa, Pengelola DBD Kabupaten Malaria Center, mengatakan, jumlah kasus pasien DBD di Halsel periode bulan Januari hingga Desember 2020 tercatat mencapai 29 kasus dengan penyebarannya, Desa Labuha 11 kasus, Desa Gandasuli 9 Kasus, Desa Babang 4 Kasus, Desa Bibinoi 3 Kasus, Desa Wayaua 1 Kasus dan Desa Madapolo 1 Kasus.
"Dari jumlah itu, data tertinggi kasus DBD ada di Desa Labuha dengan 11 kasus. Dari puluhan kasus yang tercatat tidak ada yang meninggal dunia,"ujarnya.
Lanjutnya, kasus DBD sedikit mengalami penurunan di 2021 dengan 25 kasus sejak Januari hingga November, menunggu data bulan Desember nanti.
"Jadi setiap tahunya yang terbanyak di dalam kota, dan Desa labuha masih yang tertinggi dengan 9 kasus, disusul desa Babang 6 kasus, desa gandasuli 5 kasus, desa jiko 1 kasus, desa bibinoi 1 kasus, Desa Saketa 1 kasus, desa madapolo 1 kasus, dan desa Wayaloar 1 kasus," sebutnya.
Kata Sumiyati, untuk mengantisipasi penyakit DBD, pihaknya juga meminta masyarakat tetap waspada terhadap penyebaran penyakit DBD, karena Halsel masih masuk dalam kategori kasus tertinggi DBD di Malut.
"Untuk mengantisipasi penyakit DBD harus tetap melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta menerapkan 3 M yakni menguras, menutup, dan mengubur," tandasnya.
Selain itu, kata Sumiyati, pihany terus melakukan antisipasi lokasi yang terkena DBD dengan melakukan foging. serta pelacakan kasus (penyelidikan) untuk memutuskan mata rantai penyebaran.
"Jadi setelah ditemukan kasus dilakukan foging, dan pemantau (jentik). karena faktor utamanya lingkungan, damana sumber utamanya nyamuk,"tutupnya.
(iel)