TERNATE, OT - Kejuaraan karate antar pelajar Piala Walikota Cup I 2023 digelar di GOR, bertempat di Kelurahan Ubo-Ubo, Kecamatan Ternate Selatan selama tiga hari, 27 sampai 29 Desember 2023 disoal peserta.
Kejuaraan diikuti oleh sejumlah siswa-siswi, tingkat SD, SMP dan SMA se-Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Kompetisi tersebut juga menjadi salah satu proses tahapan seleksi untuk para atlet mengikuti ajang POPDA 2024 mendatang.
Berdasarkan informasi yang dihimpun indotimur.com menyebutkan, meski terbilang ramai dengan sejumlah atlet pelajar dari SD, SMP maupun SMA/K, yang terbagi dalam kelas usia dini, pra mula, pemula, cadet, dan junior.
Namun, jalannya pertandingan sempat diwarnai aksi protes keras dari manajer, guru dan orang tua atlet. Bahkan hingga penyerahan medali serta sertifikat juara oleh panitia dan dewan juri dinilai cacat prosedural dan keliru.
Kepada indotimur.com salah satu pelatih, Rizka Amal mengaku, event yang dilaksanakan kemarin itu juga dalam rangka merayakan HAJAT Kota Ternate ke 773. Maka ada pelaksanaan open turnamen tingkat pelajar se-Kota Ternate.
Rizka mengatakan, dalam surat undangan dan proposal itu di tujukan kepada masing-masing sekolah dibuat khusus untuk para pelajar. Akan tetapi dalam penyelenggaraannya itu banyak kekeliruan, banyak melenceng dari apa yang dituliskan pada poin-poin dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
"Poin pertama kekeliruan dilihat dari formulir pendaftaran peserta, dimana isinya tidak mencantumkan asal perguruan. Otomatis peserta yang daftar misalnya anak-anak saya tidak mendaftar atas nama perguruan dong, tapi ketika pihak panitia shering hasil pendaftaran malah peserta yang didaftarkan tercantum nama perguruannya," ucapnya.
Poin selanjutnya, kata dia pada tahap pelaksanaan hari pertama yang mana pada proses tantical meeting turnamen tersebut tidak diklasifikasikan semisalnya SD dengan SD dan bgitu juga SMP sampai SMA. Kenyataan pelaksanaan peserta yang ditandingkan justru dikelompokkan. Dengan alasan panitia bahwa ini turnamen antar tingkat pelajar.
Lebih lanjut, kecerobohan panitia penyelenggara tak cukup sampai disitu, dihari terakhir tahap pengalungan mendali seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya peserta turnamen kompetisi itu mewakili sekolah bukan perguruan nyatanya panitia justru membacakan hasil perolehan juara atlet yang menang mewakili perguruan bukan sekolah.
"Jadi saat penyerahan mendali nama atlet disebut dan perguruan, ini kan keliru di awal turnamen ini diperuntukkan tingkat sekolah atau pelajar bukan perguruannya," kesal Rizka.
Sambung dia, padahal semua anak-anak yang ikut turnamen itu semuanya membawa nama sekolah meraka masing-masing bukan membawa nama perguruan.
Dikatakan, tak hanya disitu kesalahan fatalnya menurut saya ada juga pada peringkingan juara umum, turnamen ini sudah jelas antar pelajar, olehnya itu peringkingan diberikan itu untuk atlet mana dari sekolah mana yang paling mendominasi mendapatkan mendali emas sebaliknya perangkingan diberikan untuk atlet dari perguruan karatenya tentu hal ini jadi pertanyaan besar karena seluruh kontingen ini mendaftarkan dengan membawa sekolah mereka masing-masing.
"Lucunya lagi, atlet saya atas nama Nurulhujaifa Humah bertanding di kategori KATA Perorangan Kadet Putri dan mendapat juara 1, tapi dibatalkan oleh panitia dengan alasan bahwa inikan kegiatan antar pelajar sedangkan Nurul masih SD bukan SMP maka juara dibatalkan di Kadet tapi di kategori Pemula, yang juara 2 naik jadi juara 1. emang anak SD bukan pelajar?," kesal Rizka.
Dia manambahkan, parahnya pihak panitia beralasan bahwasanya nanti ketika di panggil pada saat pengalungan medali masa pelajar SD juara 1 baru SMP juara 2 dan 3 inikan alasan yang sangat lucu.
"Kenyataan pengalungan medali tidak dibacakan asal sekolah bahkan atlet saya tidak panggil untuk pengalungan medali, terlebih lagi saya sebut aneh ada atlet tak turun tanding justru meraih juara, nah ini juga soal. Maka bisa disimpulkan pelaksanaan turnamen itu terkesan terburu-buru dan panitia juga mungkin tak paham atau mengerti tentang penyelenggaraan turnamen.
"Kemudian yang menjadi keprihatinan kami terkait piagam penghargaan juga cacat secara aturan. Sebab karena ditandatangani oleh Rustam P Mahli dengan mengatasnamakan Ketua Forki Kota Ternate. Sejak kapan Pak Rustam jadi Ketua Forki Kota Ternate? yang ada ketua terpilih itu Pak Samin Marsaoly tetapi bahwasanya beliau sudah mengundurkan diri. Otomatis tidak ada ketua Forki Ternate, ngaco saja panitia ini," kesal Rizka.
Harapannya, kami meminta kepada Walikota Ternate agar dapat mengevaluasi panitia pelaksana agar kedepan tidak terjadi seperti ini. Turnamen antar pelajar piala Walikota Cup I 2023 sebagaimana kami ketahui juga bahwa katanya hasil ini dijadikan sebagai pertandingan seleksi Popda 2024 bagi kami ini tidak efektif dan kalau memang mau buat seleksi tapi forki kota belum ada. maka Dispora saja yang buat seleksi dengan berkordinasi sama Pengprov Forki jangan perguruan karna hasilnya pasti di efektif.
"Olehnya itu kami, pelatih, orang tua atlet maupun pihak guru sebagain besar merasa dipermainkan dan terkesan tertipu. Mengapa demikian karena pelaksanaan event seperti saja cacat prosedural," pungkasnya.
Sementara, Ketua Panitia Sadam saat dikonfirmasi indotimur.com Minggu (31/12/2023) perihal tersebut enggan memberi komentar secara detail.
"Siap, nanti konfirmasi ke sense Dedy soalnya saya masih dalam perjalanan ke tempat tugas jadi belum bisa pak. Mohon maaf sebelumnya. Sudah saya infokan ke Sense Dedy jadi langsung hubungi beliau saja pak," singkat Sadam melalui aplikasi perpesanan.
Sama halnya dengan Ketua Panitia, upaya konfirmasi juga dilakukan wartawan kepada salah satu panitia penyelenggara dalam hal ini Sense Dedy melalui telpon seluler dan WhatsApp, namun hingga berita ini dipublish, Sense Dedy beralasan sedang sakit sehingga belum bisa memberi keterangan.
"Maaf pak saya tadi di Gamalama tapi gigi sakit sekali jadi pulang baru sampai rumah ini. Maaf sakit sekali," tulis Dedy dalam pesan WhatsApp kepada indotimur.com.
(ier)