Home / Berita / Nasional

Puncak HJT 910, Sultan Tidore Undang Rizal Ramli Sebagai Tamu Kehormatan

12 April 2018
Pemakaian pakaian adat Tidore dan Pemberian Nuku Pemberontakan Nuku

TIDORE, OT- Upacara puncak peringatan Hari jadi Tidore ke 910 Tahun 2018 berlangsung lancar dan khidmat, setelah sepekan sebelumnya Kota Tidore Kepulauan (Tikep) diwarnai dengan sejumlah kegiatan bernuansa adat, Kamis (12/4/2018) seluruh rangkaian kegiatan budaya Tidore mencapai klimaksnya dengan dilaksanakan Upacara Puncak yang digelar di  Sonyine Salaka Kadato Kie Kesultanan Tidore.

Upacara ini menjadi sangat bermakna karena turut dihadiri salah satu tokoh nasional yang sangat peduli terhadap pembangunan Kota Tikep, Rizal Ramli, Ketua Komite Seni Budaya Nusantara Mayjen (Purn) Hendardji Supandji, Assisten Deputi Pengembangan Pemasara Kementerian pariwisata, serta dihadiri pula oleh keluarga Raja dari Seram dan Gorong Maluku.

Sebelum upacara dimulai Sultan Tidore Husain Sjah berkesempatan memakaikan pakaian upacara adat Tidore, bala dada dan besu kepada Rizal Ramli sebagai bentuk kehormatan dan simbolisasi adat Rizal Ramli menjadi bagian dari keluarga besar Kesultanan Tidore.

Dalam upacara yang berlangsung hikmad dan sakral ini, bertindak sebagai Inspektur Upacara yang mulia Sultan Tidore Husain Sjah, dan bertindak selaku komandan upacara, Jou Mayor Iskandar Alting, Upacara diawali dengan pembacaan Sejarah Singkat Hari Jadi Tidore oleh Ngofa Sedano Soa Romtoha Tomayou Syofyan Saraha.

Sultan Tidore selaku Inspektur Upacara memasuki lapangan upacara diiringi tarian Soya-soya. Komandan upacara Iskandar Alting maju menyampaikan laporan bahwa upacara segera dimulai, keduanya menggunakan bahasa Tidore.

Selanjutnya Paji Buldan Tidore, Pataka Rau Parada yang dibawakan oleh pasukan adat memasuki lapangan upacara dan mengambil posisi di tengah-tengah lapangan upacara dalam formasi barisan diiringi alunan musik Rababu, Tifa dan Gong.  

Suasana menjadi hening saat Sultan Tidore menyampaikan Borero Gosimo atau Amanat Datuk Moyang ketika sampai ke penggalan kalimat Borero Gosimo 

”Ngone na ahu se gogahu, rejeki se rahmati, sone se ahu, ge jou madubo, jou allah ta‘ala yo atur sefato. no sogewa-gewa ni tabalai se tabareko, la sojud se malahi te jou allah ta’ala” (artinya hidup dan kehidupan, rejeki dan rahmat, mati dan hidup adalah restu dan izin Allah SWT.

Biarpun kalian berada pada kesibukan dunia yang amat sangat, usahakan sedapat mungkin luangkan waktu bersujud kepada Allah SWT), suasana menjadi haru, para tamu undangan dan hadirin yang hadir, turut mendengar dan menyimak secara seksama amanat datuk moyang yang syarat makna tersebut.

Upacara ditutup dengan kembalinya Paji Buldan Tidore, Pataka Rau Parada yang dibawakan oleh pasukan adat ke posisi awal di daerah persiapan.

Sultan Tidore Husain Sjah memaparkan, di kehidupan para Sultan Tidore yang begitu gigih menentang Kolonialisme asing di bumi Moloku Kie Raha.

Bahkan karena kegigihannya itu, kata dia, para Sultan harus rela menerima konsekuensi berjuang melawan bangsa asing dan hidup berpindah-pindah tempat mencari dukungan, melakukan perlawanan sekaligus memperkuat diplomasi dengan sesama kerajaan di nusantara untuk menentang penjajahan.

Di masa revolusi perjuangan Indonesia yang ingin membentuk negara berdaulat tanpa campur tangan bangsa asing, Kesultanan Tidore menyerahkan seluruh wilayah kekuasaannya untuk bergabung bersama NKRI sebagai wujud rasa cinta akan keutuhan Indonesia, sehingga utuhlah wilayah negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke seperti saat ini.

Sementara, Rizal ramli yang diberikan kehormatan menyampaikan sambutan mengakui, kebijakan pemerintah pusat dalam pemerataan pembangunan memang belum maksimal.

Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman Era Pemerintahan Presiden Gus Dur mengatakan bahwa dimasa pemerintahan Gus Dur yang begitu singkat, telah dilakukan sejumlah upaya untuk pemerataan pembangunan.

Namun untuk pemerataan pembangunan yang selalu berpatokan pada jumlah penduduk dan luas wilayah akan menyulitkan daerah-daerah seperti Tidore untuk berkembang. Rizal Ramli juga mengakui Maluku Utara memiliki sejumlah modal penting untuk berkembang seperti kekayaan Sumber Daya Alam, Hasil Laut yang melimpah serta masyarakatnya merupakan yang paling bahagia di Indonesia.

Sementara, Walikota Tidore Kepulauan Ali Ibrahim mengatakan Pemerintah Kota Tikep terus berkomitmen untuk menjaga tradisi, kebudayaan dan nilai-nilai kearifan lokal Tidore untuk terus menjadi pedoman masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ali Ibrahim mengajak kepada seluruh jajaran pemerintah daerah, pihak Kesultanan Tidore dan lapisan masyarakat untuk menjadikan budaya Tidore sebagai roh dari perilaku kehidupan, kapan dan dimanapun berada.(Rayyan)


Reporter: Rayyan

BERITA TERKAIT