TERNATE, OT- Akademisi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) Dr. Helmi Alhadar menyampaikan, geliat pemilihan Wali Kota Ternate makin dinamis.
Hal ini, kata Helmi, setelah Merlisa Marsaoly mengejutkan publik dengan mendapat rekomendasi dari dua partai, yakni PAN dan PBB yang sebelumnya diisukan cenderung mendukung pasngan Iswan Hasjim-Nurlaila Armayn.
Begitupun Golkar konon ikut membrikan dukungan pada Merlisa yang diusung PDIP dengan memasangkan Juhdi Taslim sebagai pasanganerlisa. Padahal sebelumnya Golkar dikaitkan dengan Hasan Bay yang merupakan kadernya diusung sebagai calon wali kota.
"Memang politik selalu mengejutkan, apalagi hajatan Pilwako sudah semakin dekat. Dalam dinamika politik, kondisi ini sangat lumrah dan sering terjadi disetiap even politik karena semua partai akan berhitung dengan cermat untuk mengusung kandidatnya sebagai kontestan yang paling mungkin berpeluang untuk menang," jelas Helmi.
Melihat kondisi ini, jelas untuk sementara Merlisa di atas angin, paling tidak kalau dilihat dari jumlah partai yang mengusungnya, karena bisa dipastikan PAN dan PBB yang nekat mengusung Merlisa tanpa menyodorkan kadernya untuk mendampingi kader dari PDIP tersebut, menunjukan bahwa kedua partai itu melakukan perhitungan pragmatis dengan tidak ingin berspekulasi bersama figur lainnya.
"Kita pasti terkejut apalagi para pesaing Merlisa, pasti harus lebih aktif untuk mengejar jumlah kursi partai yang masih tersisa," katanya.
Kejutan ini, kata Helmi, diikuti oleh kejutan lainnya, dimana Nasdem yang lebih awal telah memberikan dukungan kepada Tauhid-Nursia, tiba-tiba mengeluarkan pernyataan belum final membrikan dukungan kepada pasangan tersebut dan memberikan alternatif untuk kadernya dan akhirnya memunculkan Husni Bopeng sebagai calon wali kota yang tentunya akan meramaikan kontestan Pilwako.
Keputusan Nasdem ini sangat realistis, selain Nasdem punya tiga kursi, Husni Bopeng merupakan kader yang memiliki elektablits yang cukup tinggi, paling tidak sebagai kontestan yang sangat patut diperhitungkan oleh Merlisa Marsaoly dan kontestan lainnya.
"Melihat realitas ini, dinamikan politikpun akan semakin dinamis dan bisa timbul kejutan lainnya. Kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi dalam beberapa waktu ke depan," ujar dosen Ilmu Komunikasi UMMU ini.
Apalagi jika PPP dan PKB sudah final dengan pasangan Ikbal Djabid-Jasri Usman. Sementara Nasdem yang modal tiga kursi membutuhkan tiga kursi tambahan guna menggenapkan jumlah yang dibutuhkan 6 kursi untuk mengusng Husni.
Selain itu, Nasdem juga membutuhkan figur yang dapat mendongkrak elektablitas Husni. Untuk itu, melihat realitas yang ada, kemungkinan Husni Bopeng perlu merayu Gerindra, Berkarya, PKS, Hanura serta Perindo. Dan pasangan Nini yang paling realistis dilihat dari kontestan yang ada untuk papan dua, maka Firman Sjah kemungkinan dapat mengangkat elektabilitas Husni. Mengingat peluang untuk berpasangan dengan Demokrat yang lebih kecil karena tidak ada figur papan dua yang memadai untuk Husni Bopeng.
"Kalaupun mau dipaksakan maka kemungkinan lain adalah Erwin Umar dari Perindo, kalau Perindo tidak bergabung dengan koalisi PDIP. Tapi isu gender bisa mengurangi serangan ke Husni kalau berpasangan dengan Firman Sjah," kata Helmi.
Begitupun jika dilihat dari representasi etnik, dimana Husni mewakli kaum urban dan Firman mewakili etnik Ternate.Tapi tentu Husni dan Nasdem yang lebih tahu dengan siapa mereka harus berpasangan.
"Lalu bagaimana dengan Hasan Bay dan Abdullah Taher? Mengamati situasi ini membuat kedua tokoh ini akan mengalami kesulitan, mengingat Hasan Bay yang elektablitsnya lumayan besar agak terhambat karena tidak memiliki partai, sementara Abdullah Taher yang punya modal 4 kursi di Demokrat membutuhkan figur yang bisa mendongkrak elektablitasnya yang belum terlalu moncer sekarang ini, sehingga kemungkinan-kemungkinam bisa terjadi," kata alumni Unpad Bandung ini.
Lanjut Helmi, jika Demokrat ngotot dengan Abdullah Taher, maka kemungkinan Abdulah Taher harus bisa rayu sama Gerindra atau Berkarya dan memilih berpasangan dengan Hasby Yusup atau Nurlaila Armayn, karena hanya kedua figur itu yang paling mungkin untuk dirangkul Abdullah.
Semntara jima Abdullah dan Demokrat mau lebih realistis maka menarik Hasan Bay untuk berpasangan dengan Abdullah Taher. Bahkan kejutan lain kemungkinan bisa terjadi jika Hasan Bay berpasangan dengan Heni Sultan Muda, mengingat fenomena politisi perempuan "cukup" mendapat sambutan dari masyarakat kota Ternate.
Tapi Abdullah dan Demokrat pasti akan jeli melakukan perhitungan. Untuk itu bisa menjadi pertarungan yang akan menarik. Tapi semua itu hanya kemungkinan-kemungkinan, karena dalam politik tidak ada yang mustahil.
"Menarik untuk kita nantikan kejutan lainnya dalam beberapa waktu ke depan," pungkas Helmi.(red)