TERNATE, OT - Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Maluku Utara (Malut) menyayangkan kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Tidore Kepulauan yang membatalkan tuan rumah kompetisi Liga 3 sepakbola zona Maluku Utara.
Pelaksanaan liga 3 zona Maluku Utara sedianya digelar di Kota Tidore Kepulauan, namun jelang bergulirnya kompetisi kasta ketiga di Indonesia itu, Pemkot Tidore menolak menjadi tuan rumah kompetisi resmi PSSI itu.
Kompetisi "terpaksa" harus dilaksanakan di Gelora Kie Raha Ternate dan diikuti 6 tim sepakbola diantaranya, Persiter, Persihalbar, Persega, Persihalut, Morotai United dan Persihalteng.
Rencananya, kick off kompetisi liga 3 zona Maluku Utara mulai digulirkan pada tanggal 8 Februari 2023.
Ketua Asprov PSSI Maluku Utara, Edi Langkara mengatakan perpindahan pelaksanaan liga 3 kompetisi sepakbola dari Tidore Kepulauan ke Kota Ternate sangat disayangkan.
Padahal, kata Edi, sebelumnya panitia sudah menggelar rapat bersama dengan Pemerintah Kota Tidore Kepulauan sebagai tuan rumah pelaksanaan liga 3 PSSI zona Malut.
Dikatakan, bahwa ada hal yang bersifat klasik yang menjadi keberatan dari Pemerintah Tidore Kepulauan seperti keamanan kesehatan, stadion serta venue perangkat pertandingan.
Empat hal inilah yang menjadi alasan pemerintah Tidore Kepulauan.
Padahal, kata Edi, jauh sebelumnya ada rapat yang dilaksanakan oleh Asprov PSSI Maluku Utara dengan Pemerintah Tidore Kepulauan tentang kesediaan menjadi tuan rumah pelaksanaan liga 3.
"Jadi sangat disayangkan bahwa ditolak oleh Pemerintah Tidore Kepulauan. Bagi saya menganggap ini harus dikoordinasikan, karena misi kita kenapa harus bergulir penempatan lokasi sepak bola. Masa setiap tahun harus di Ternate padahal di Maluku Utara ada 10 Kabupaten/Kota," kata Edi, Senin (6/2/2023) saat menggelar press conference.
Edy menyebutkan di dalam statuta PSSI telah mengatur bahwa keterlibatan pemerintah daerah dalam mensupport kegiatan persepakbolaan dibawah naungan PSSI.
Dikatakan Edi, sepakbola tidak hanya pada prestasi, tetapi juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat misalnya masyarakat yang berjualan, transportasi, karena banyak yang hadir untuk menyaksikan kegiatan tersebut.
"Kami akan menyurati Pemerintah Tidore Kepulauan untuk mengucapkan terima kasih. Kalau tidak mau bekerja sama dengan PSSI, siapa yang mau urus, seluruhnya telah direkomendasikan oleh PSSI. Jadi harus berfikir secara komprehensif dampak dari persepakbolaan, apalagi ini diminta secara resmi oleh PSSI. Ini bukan tarkam, tapi ada target yaitu presentasi dan mendorong ekonomi," tandasnya mengakhiri.
(fight)