SULA, OT - Setelah menjalani operasi caesar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sanana, Kabupaten Kepulauan SUla (Kepsul), seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) berinisial RU bersama bayi dan suaminya divonis positif terkonfirmasi Covid-19.
Ketiganya langsung diarahkan ke ruang isolasi oleh petugas RSUD Sanana karena divonis terpapar Covid-19. Informasi yang dihimpun indotimur.com menyebutkan, awalnya keluarga menyetujui, RU bersama jabang bayi diisolasi untuk kepentingan perawatan yang lebih intensif.
Namun, setelah pihak keluarga melihat tenaga medis keluar masuk ruang isolasi tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) termasuk masker, suami RU marah dan meminta agar istrinya segera dikeluarkan dari RSUD.
"Setahu saya, pertama kali saya datang ke rumah sakit itu baru dilakukan pengukuran suhu tubuh dan ambil darah oleh petugas. Tidak lama asisten datang dan bilang saya terkonfirmasi Covid19, padahal saya belum di rapid atau swab test sama sekali," ujar RU saat ditemui indotimur.com, di Desa Man Gega, Kecamatan Sanana Utara, Selasa (23/3/2021)
Tak hanya itu, RU juga mengaku tak puas dengan proses operasi, karena menurut dia, saat dokter melakukan operasi, RU masih dalam keadaan sadar.
"Operasi itu juga saya belum merasakan reaksi obat bius, dan dalam keadaan sadar saya dioperasi oleh dokter. Saya sempat memprotes karena sakit saat proses operasi," tambahnya.
RU bahkan mengatakan, saat itu, dokter sempat bertanya ke anastesi soal kondisinya yang masih sadar saat menjalani operasi.
RU menambahkan, memasuki hari kedua setelah dirinya bersama bayi dan suaminya yang berinisial MA diisolasi, baru petugas RSUD Sanana datang dan meminta untuk menjalani rapid antigen.
"Dua hari setelah saya di ruang isolasi baru petugas datang swab, sedangkan suami saya tidak di swab. Saya juga minta hasil swab tapi tidak diberikan, dengan alasan pasien tidak boleh tahu dan tidak boleh difoto," aku RU.
Setelah diisolasi selama 4 hari, RU bersama suaminya minta dikeluarkan karena pelayanan tidak maksimal.
"Memasuki hari ke-4 kami diisolasi, saya langsung minta keluar karena pelayanan sudah tidak maksimal, saya keluhkan sakit, perawat malah acuh tak acuh," tuturnya.
Sementara pihak RSUD Sanana melalui Kepala Keperawatan, Rahmawati Sadek membantah pernyataan RU bersama suaminya.
Kepada indotimur.com, Rahmawati mengatakan, ada prosedur di rumah sakit yang sudah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/3602/2021 tentang penggunaan rapid test antigent dalam periksaan Corona Virus Disease (covid19).
"Kami di rumah sakit sudah buat satu kesepakatan, satu aturan, satu kebijakan yang wajib bagi pasien masuk di UGD untuk dilakukan pemeriksaan rapid antigen, karena keakuratan rapid antigen di atas 80% makanya sudah bisa mengangkat suatu diagnosa bahwa pasien terkonfirmasi covid-19," jelas Rahmawati.
Menurutnya, saat melakukan rapid antigen, dan pasien reaktif, maka langkah yang dilakukan adalah isolasi.
"Jadi tidak mungkin pasien diisolasi tanpa di rapid antigen, tapi nanti saya tanyakan lagi sama dokter dan perawat" ungkapnya.
Menurutnya, ada tahapan melayani pasien yang melahirkan secara caesar dan dilakukan dengan teliti sebelum operasi dimulai.
"Operasi Caesar melewati tahapan anastesi lokal, yaitu setengah bagian bawah dari tubuh pasien yang dibius, dan bagian atas pasien tetap sadar. Jadi kalau masih ada rasa sakit saya rasa aneh saja, sebab anastesi itu pasti bertanya kepada pasien. Sampai dokter berani taruh pisau (operasi) itu sudah lewati tahapan screaning namanya," jelasnya.
Terkait perawat yang tidak gunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat keluar masuk ruang isolasi, Rahmawati membantah hal tersebut.
"Semua perawat di ruang isolasi selalu menggunakan masker, bahkan di rumahpun mereka menggunakan masker, tapi nanti saya tanyakan lagi. Karena saya tidak yakin kalau perawat tidak gunakan masker," ungkapnya.(red)