TERNATE, OT- Seorang pelajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nasional Banau Kota Ternate dikabarkan meninggal dunia diduga akibat disengat lebah ganas.
Peristiwa itu terjadi di Bukit Taduma Kelurahan Taduma Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate pada Kamis 16 November 2023 lalu.
Dikabarkan, siswa yang tengah duduk di bangku kelas III SMP berinisial FA alias Fikran (17 ) itu sempat menjalani perawatan medis di RSUD Chasan Boesorie sebelum dinyatakan meninggal dunia.
Informasi yang diperoleh indotimur.com menyebutkan, pada jasad korban banyak ditemukan bekas sengatan lebah ganas. Bekas sengatan terlihat pada hampir sekujur tubuh korban.
Meski demikian kematian FA masih menjadi misteri bagi pihak keluarga. Alhasil upaya untuk mencari tahu asal muasal penyebab peristiwa itu tengah diupayakan orang tua FA melalui pihak Kepolisian setempat.
Hi Fadlun Alwi, orang tua korban melalui kuasa hukum Supriadi Hamisi mengatakan, saat ini orang tua korban masih berupaya mencari tahu penyebab meninggalnya putra mereka.
Upaya itu dilakukan dengan cara membuat laporan pengaduan ke Sentral Pengaduan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Ternate.
Berdasarkan informasi yang diterima, Supardi menceritakan, sebelum korban dinyatakan meninggal dunia, korban sempat menjalani perawatan medis di RSUD Chasan Boesorie Ternate akibat terkena serangan lebah ganas.
Diketahui, korban FA pada Kamis 16 November 2023 sempat meminta izin kepada ayahnya untuk mengikuti kegiatan les di sekolah sekira pukul 15.00 WIT sore hari.
Supriadi menuturkan, ayah korban sempat menanyakan apa yang menjadi kendala. Seperti pada umumnya sang anak meminta uang sebesar Rp 20 ribu untuk membayar uang les.
Saat itu sang ayah langsung memberikan uang sebesar Rp 40 ribu termasuk biaya transportasi anak hingga ia pulang les nanti.
Singkat cerita, sekira pukul 17.30 WIT, pihak rumah sakit menghubungi ayah korban dan menjelaskan kondisi korban saat itu. Tanpa pikir panjang, ayah FA lalu bergegas pergi ke RUSD Chasan Boesorie untuk memastikan kondisi anaknya.
Sampainya di RSUD dan melihat kondisi korban yang mengalami memar akibat sengatan lebah. Ayah korban dihampiri seorang laki-laki yang mengaku sebagai tukang ojek yang telah mengantar FA ke rumah sakit tersebut.
Dari percakapannya dengan tukang ojek bahwasanya dia menemukan FA di Bukit Taduma tengah mendapat serangan dari lebah ganas, posisi waktu itu FA berada di tangga naik ke 2 ke bukit Taduma tersebut.
Lalu membawa korban ke RSUD bahkan si ojek mengaku saat membantu korban dirinya juga sempat mendapati sengatan lebah ganas tersebut dengan menunjukkan bukti gigitan lebah di bagian pinggangnya.
Selain ojek ada seorang wanita yang mengaku sebagai warga setempat yang menyaksikan korban FA diserang lembah ganas di bukit Taduma.
Karena dalam kondisi syok ayah korban tidak terlalu menggubris dan mencari tahu detail peristiwa tersebut.
Lanjut Supardi, usai ayah korban berbincang dengan kedua saksi tak berselang lama FA dilaporkan meninggal dunia.
Supardi menyebut, dari kronologis singkat itu sebagai kuasa hukum berpandangan bahwa ada yang janggal. Sebab pihaknya menduga ada unsur lain hingga korban mengalami peristiwa naas itu, mengigat saat kejadian berlangsung korban dalam posisi mengenakan pakaian lengkap jika diserang lebah. Karena saat itu korban mengenai celana jens panjang, kaos oblong dilapisi kemeja.
Hal yang janggal juga terlihat saat korban dinyatakan meninggal sewaktu di RSUD tukang ojek itupun menangis sejadi jadinya bahkan sempat memanggil nama korban dan meminta maaf.
"Kemudian yang menjadi pertanyaan bagi kami, jika saksi mengaku sebagai tukang ojek lantas mengapa dia tahu indentitas korban. Tapi itu hanya praduga kami saja," sebut Supriadi.
Sebaliknya juga hal aneh yang juga belum diketahui pasti keluarga korban mengingat saat itu almarhum FA meninggal dirinya berujar untuk pergi les bersama teman-temannya disekolah. Jika kemudian ia pergi dengan teman-teman tentu dalam posisi kesulitan temannya pasti punya empati, tentu mereka akan menolong korban ataupun jika korban dilarikan ke RSUD sengahnya ada yang ikut dampingi.
Kandati begitu tak ada satupun teman korban yang ada saat korban dilarikan ke RSUD untuk mendampingi FA bahkan tak ada yang berbelasungkawa atau mendatangi rumah duka dan menceritakan peristiwa tersebut.
Supardi menambahkan, dengan adanya kejanggalan demikian sehingga pihak keluarga melaporkan peristiwa meninggal FA ke Polres Ternate. Agar kemudian dapat membantu mengungkapkan insiden kematian korban.
"Siap pelaku yang membawa FA sampai ke Bukit Taduma itu karena almarhum ini anak yang tidak suka keluyuran aktifitas keseharian berangkat sekolah, mengaji dan dia juga tidak bisa mengendarai sepeda motor. Jadi almarhum boleh dikatakan anak rumahan, untuk itu kita berharap pihak kepolisian juga dapat membantu mengungkapkan dalang yang membawa FA sampai ke tempat itu," tuturnya.
Supardi juga menjelaskan, dua hari sebelum FA meninggal dunia ia sempat meminta kepada orang tuanya untuk dipindahkan dari sekolah alasannya karena korban kerap mendapat tindakan bullying dari temannya.
Walaupun begitu, orang tua enggan mau memindahkan FA ke sekolah lain dikarenakan almarhum sudah duduk di kelas 3 SMP yang sebentar lagi akan menghadapi ujian kelulusan.
"Intinya orang tua FA hanya meminta agar pihak kepolisian dapat menyelidiki penyebab dan siapa orang yang membawa korban agar penyebab meninggalnya putra kami bisa lebih jelas," tandasnya.
Terpisah, Kapolres Ternate AKBP Nico Irawan melalui Kasat Reskrim Polres Ternate Iptu Bondan Manikotomo saat dikonfirmasi Senin (27/11/2023) membenarkan adanya laporan pengaduan tersebut.
"Iya benar ada, sudah ditindaklanjuti laporannya dan saat ini masih dalam proses penyelidikan," singkat Bondan mengakhiri.
(ier)