Home / Berita / kesehatan

Tiga Lembaga Peduli Perempuan Dan Anak Gelar Seminar Penyakit Autoimun di Ternate

25 Agustus 2019
Suasana Kegiatan Seminar di Hotel Grand Dafam Ternate

TERNATE, OT - Tiga lembaga peduli perempuan dan anak, diantaranya, Clerry Cleffy Institute (CCI), Marisza Cardoba Foundation (MCF), dan Firda Athira Foundation (FAF), Minggu (25/8/2019), mengadakan seminar edukasi tentang penyakit autoimun di hotel Grand Dafam Hotel Ternate.

Kegiatan bertajuk Autoimun Berbagi Bahagia (ABB) Weekend Market ini,  digelar pada10 kota besar termasuk Kota Ternate, dengan harapan dapat membangkitkan semangat masyarakat untuk mengenal dan menerapkan pola hidup sehat menyeluruh sekaligus memberikan dukungan kepada ODAI atau Orang Dengan Autoimun agar tetap aktif dan berdaya.

Dewan Pengawas Prof. Dr. dr. Aru W. Sudoyo, Sp.PD, Khom, dalam seminar itu menjelaskan, autoimun adalah sebuah kondisi kesehatan, dimana sistem kekebalan tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antara benda asing  yang membahayakan tubuh dengan bagian tubuh penderitanya.

"Sehingga menyebabkan keluhan kesehatan kronis bahkan kematian jika menyerang organ yang memiliki peran vital," kata Prof Aru.

Prof Aru menuturkan, hal ini dapat dipengaruh oleh faktor genetik, namun gaya hidup dan faktor lingkungan memegang peran jauh lebih penting, karena belum ada obat yang dapat memulihkan seseorang dari kondisi autoimun. "Penyakit ini dapat dicegah atau dikontrol dengan penerapan pola hidup sehat menyeluruh," jelasnya.

Sementara Ketua Dewan Pengawas, Marisza  Cardoba, Foundation dan President of isim International Society of Internal Medicine mengatakan, autoimun adalah penyakit yang mematikan, namun bisa dikendalikan penyebabnya akibat terpapar bahan-bahan kimia, atau yang dianggap tidak natural oleh tubuh sumber bahan kimia antara lain, makanan-makanan yang ada di sekitar.

Kata dia, sanggat logis menjadi perangsang rusaknya anti bodi dalam tubuh, dua generasi lalu, serta penyakit autoimun sanggat langkah tapi sekarang jumlahnya meningkat tajam dan kebanyakan generasi muda yang menderita.

"Bahayanya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit berbahaya ini masih di rasakan kurang, pada hal diduga kuat penderitanya di Indonesia bisa mencapai jutaan bahkan puluhan juta orang di Amerika Serikat, jumlah penderita autoimun mencapai 50 juta jiwa, atau sekitar 15,5% dari total penduduknya sekitar 80 persen penyintas autoimun adalah perempuan usia produktif, dengan gejalah yang mirip dengan penyakit lainya seperti nyeri sendi, mudah lelah, rambut rontok, sering sariawan, demam yang tidak beraturan, dan sebagainya," jelasnya. 

Sementara pendiri Clerryb Cleffy Institute (CCI), Dwi Prihandini menyatakan, dukunganya dan berpartisipasi aktif dalam mewujudkan Program Nasional senyum Indonesiaku.  

"Program ini telah diresmikan Prof.DR.Yohana Susana Yembise Dipl. Apling selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI beserta Marisza Cardoba Foundation pada tanggal 6 Agustus 2015 di Galeri Indonesia Kaya Jakarta," ungkapnya

Psikolog perdamaian yang juga inisiator kegiatan ini mengatakan, pentingnya edukasi tentang autoimun dan melakukan inisiatif agar komunitas autoimun mendapat dukungan dan hak yang   sama untuk lebih berdaya dalam kehidupan di masyarakat, di Indonesia, autoimun telah menjadi epidemi dengan lonjakan angka penderita yang tajam.  

"Masyarakat harus dibutuhkan edukasi masif agar masyarakat dapat mengenali keberadaan autoimun dan mewaspadainya melalui penerapan pola hidup sehat  menyeluruh. Autoimun adalah ancaman nyata bagi masyarakat Indonesia,” ucapnya.

Menurutnya, orang dengan Autoimun atau ODAI produktivitasnya menurun, hanya mampu beraktivitas 5-6 jm sehari, bayangkan bila fenomena ini terus meningkat di Indonesia, pemerintah akan semakin kewalahan menanggung anggaran kesehatan yang begitu besar, apalagi penyakit ini belum dapat disembuhkan,” pungkasnya.

Pendiri Firda Athira Foundation (FAF), firdha Athira menambahkan, generasi milenial punya peran penting untuk memberi dukungan kepada  teman-temannya yang menderita autoimun tetap memiliki semangat yang sama meraih masa depan.

“Dengan dukungan teman dan sahabat, penderita autoimun, khususnya sesama anak muda, akan punya daya juang lebih dan menganggap apa yang dideritanya bukan sebuah halangan untuk menggapai masa depan dan meraih cita-citanya," jelasnya.

 

(ded)


Reporter: Dedi Sero Sero

BERITA TERKAIT