Sebentar lagi rakyat Maluku Utara akan menghadapi salah satu hajatan akbar Indonesia, yakni pesta demokrasi, yang merangkum secara serentak di antara beberapa, dari sepuluh kabupaten kota yang ada, termasuk pilgub diantaranya. Para paslon dan simpatisan beserta tim suksesnya sudah mulai ramai di permukaan, dalam menampilkan keunggulan – keunggulan jagoannya.
Di antara sekian kandidat yang bertarung di beberapa kabupaten kota ini, terlihat sudah mulai mempertahankan argument untuk mempertangungjawabkan kelebihan dari masing – masing paslon yang didukungnya. Seperti biasa, di antara mereka, kembali bermain perang dengan saling melempar isu yang bernada, sedikit lebih tak dewasa.
Adapun terkhusus untuk pilgubnya, kembali menjadi salah satu kompetisi terseksi dan paling panas di antaranya. Sebab di situ, selain mempertarungkan empat kadidat yang sudah kenyang dengan segudang pengalaman dalam dunia birokrasi, di sana juga mempertaruhkan “harkat dan martabat” di antara mereka. Karena, semuanya berharap bisa mendulang suara terbanyak untuk Maluku Utara yang lebih berharkat dan bermartabat.
Menariknya, di pilgub kali ini, kita akan menyaksikan untuk pertama kalinya dalam Sejarah Panjang pesta demokrasi kita, diisi oleh salah satu kandidat yang tidak biasa. Di mana, kandidat tersebut yang diusung sebelumnya adalah seorang mantan kepala daerah. Hanya saja, dalam proses perjalanannya, Tuhan berkata lain, Tuhan telah memanggilnya untuk pulang. Sehingga, dia kemudian digantikan dengan seorang pendatang baru yang tidak biasa. Dialah Sherly Tjoanda Laos, istri dari mendiang Beni Laos yang sebelumnya menjadi calon Gubernur Maluku Utara. Sherlymenjadi calon Gubernur pengganti dan dia merupakan satu – satunya dalam Sejarah Maluku Utara yang siap bertarung sebagai kandidat yang berjenis kelamin Perempuan untuk calon gubernurnya. Di sinilah letak menariknya.
Diantara kemenarikan yang dimaksud adalah dengan adanya isu – isu agama dan Perempuan yang kini telah menjadi hangat di permukaan.
Dalam beberapa kesempatan, terlihat argument agama menjadi senjata paling ampuh dalam pertarungan kali ini. Adapun di kesempatan yang lain, isu – isu Perempuan pun tak juga mau kalah, yang kemudian pula diangkat ke permukaan dan lalu dikaitkan dengan Sejarah Panjang adat se atorang.
Ayat – ayat Tuhan dibuka untuk diberi penjelasan dengan tegas, kepada dunia Maluku Utara. Bahwasanya, sebagai seorang yang beriman dan berTuhan, wajib kiranya untuk memilih pemimpin yang punya agama yang jelas yang tidak tergolong orang yang disebut, maaf “kafir”.
Di kesempatan itu pula, diselipkan juga dengan penjelasan terkait dengan bagaimana memilih pemimpin, harus diutamakan pada yang berjenis kelamin laki – laki.
Terlepas dari itu, seperti biasa, sebagaimana yang kita ketahui Bersama, bahwasanya system demokrasi kita yang berlaku adalah bagaimana memberikan kebebasan kepada setiap pemilih untuk memilih sesuai dengan kata hati Nurani masing – masing, berdasarkan hasil analisisnya. Oleh sebab itu, sebagai paslon, tidak perlu mengajak simpatisannya dengan doktrin – dokrtin yang seolah – olah menjatuhkan paslon yang lainnya.
Bertarunglah dengan mengandalkan akal sehat. Sebab, semua dari kita tidak ada perbedaan. Perbedaan diantara kita, mohon maaf tidak bermaksud menggurui tabea, hanya terletak pada sejauh mana kita mampu menjadikan hati, menjadi bos paling tinggi, dalam berlaku di kehidupan dunia yang fana ini. Bila nafsu masih merajai, maka tanpa sadar kitasendiri yang justru, membunuh diri sendiri.
Ada yang bilang maaf, “jangan memilih pemimpin kafir”. Pertanyaannya, siapa yang kafir? Atau kafir yang dimaksud itu yang seperti apa? Ada juga yang bilang maaf, “pilihlah pemimpin yang beragama Islam”.
Pertanyaan pun muncul, lantas pemimpin yang Islam itu yang mana? Dan yang bagaimana? Lalu yang bukan Islam itu yang mana dan yang bagaimana pula? Apakah kita bisa disebut Islam? Atau justru kita sendiri bukan Islam? Entahlah, tabea.
Pembaca yang Budiman! Dalam kesempatan ini, penulis ingin sedikit menyampaikan argument terkait dengan masalah di atas. Bagi penulis, benar kita harus memilih pemimpin yang tidak kafir. Kita harus memilih pemimpin yang Islam. Tapi, perlu diingat bahwa antara kafir dan Islam, bukan terletak pada KTP seseorang. Jika kita hanya berpatokan pada KTP seseorang untuk menentukan kafir dan Islamnya, maka sesungguhnya kita telah merusak hakikat dari kafir dan Islam itu sendiri. Kita akan dengan mudah mengkafirkan orang dan juga mengIslamkan orang, hanya dengan bermodal KTP nya. Bayangkan, hanya dengan KTP orang, kita langsung tahu keIslaman dan kekafiran orang itu. Lalu, bagaimana dengan ayat – ayat Tuhan yang dijadikan dalil? Apakah semudah itu penjelasan dalam ayat – ayat tersebut?
Mohon maaf dan tabea, sesungguhnya Islam dan Kafirnya kita, bukan dilihat dari KTP yang kita miliki. Akan tetapi, semua itu terlihat atau terpantul dari perilaku kita sehari – hari dalam menjalani kehidupan dunia, yang penuh dengan lika – liku ini. Siapa yang paling baik dalam berperilaku menurut kaca mata Tuhan, maka dialah Islam yang sesungguhnya. Sebaliknya, siapa yang paling buruk dalam berperilaku di muka bumi ini, menurut kaca mata Tuhan pula, maka dialah kafir yang sesungguhnya. Bukan sekedar KTP nya.
Untuk yang kesekian kali, penulis memohon maaf dan tabea, di sini penulis tidak berpihak kepada siapa – siapa, atau kepada salah satu kandidatnya. Penulis hanya ingin menyampaikan argument sebagai seorang akademisi, yang dalam kondisi tertentu berstatus sebagai seorang pengamat politik. Maka dalam kesempatan ini, penulis menjalankan tugas sebagai seorang pengamat untuk berbicara terkait masalah pilgub yang sedang hangat saat ini.
Di antara empat paslon yang maju bertarung dalam pesta demokrasi pilgub Maluku Utara kali ini, merupakan orang – orang terpilih yang punya niat yang sama, yakni untuk menjadikan provinsi kita, menjadi lebih baik dari sebelumnya. Penulis percaya kepada keempat paslon yang bertarung kali ini. Mereka semua adalah kader – kader terbaik yang kita miliki. Oleh karena itu, marilah kita sambut mereka dalam pesta demokrasi ini dengan menunjukan kelebihan dan keunggulan masing – masing, tanpa perlu saling menyebar fitnah dan ghibah.
Nomor urut 01, Jou Sri Sultan Tidore, merupakan tokoh berpengaruh di Maluku Utara, kita doakan sama – sama, semoga beliau beserta pasangannya bisa meraih hasil yang maksimal dalam pilgub Malut kali ini. Begitu juga dengan paslon nomor urut 02, bapak Aliong Mus dan wakilnya, mari sama – sama kita doakan yang terbaik buat mereka, semoga bisa meraih hasil yang maksimal pula.
Adapun paslon nomor urut 03, bapak Al-Ustadz Muhammad Kasuba yang mengangkat jargon MK-Bisa Bersama pasangannya Basri Salama, kita juga sama – sama mendoakan semoga mereka berdua, bisa meraih hasil yang maksimal pula. Dan terakhir untuk paslon dengan nomor urut 04, ibu Sherly Laos, sebagai calon pengganti dari mendiang suaminya, Bersama pasangannya bapak Sarbin Sehe, kita doakan juga semoga kedua pasangan ini, bisa meraih hasil yang maksimal dalam pelgub 2024 kali ini.
Intinya, siapa pun paslon yang terpilih nanti, merekalah pemimpin kita nantinya. Oleh karenanya, sebagai rakyat yang cerdas dan beradab, tentunya kita jangan sampai termakan dan terkoptasi dengan isu – isu apa pun yang dimainkan yang justru memperpecah persatuan bangsa ini.
Lihat dan nikmati saja prosesnya. Semua akan indah pada waktunya. Tidak perlu kita saling menjatuhkan. Marilah kita sukseskan Bersama, pesta demokrasi Malut 2024, dengan menyuarakan pilkada damai dengan cara mengutamakan politik gagasan.
Akhirnya, penulis hanya dapat berkata, di antara kita tidak ada perbedaan. Sebab antara engkau dan aku, sama – sama berarti kita. Kamu adalah aku yang lain. Dan aku adalah kamu yang lain. Jika aku menyakiti mu, sama halnya aku menyakiti diri ku sendiri. Sebaliknya, kalau kamu menyakiti ku, itu artinya kamu menyakiti diri mu sendiri.
Dunia ini teka – teki. Maka jawablah teka – teki ini dengan baik dan benar. Jangan sampai salah menjawab. Karena ujungnya kita juga yang nantinya bertanggung jawab. Semua yang ada di muka bumi ini, bagaikan pazel – pazel yang terpisah. Tugas kita adalah mencari pazel – pazel tersebut, untuk dipasangkan pada tempatnya, sehingga menjadi sesuatu yang utuh. Di situlah letak kesempurnaan kita sebagai manusia yang sesungguhnya. Suba jou. Tabea. Sekian. 16/11/24.
(penulis)