Home / Opini

Refleksi Kedaulatan Tambang 2022-2023

Ditulis oleh Ahlan Mukhtari Soamole (Penulis adalah Pegiat Pertambangan)
31 Desember 2022
Ahlan Mukhtari Soamole

     Dipenghujung akhir 2022 menyisahkan sebuah perjalanan bangsa, Negara dalam dinamika dramatisir berbagai celah upaya mengkoyak-koyak kedaulatan, ekonomi terkoyak-koyak oleh kebijakan pasar, kebijakan-kebijakan potensial disekat, didikte mekanisme kekuasaan pemodal, pasar bebas Cina membuat negara terpojok dalam genggamannya. Tak hayal 2022 merupakan waktu terpanjang dalam menyaksikan pergulatan elitis, terkoyaknya kemandirian, indeoendensi, berdikari. Sebuah drama diperankan oleh elit, kekuasaan global Cina menandai akhir dari cerita 2022 adalah kisah mengangkat Cina sebagai aktor inti, mengapa demikian, hampir seluruh kekuasaan dan penguasaan sumber daya alam di Indonesia dimiliki Cina, pembangunan jalan, infrastruktur, pertambangan, pabrik-pabrik pengolahan adalah kepemilikan dari Cina. Menurut CNN Indonesia (2018) merilis berita ungkap presiden kamar dagang Cina di Indonesia, Gong Bencai mengatakan ada sekitar 1000 perusahaan asal negeri Tirai Bambu beroperasi di Indonesia, sekitar 50 % (persen) di pulau Jawa, dari 1000 tersebut  17 % bergerak pada sektor konstruksi, 15 % pada sektor pertambangan dan 13 % lainnya pada sektor kelistrikan. Melimpahnya sumber daya alam terutama mineral tak luput dari penguasaan Cina. Menurut CNN Indonesia (2022) mengatakan seperti diungkapkan oleh Anggota komisi VII DPR RI fraksi demokrat Zulfikar Humanongan menyebut 90 % tambang Nikel dikuasai oleh Cina ungkapan tersebut tertuju pada menteri energi sumber daya mineral, Arifin Tasrif. Di mana operasi penguasaan tambang oleh Cina mengantongi pendapatan 450 triliun rupiah per tahun hasil dari sumber daya mineral nikel Indonesia, pada ungkapan sama mantan wakil presiden RI Jusuf Kalla menyayangkan penguasaan sumber daya alam, hal itu pula didominasi tenaga kerja asing Cina pada industri-industri pengolahan sumber daya alam tersebut. Dinamika demikian pernah diutarakan bung Karno dengan istilah Berdikari sebagai istilah kedaulatan , segala kepentingan, carut-marut politik, ekonomi dapat saja berakibat pada suatu kepentingan kekuasaan, konspirasi politik dengan keuntungan timbal balik. Cina merupakan salah satu negara adidaya kontemporer dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia, memiliki terbesar di dunia.  Tentu, dapat dikatakan pada abad 21 ini Cina adalah negara peradaban besar dapat menyaingi Eropa dll. Bilamana arus kekuasaan Cina mendominasi Indonesia, tentu akan berdampak secara biasa, sebagaimana Cina adalah negara komunisme dengan tindakan ekonomi tendensi kapitalistik memungkinkan sekularisme, komunisme melekat pada setiap aktivitas industrialisasi Cina. 

     Tentu arus industrialisasi amat deras, bilamana hanya tetap pada keputusan ekonomi dalil menumbuhkan ekonomi dari proses hilirisasi tambang, eksploitasi masif tanpa memperhatikan sisi lain perlahan terkoyak, maka berjuta-juta buruh lokal mudah dihinggapi suatu paradigma bias daripada spirit kuasa peradaban Cina.  Kerap menimbulkan pertanyaan masih adakah kedaulatan sumber daya alam terjaga dari aktivitas-aktivitas eksploitasi, menyoal kedaulatan adalah upaya untuk menyisihkan segala sumber daya alam untuk kehidupan berkelanjutan, bagi generasi-generasi masa depan bertumbuh pada pola pikir, sikap dan tindakan memenuhi aspek kemanusiaan, ekologis untuk menciptakan kehidupan adil, makmur. Peradaban dan kebudayaan tumbuh pesat tentu dapat diantisipasi dengan suatu perspektif kemanusiaan, meminimalisir laju pertumbuhan ekonomi dibalik kerusakan lingkungan, ketimpangan. Secara fundamental, sebelum berada pada ketimpangan dalam waktu silam panjang, upaya menumbuhkan spirit kemajuan begara sebagaimana dialami pada Firlandia, Jepang dengan menyadari 2 kekuatan besar ekonomi dunia antara AS-Cina, tentu memformulasi pengembangan sumber daya manusia memiliki kesadaran terhadap peradaban, sebagaimana Firlandia kini memiliki sumber daya manusia utamanya insyinyur terbanyak di dunia, mengalami kebangkitan dari fase keterpurukan ekonomi akibat perang, Jepang dengan literasi berkembang pesat kini membawa Jepang menjadi negara maju. Seyogyanya, Indonesia berupaya dalam pengembangan sumber daya manusia, insyinyur dan upaya menumbuhkan literasi maka Indoneisa dapat keluar dari jerat kekuasan Global adidaya. Dan menjadi negara maju, sehingga tak menimbulkan malapetaka sebab upaya membangun kedaulatan adalah cita-cita untuk membangun masyarakat adil, makmur.

 

*(penulis)


Reporter: Penulis
Editor: Redaksi

BERITA TERKAIT