Home / Opini

BNI 46: Anak Kandung Republik Indonesia Yang Lahir di Tengah Kancah Perang Kemerdekaan

Oleh : Joko Rizkie Widokarti (Dosen Universitas Terbuka, Penggiat Komunitas dan Wisata Sejarah & Budaya, Pengurus Pusat PPM-LVRI, dan Pengurus LEMTARI Banten)
04 Juli 2019
Joko Rizkie Widokarti

BNI 46 merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia, saat ini BNI 46 mencatat total aset sepanjang tahun 2018 mencapai Rp 808,57 Triliun. Capaian ini merupakan yang pertama bagi perseroan memiliki aset melampaui Rp 800 Triliun.

BNI 46 masa kini sudah betul-betul bertransformasi menjadi bank yang ikut terlibat dalam pembangunan Indonesia. Didirikan sejak tanggal 5 Juli 1946, PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk atau BNI 46 menjadi bank pertama milik negara yang lahir setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Didirikan pada masa Perang Kemerdekaan Republik Indonesia yang berkobarsejak 17 Agustus 1945 sd 27 Desember 1949, BNI berfungsi sebagai bank sentral dan bank umum pada masa itu sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2/1946, sebelum akhirnya beroperasi sebagai bank komersial sejak tahun 1955. Orang Republik Indonesia atau ORI sebagai alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia pada tanggal 30 Oktober 1946 pun dicetak dan diedarkan oleh Bank Negara Indonesia.

Dalam sejarah perbankan Indonesia, BNI 46 sebenarnya merupakan peletak dasar bagi bank sentral saat ini. Sejarah perkembangan Bank Negara Indonesia sebagai Bank Sentral dimulai pada masa perang kemerdekaan Republik Indonesia, yakni pada tahun 1946. Dipelopori oleh Almarhum Margono Djojohadikusumo, berdirilah sebuah bank yang dikenal dengan Bank Negara Indonesia 1946 dan mulai berlaku sejak 5 Juli 1946. Itulah sebabnya tanggal 5 Juli diperingati sebagai “Hari Bank”.

Kehadiran BNI 46 tak lepas dari usaha tokoh-tokoh perjuangan Indonesia yang menginginkan agar Indonesia juga memiliki bank tersendiri yang bukan berasaldari nasionalisasi bank milik pemerintah Belanda. Itu pula mengapa pada dasarnya BNI bisa disebut sebagai bank yang lahir sebagai anak kandung Bangsa Indonesia. Selama masa penjajahan Belanda, tidak ada satupun bank komersial milik bangsa Indonesia, yang ada hanyalah bank-bank simpanan yang kecil dan bersifat lokal, sehingga tidak mempunyai peranan penting bagi perekonomian nasional.

Segala jenis transaksi perbankan yang dilakukan oleh masyarakat kecil pada masa dilayani oleh Algemeene Volkscrediet Bank, sebuah bank yang dibangun Belanda tahun 1895 (pada masa pendudukan Jepang berubah nama menjadi Syomin Ginko). Untuk perdagangan internasional bank-bank swasta Belanda dan asing lainlah yang berperan, seperti De Javasche Bank yang mempunyai hak mencetak uang (hak octrooi), Nederlandsche Handelsbank, Nederlandsche Handel Maatschappij, Escompto, The Chartered Bank, Yokohama-Shanghai Bank dan Overseas Chinese Bank Corporation.

Kondisi ini yang pada akhirnya membuat para pemikir nasionalis menginginkan terbentuknya suatu sistim perbankan nasional yang dapat tumbuh untuk dapat membantu pengembangan ekonomi para pribumi. Salah satu tindak wujudnya pemerintah telah mendirikan BNI pada tahun 1946 sebagai bank sirkulasi. Pada tahun yang sama pemerintah mengambil alih AVB (Syomin Ginko) yang telah berpengalaman dalam bidang perkreditan rakyat, menjadi Bank Rakyat Indonesia (kemudian menjadi BKTN dan akhirnya BRI), dan pada tahun 1950 postspaarbank menjadi Bank Tabungan Pos. Tindakan ini juga memicu timbulnya bank-bank swasta baru di beberapa daerah, seperti berdirinya Bank Dagang Nasional Indonesia di Medan, dan Bank Soerakarta di Solo.

Dalam masa sekarang, meski bukan lagi sebagai Bank Sentral sejak 1953, peranan BNI 46 masih cukup sentral dan dibutuhkan. Peranan BNI untuk mendukung perekonomian Indonesia semakin strategis dengan munculnya inisiatif untuk melayani seluruh lapisan masyarakat dari Sabang sampai Merauke pada tahun 1960-an dengan memperkenalkan berbagai layanan perbankan seperti Bank Terapung, Bank Keliling, Bank Bocah dan Bank Sarinah.

Adapun tujuan utama dari pembentukan Bank Terapung adalah untuk melayani masyarakat yang tinggal di kepulauan seperti di Kepulauan Riau atau daerah yang sulit dijangkau dengan transportasi darat seperti Kalimantan, BNI juga meluncurkan Bank Keliling, yaitu jasa layanan perbankan di mobil keliling sebagai upaya proaktif untuk mendorong masyarakat menabung.

Sesuai dengan UU No.17 Tahun 1968 sebagai bank umum dengan nama Bank Negara Indonesia 1946, BNI bertugas memperbaiki ekonomi rakyat dan berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional. Segmentasi nasabah juga telah dibidik BNI sejak awal dengan dirintisnya bank yang melayani khusus nasabah wanita yaitu Bank Sarinah di mana seluruh petugas bank adalah perempuan dan Bank Bocah yang memberikan edukasi kepada anak-anak agar memiliki kebiasaan menabung sejak dini.

Pelayanan Bank Bocah dilakukan juga oleh anak-anak. Bahkan sejak 1963, BNI telah merintis layanan perbankan di perguruan tinggi saat membuka Kantor Kas Pembantu di Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan. Saat ini BNI telah memiliki kantor layanan hampir di seluruh perguruan tinggi negeri maupun swasta terkemuka di Indonesia.

Tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era PerjuanganKemerdekaanRepublik Indonesia. Pada akhir tahun 2012, Pemerintah Republik Indonesia memegang 60% saham BNI, sementara sisanya 40% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi, domestik dan asing.

BNI menawarkan layanan jasa keuangan terpadu kepada nasabah, didukung oleh perusahaan anak: Bank BNI Syariah, BNI Multi Finance, BNI Securities dan BNI Life Insurance. Sementara hingga saat ini, KCLN BNI telah beroperasi di tujuh negara dengan delapan KCLN. Antara lain Singapura, Hong Kong, Jepang (Tokyo dan Osaka), Amerika Serikat (New York), Inggris (London), Myanmar (Yangon), dan Korea Selatan (Seoul).BNI selalu berusaha untuk menjadi bank pilihan yang menyediakan layanan prima dan solusi bernilai tambah kepada seluruh nasabah.

 

Bagian Pertama....(red)


Reporter: Fauzan Azzam

BERITA TERKAIT