Sebelumnya, diawal tahun 2020, terdapat celah keamanan di Facebook yang memungkinkan setiap nomor seluler yang tertaut di akun Facebook seseorang bisa diambil. Pengguna Facebook di lebih dari 100 negara menjadi korban dari masalah keamanan ini.
Kemudian seorang hacker membuat sebuah Bot Telegram yang memungkinkan orang lain untuk bisa mendapatkan data pribadi pengguna berdasarkan Facebook ID nya hanya dengan membayar per data dengan harga yang sangat murah. Berdasarkan informasi kebocoran data tersebut, terdapat 130 ribu lebih data bocor yang merupakan pengguna yang berasal dari Indonesia. Negara dengan kebocoran data pengguna terbanyak berasal dari Mesir dengan 44 juta data, disusul Italia dengan 35 juta data, dan USA dengan 32 juta data.
Pada hari sabtu (3 April 2021) kemarin, dengan total 533 juta pengguna Facebook kembali disebarkan di sebuah forum hacking, dan kali ini dengan GRATIS.
"A database of that size containing the private information such as phone numbers of a lot of Facebook's users would certainly lead to bad actors taking advantage of the data to perform social engineering attacks [or] hacking attempts," Kata Alon Gal, CTO Cybercrime Intelligence Hudson Rock, orang yang pertama menemukan seluruh data yang bocor di Forum sekaligus melakukan verifikasi dan disampaikan ke Insider.
This is old data that was previously reported on in 2019. We found and fixed this issue in August 2019. https://t.co/mPCttLkjzE
— Liz Bourgeois (@Liz_Shepherd) April 3, 2021
Direktur Strategic Response Communications Facebook, Liz Bourgeois memberikan pernyataan di akun Twitternya, bahwa kebocoran data ini sudah dilaporkan sejak tahun 2019 dan sudah diperbaiki dibulan Agustus di tahun yang sama. Akan tetapi, meskipun data-data ini sudah berusia beberapa tahun, tetap saja masih relevan dengan beberapa pengguna yang tidak melakukan pembaruan datanya seperti nomor seluler dan email.(capt)