Home / Budaya

Begini Prosesi Adat Perayaan Hari Jadi Tidore ke 909

11 April 2017
TIDORE, OT- Penasaran dengan adat masyarakat Kota Tidore, provinsi Maluku Utara, dalam menyambut Hari Jadi Tidore (HJT). Begini prosesi adatnya, baik yang sudah maupun akan dilaksankan pada HJT ke 909 tahun 2017 nanti. Pada perayaan HJT tahun ini, Kesultanan Tidore bersama masyarakat dan Pemerintah Kota Tidore lebih banyak menampilkan rangkaian acraa adat, budaya dan sejarah. Namun ada satu proses adat yang dilakukan khusus untuk perayaan HJT yakni, ake dango (Air bambu). Prosesi Adat Ake Dango (Air Bambu) digelar di Sonine Gurua (tanah lapang tempat ritual adat) Kelurahan Gurabunga, Minggu (9/4/2017) malam. Prosesi ini merupakan ritual pertemuan Lima Marga untuk mengantarkan air menggunakan Rau (mangkok) yang telah diambil dari puncak gunung untuk dipersatukan dalam Bambu (Dango). Air yang disatukan dalam bambo itu, akan didiamkan semalam di Sonine Gurua yang dijaga oleh perwakilan Lima Marga bersenjata perang dan salawaku. Penjagaan ini dilakukan demi keamanan agar Ake Dango tidak mendapat gangguan sampai pagi. Selanjutnya Ake Dango akan diantar menuju kadaton Kesultanan Tidore, dilanjutkan dengan Parade Juanga Sultan Tidore dan Prosesi Ratib Haddad Farraj. Sebelumnya telah dilakukan dua kegiatan yakni, Ratabi Hadad (tahlilan) dan parade juangan yang dilaksankan Senin pagi kemarin. Selanjutnya, masih ada dua kegiatan adat yang unik dan menarik untuk ditonton yaitu, paji nyili-nyili (bendera Kesultanan) akan dibawa mengelilingi kampung dan ritual ratib taji besi atau biasa disebut dabus/debus (menikam dada dengan besi). Tujuan diadakannya ratib biasanya terkait hajat atau permohonan tertentu kepada yang Maha Kuasa, misalnya agar suatu acara berlangsung lancar, yang sakit disembuhkan, yang meninggal diterima amal perbuatannya, dan sebagainya. Dalam banyak ratib, biasanya ada atraksi debus menggunakan besi tajam. Peserta dabus mengajukan diri secara sukarela, dan diwajibkan untuk berwudhu dan didoakan oleh seorang imam. Ketua panitia HJT ke-909, Yakub Husain mengatakan, tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah mendorong kekuatan Budaya asli masyarakat lokal sebagai ruh sekaligus produk vital menjaga tradisi tetap dilaksanakan sebagaimana Ritual aslinya. [caption id="attachment_1398" align="alignnone" width="700"] Foto bersama Sultan Tidore, Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tidore serta tokoh adat[/caption] Menurut Sultan Tidore, Husain Sjah, masyarakat Tidore adalah masyarakat yang bijaksana dalam menyikapi perbedaan, menjunjung tinggi toleransi, dan dapat membangun semangat persatuan. �Insya Allah jika kita bersatu, kita bekerjasama, dan bergotong royong, maka apa yang menjadi cita-cita bersama akan dapat diselesaikan,� tutur Sultan. Sementara Wali Kota Tidore Kepulauan, Ali Ibrahim memeberikan apresiasi atas digelarnya prosesi adat Ake Dango, sebagai bagian dari rangkaian adat kegiatan Festival Tidore Tahun 2017. �Kegiatan ini penting dan patut mendapat dukungan semua pihak, karena terkait langsung dengan salah satu visi Pemerintah Daerah yaitu, penguatan pembanguna sosial dan budaya serta nilai-nilai kearifan lokal sebagai modal sosial untuk mendorong akselarasi pembangunan,�. tutur Ali. Dikatakannya, Salah satu bentuk dukungan tersebut yaitu terus menjaga, merawat dan menghidupkan kembali tradisi leluhur atau kearifan lokal Ake Dango, hingga saat ini, tujuannya agar Masyarakat Tidore yang semakin sejahtera dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal daerah demi tercapainya pengembangan pariwisata berbasiskan kebudayaan, alam dan kearifan lokal. Yang menjadi tugas bersama Pemerintah, Kesultanan, Masyarakat Adat dan semua pihak adalah terus melakukan upaya-upaya untuk mengembangkan nilai-nilai lokal ini agar tidak tergantikan oleh nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan karakter kehidupan masyarakat Tidore. (red_mehrunn(red)


Reporter: Redaksi

BERITA TERKAIT