HALUT, OT - Hasil temuan suplemen Herbalove yang dimiliki Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makariwo Halmahera (STIKMAH) Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara (Halut), Provinsi Maluku Utara (Malut) dari bahan tanaman khas Halmahera Golarend dan Pangiar pada akhir Agustus nanti, akan diuji manfaat fase kedua terhadap 150 pasien covid-19 di berbagai rumah sakit.
Penemu Herbalove Dr. dr. Arend L Mapanawang mengatakan, saat ini produk suplemen Herbalove yang diklaim STIKMAH sebagai anti corona virus desiase (covid-19) mulai mendapat angin segar hasil dari usaha pengembangan herbal suplmen Herbalove.
"Sekitar 40 orang staf dosen dan relawan PMI akan melakukan cek up pemeriksaan darah lengkap, untuk pembagian suplemen Herbalove, Golarend dan pangiar, nanti kita akan lihat manfaat Herbalove pada orang normal," jelas Arend melalui rilisnya yang diterima redaksi indotimur.com, Selasa (25/8/2020).
Sebelumnya Suplemen ini, kata Arend, sudah masuk fase pertama uji klinik, bahkan Herbalove sebelum akhir bulan akan masuk ke uji klinik fase ke dua dengan melibatkan 100 sampai dengan 150 pasien covid yang dirawat di beberapa rumah sakit seperti RSUD Tobelo, RSUD Chasan Busoiri Ternate, RSUD Prof Kandow Manado dan RS FK UI Depok sesuai surat yang pernah disampaikan.
Arend menyebutkan hasil temuannya, saat ini sudah diuji invivo pada hewan yang sementra berjalan dengan menggunakan laboratorium Universitas Brawijaya Malang.
"Uji laboratorium pada hewan itu, bersama Dr Ahmad Talib dosen UMMU Ternate, dipercayakan untuk memantau kegiatan riset yang berada di luar Malut," ujarnya.
Dia juga menyebut, STIKMAH berkolaborasi dengan UMMU Ternate dalam consorsium percepatan penanganan Covid-19 pada riset yang berskala internasional dan hasilnya selain dipantau oleh BPOM, Kemenkes, Kemenristek, BRIN, Kemenkeu dan Istana Negara serta WHO.
"Diharapkan uji laboratorium ini menghasilkan riset yang baik. Prosedur risetnya tetap mengikuti Protap secara bertahap," tandas Arend.
Menurutnya, uji invitro, uji invivo pada hewan dan manusia tidak secara cepat mengklaim produksi, tetapi harus mengikuti tahapan riset yang sesuai.
Arend menjelaskan, untuk uji klinis fase pertama melibatkan minimal 30 orang sehat, fase ke dua uji klinis harus mencapai 100 sampai 200 pasien covid-19, sementara uji klinis fase ketiga pada pasien covid harus 500 Sampai 1000 pasien.
Selanjutnya, untuk uji klinis fase keempat melibatkan 5000 pasien multicenter setelah obat berproduksi, ini tahapan-tahapan yang harus diikuti.
Sehingga pada pekan lalu STIKMAH Tobelo sebagai kampus peneliti ikut zoom conference bersama untuk saling memberikan masukan berhasilnya riset tersebut. Selanjutnya menunggu hasil farmakodinamik uji hewan yang saat ini sementra berlangsung dan 30 sampel pasien normal.
"Maka kami akan melakukan zoom conference lagi dengan BPOM pusat melibatkan deputi dan direktur obat tradisional dan kosmetik BPOM," imbuhnya.
Meski begitu, pihak STIKMAH bakal mengundang pihak Kemenkes, Kemenristek dan Brin pada saat konfrence nanti.
"Semoga upaya dan kerja keras Stikmah dan tim konsorsium bisa menemukan hal yang bisa menolong pasien covid-19 secara nasional maupun internasional," tutup Arend. (pn)
Reporter: Redaksi
BERITA TERKAIT
TERPOPULER
LOKAL