TERNATE, OT - Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) menggelar sosialisasi budaya sensor mandiri di Provinsi Maluku Utara (Malut). 

Kali ini giliran Ternate yang memperoleh kesempatan disambangi oleh LSF RI, dimana kegiatan tersebut berlangsung di Hotel The Batik, pada Selasa (13/06/2023).

Anggota LSF, Fetrimen saat dikonfirmasi mengatakan, sosialisasi film mandiri kali ini diselenggarakan di Maluku Utara khususnya Kota Ternate, dengan harapan, masyarakat terutama para konten kreator dan pegiat flimeker agar dapat membuat film terkait dengan kearifan lokal.

"Misal budaya-budaya yang ada di Ternate diangkat ke masyarakat untuk guna diperkenalkan," ujar Fetrimen.

Menurutnya, apalagi sekarang ini digital sudah sangat maju dan berkembang pesat, dengan teknologi yang kian pesat. Alangkah lebih baik berbagai potensi budaya Maluku Utara diperkenalkan kepada masyarakat secara luas.

"Nah, itu penting kita lakukan, kegiatan sosialisasi ini ibaratnya seperti memancing emosi para filemeker atau konten kreator. Untuk membuat film seperti yang dimaksud," ungkapnya.

Kata dia, sejauh ini belum ada film berasal dari Maluku Utara yang tayang secara nasional.

"Kalau Sulsel setahun itu ada 3 film yang ditayangkan didaerahnya. Terakhir film yang kita sensor itu film dari Kalimantan Timur yang mengangkat kearifan lokal," tuturnya.

Olehnya itu, lanjut Fetrimen, salah satu tujuan adalah bagaimana film-film bernuansa budaya atau kearifan lokal di Malut ini, bisa diangkat secara nasional.

Disamping itu, pihaknya juga menekankan agar pera konten kerator maupun pegiat filemeker pembuatan film juga harus mengacu pada aturan yang berlaku sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 33 tahun 2009.

"Ini supaya pembuatan film dengan konten cerita dapat disesuaikan, jadi penyesuaiannya itu sesuai dengan golongan usia penonton," pungkasnya.

 (ier)