Bupati dan Wakil Bupati yang saya hormati
Negeri ini negeri para kapita. Negeri yang dibangun di atas dzikir, lala, kabata dan cakalele, yang terangkum dalam nilai-nilai kebudayaan, yang termanifestasi sebagai alas hidup tiga negeri: Mobon/Maba, Poton/Patani dan Were/Weda, atau yang sering disebut sebagai Falsafah Fagogoru.
Menjadi seorang pemimpin di negeri ini. Bapak harus sanggup mengejewatahkan nilai falsafah itu ke dalam hidup dan kehidupan. Karena nilai-nilai itu adalah identitas hidup para Kapita.
Dengan begitu, maka yang pertama adalah seorang pemimpin harus memiliki jiwa "ngakurasai". Pemimpin yang memiliki pengakuan persaudaraan dengan sesama manusia/rakyat dan alam semesta. Harus sanggup melindungi dan menyelamatkan rakyat dan alam semesta. Karena manusia dan alam semesta adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan satu sama lain dan sejatinya seorang pemimpin adalah perpanjangan tangan dari kekuasaan Tuhan di muka bumi.
Kedua, jadilah pemimpin yang berkarater "budi re bahasa". Pemimpin yang menjaga moral dalam setiap urusan keputusan yang berhubungan dengan rakyatnya, serta sanggup menjaga tutur kata untuk tidak melukai hati rakyatnya. Tua atau muda, laki-laki atau perempuan.
Ketiga, jadilah pemimpin yang rendah hati "sopan re hormat". Pemimpin yang menghormati harga diri rakyat dan memiliki kerendahan hati terhadap seluruh rakyatnya beserta seluruh hak-hak hidupnya. Kemudian sebisa mungkin untuk tidak boleh sombong dan angkuh terhadap rakyatnya.
Keempat, jadilah pemimpin yang mawas diri "fimtait re faref moy". Jadilah pemimpin yang memiliki rasa takut dan rasa malu. Takut kalau rakyatnya menderita dan meninggal dalam keadan lapar. Malu jika rakyat kita tidak mendapatkan distribusi keadilan dan kesejahteraan.
Bila falsafah fagogoru ini benar-benar termanifestasi dalam jiwa Bapak bedua. Maka kami semua percaya, sebuah pemerintahan yang beradab dan berkeadilan akan segera terwujud. Sebagimana penggalan pidato mediang Almarhum Ir. Muhdin, dihadapan ribuan rakyat Halmahera Timur, yang mencintainya.
Bahwa Negeri ini negeri para kapita
"Dengan dzikir para kapita berdoa, dengan dzikir para kapita mensyukuri nikmat Tuhan, dengan dzikir para kapita memuja-muji kekuasaan Tuhan".
Hingga, sebelum menghembuskan nafas terakhir Ir. Muhdin, menutup pidatonya dengan kalimat yang amat menyentuh hati dan penuh makna. Sekaligus semacam himbauan kepada generasi penerus perjuangan para kapita. Bahwa, "Fondasi pembangunan negeri ini harus kokoh, harus tangguh".
Penggalan pidato ini mengisyaratkan agar seorang kapita atau pemimpin harus memiliki jiwa falsafah fagogoru, agar dengan begitu seorang pemimpin dapat membentuk sebuah fondasi pemerintahan yang kokoh dan tangguh dan bukan untuk sebaliknya.
Sebagai penerus Kapita muda. Bapak harus memahami pesan itu dengan penuh seluruh jiwa raga. Bapak berdua sudah mengunjungi seluruh desa yang ada di Halmahera Timur. Bahkan telah mengetahui kondisi dan nasib rakyat hari ini. Mulai dari nasib para petani, nelayan, kondisi sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan nilai-nilai kebudayaan yang hampir punah. Dalam kondisi yang memprihatinkan itu, Bapak berdua, sekiranya dapat menyadari dengan kesungguhan hati atas nasib rakyat Halmahera Timur hari ini. Mereka adalah rakyat yang mengharapkan keadilan dan kesejahteraan ditegakkan. Jangan biarkan mereka terlantar atau meninggal dalam keadaan rasa lapar. Kami tau Pak, urusan maut adalah rahasia ilahi. Tapi sebagai seorang pemimpin, bapak harus bertanggungjawab atas nasib hidup dan keselamatan mereka.
Jalinan cinta antara pemimpin dan rakyat bukan atas dasar dibangunnya infrastruktur mewah saja, melainkan bagaimana rakyat tidak merasa terjajah. Bukan juga sekadar mengeruk sumberdaya alam yang mengancam nasib keselamatan rakyat, namun keadilan dan kesejahteraan harus terdistribusi bagi seluruh rakyat. Terakhir saya ingin bilang: seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan rakyat ketimbang kepentingan pribadi dan berhati-hatilah dalam menjalankan amanah rakyat ini.
Selamat datang pemimpin baru Halmahera Timur. Jagalah amanah Tuhan dan rakyatmu, dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya.
M. Ruh
(Ketua Dewan Kesenian Daerah Halmahera Timur)(red)