TERNATE, OT - Penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Maluku Utara masih mengalami tantangan dan kendala yang cukup serius.
Selain kondisi geografis di Provinsi Maluku Utara yang terdiri dari gugusan pulau, kendala serius lainnya adalah minimnya infrastruktur pendukung jaringan telekomunikasi (internet) yang masih terbatas.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, Dwi Putra Indrawan mengatakan, kondisi Maluku Utara yang terdiri dari gugusan pulau, menyebabkan terhambatnya aksesibilitas serta pelaksanaan sosialisasi-edukasi secara langsung terkait QRIS kepada masyarakat.
“Selain itu, infrastruktur telekomunikasi yang belum merata di Maluku Utara sehingga menghambat akses masyarakat terhadap internet, dan akses masyarakat terhadap handphone yang belum menyeluruh," kata Dwi.
Menurutnya, berdasarkan data BPS tahun 2022 tingkat kepemilikan handphone di Maluku Utara masih berada di angka 61,58 persen.
Meski begitu, Dwi mengklaim, transaksi digital seperti penggunaan QRIS terus mencatatkan pertumbuhan positif.
Tercatat hingga akhir Desember 2023, jumlah merchant di Maluku Utara telah mencapai 91.720 merchant dengan pertumbuhan tahunan sebesar 13,18 persen (yoy).
“Selain itu dari sisi jumlah pengguna QRIS, di Maluku Utara per Desember 2023 tercatat sebanyak 75.657 pengguna atau meningkat sebesar 146 persen (yoy),” pungkasnya.
(fight)