DEMOKRASI politik selalu merevitalisasi wajah dinamika percaturannya dalam kehidupan sosial. Kekuasaan menjadi tujuan untuk melegitimasi kepentingan mereka yang berkontestasi disetiap momentum politik.
Tentang kekuasaan di dunia politik, teringat seorang pengamat politik Indonesia sekaligus pemikir bernama Deliar Noer pernah berpendapat bahwa politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan. Hal ini dengan maksud untuk memberikan pengaruh dengan cara mengubah atau mempertahankan suatu susunan masyarakat tertentu.
Kekuasaan, bukan hanya tentang jabatan atau pangkat, Namun, lebih dari itu merupakan implementasi visi sebagai pemimpin yang memikul amanah rakyat. Kekuasaan politik di Indonesia biasanya menjadi kompetisi partai politik sebagai pilar demokrasi untuk menjalankan kepentingan publik. Masing-masing partai politik hadir dengan jargon, tagline bahkan branding narasi yang inovatif untuk mendapatkan penambahan konstituennya. Salah satu partai yang turut mewarnai pergolakan politik bangsa ialah Partai Amanat Nasional (PAN).
Partai Amanat Nasional (PAN) khususnya di Maluku Utara memiliki cerita yang unik, dramatis dan perpecahan menjadi salah satu dari proses drama itu. Bisa diamati dalam setiap perjalanan periodesasi terjadi keretakan konflik internal, minimnya figur lokal yang mendominasi kontestasi kepala daerah, bahkan konflik yang keterlibatan elit semakin menggembosi kepercayaan public terhadap institusi politik, termasuk Partai Amanat Nasional di Maluku Utara. Namun, bergulirnya waktu dinamika itu berakhir, sebab sampai saat ini partai yang di Pimpin Zulkifli Hasan ini tetap berjalan konsisten menjaga makna simbolik warna putihnya yang menggambarkan pencerahan akan semangat perubahan.
Kasman dan Jejak singkat politik di PAN
Pencerahan dan perubahan itu adalah keniscayaan dalam politik. Di tengah dinamika dan tantangan demokrasi lokal Maluku Utara yang kompleks, munculnya tokoh baru sebagai nahkoda partai bisa menjadi momentum penting juga strategis untuk menyebarkan cahaya harapan baru khususnya di Provinsi Maluku Utara. Partai Amanat Nasional (PAN) di Maluku Utara saat ini telah melahirkan figur masa depan yang membawa semangat pembaruan serta reposisi politik partai di wilayah yang kaya dengan potensi Sumber Daya ini.
Figur itu bernama Dr. Kasman Hi. Ahmad, S.Ag., M.Pd yang terpilih sebagai ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Maluku Utara Periode 2025-2030. Kasman bukan sosok asing di panggung politik dan Pendidikan Maluku Utara.
Lelaki kelahiran Gorua, Halmahera Utara 1970 sudah meniti karir sejak tahun 1998 mulai dari PNS Dosen pada STAIN ternate sampai menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) dari tahun 2009 sampai 2015. Kini, Kasman melalui kontestasi politik di Halamhera Utara berhasil di amanahkan menjadi Wakil Bupati Halmahera Utara. Perpaduan pengalaman antara intelektualitas dan birokrasi memberikan modal sosial dan politik yang penting dan nilai tawar tinggi dalam memimpin PAN di daerah yang sejauh ini masih menghadapi carut marut tata kelola, pembangunan ekonomi dan rendahnya kualitas demokrasi lokal.
Di pundak Kasman memiliki tanggunjawab besar, denga tagline “menyalakan matahari Harapan” yang di usung Kasman bukan hanya slogan retoris. Ia harus mampu diterjemahkan secara internal sebagai program nyata dan struktur kepartaian yang kuat serta professional. Disisi lain, bukan hanya sekedar kendaraan elektoral lima tahunan. Tetapi mampu mentransformasi PAN sebagai kekuatan politik yang rasional, terbuka dan solutif. Energi baru menjemput harapan baru demi PAN Maluku Utara yang Maju, Kalimat ini layak disematkan kepada Dr. Kasman Hi. Ahmad yang membawa harapan baru berbasis gagasan.
Pada konteks ini literasi pemikiran bukan sesuatu yang sulit bagi sosok Kasman. Karena tercatat figur harapan baru ini sudah menorehkan banyak karya buku selama berada di dunia intelektualitasnya. Beberapa karyanya yang popular diantaranya, Damai yang Terkoyak; Catatan Kelam dari Bumi Halmahera, Dakwah dan pencerahan bangsa; Sebuah Agenda, Agama, kemanusiaan dan budaya toleransi, Membaca Realitas Pendidikan, Maluku Utara dalam Dimensi Spiritual dan Sosial di Era Distrupsi, dan Pendidikan sebagai Strategi Kebudayaan .
Dengan demikian, dari kekayaan pengetahuan dan pengelaman inilah Kasman dengan fokus pada Menjemput harapan baru menganggap bukan sekadar momentum, melainkan ujian keberanian untuk mengubah pola lama menjadi arah baru yang lebih rasional, inklusif, dan berorientasi pada pelayanan publik. Di tangan Kasman, PAN punya peluang untuk tidak hanya bersinar di panggung politik lokal, tapi juga menjadi pelopor demokrasi partisipatif di wilayah timur Indonesia. Semoga..!!!
**Penulis : Mohamad Iksan Lutfie
(Wakil Ketua FOKAL IMM Maluku Utara)(red)