TERNATE, OT - Meski kawasan depan benteng Oranje telah ditetapkan sebagai kawasan bebas pedagang, namun pada sejumlah.titik di depan benteng Oranje, terlihat.sejumlah pedagang asongan menempati kawasan itu.

Amatan indotimur.com, sedikitnya ada 5 (titik).pedagang menempati depan benteng Oranje yang seharusnya tidak boleh ditempati.

Sejumlah pedagang yang ditemui indotimur.com, mengaku, direstui oleh sejumlah oknum pada beberapa OPD di lingkup Pemkot Ternate.

Para pedagang bahkan dikenakan retribusi "tak resmi" oleh oknum-oknum tersebut.

Tercatat ada beberapa OPD ikut terlibat dalam praktek pungli di kawasan itu, "setiap hari, menyetor Rp, 10 ribu dan per bulannya sebesar Rp, 250 ribu, tarif per bulan itu, hanya sementara, pada bulan berikut tarifnya naik menjadi Rp, 300 ribu per bulan," kata salah satu PKL yang enggan disebut namanya.

Kata dia, kehadiran pedagang di kawasan depan benteng Oranje, diaetujui oleh sejumlah OPD, karena ada retribusi tak resmi yang harus disetor per hari dan per bulan.

Lanjut dia, untuk setoran per hari, para pedagang wajib menyetor kepada oknum yang diduga sebagai kordinator. "Setoran ini wajib, walaupun tidak sedang berjualan," akunya.

"Jadi misalkan kami tidak berjualan sehari atau dua hari, kami tetap harus bayar sesuai tarif, tapi masalahnya tidak ada karcis yang diberikan kepada kami para pedagang," ungkap sumber seraya mengaku tak mengetahui kemana setoran itu diserahkan.(ier)