TERNATE, OT - Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Maluku Utara merilis data kinerja perbankan di wilayahnya pada kegiatan Media Gathering Tahun 2025 yang diadakan di Ternate pada Senin (1/12/2025).
Kepala OJK Provinsi Maluku Utara, Adi Surahmat, menyampaikan bahwa secara umum kinerja penyaluran kredit menunjukkan pertumbuhan positif dan stabil, meskipun terdapat peringatan dini terkait risiko kredit.
Menurutnya, kinerja penyaluran kredit di Provinsi Maluku Utara pada September 2025 menunjukkan pertumbuhan yang positif dan terjaga. Pertumbuhan ini sejalan dengan peningkatan pada sektor konsumsi dan perdagangan.
Total Penyaluran Kredit, tercatat sebesar Rp16,17 triliun, tumbuh 8,95 persen (yoy), yang mencerminkan kepercayaan perbankan terhadap prospek ekonomi daerah masih terjaga.
Kualitas Aset Kualitas aset perbankan masih terkendali. Namun, Rasio NPL gross (Non-Performing Loan) tercatat sebesar 4,28 persen. Peningkatan ini dibandingkan periode sebelumnya merupakan early warning untuk penguatan manajemen risiko kredit.
Struktur kredit struktur penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan porsi sekitar 62 persen. Dominasi ini menunjukkan peran tinggi sektor rumah tangga terhadap perekonomian daerah.
Berdasarkan Sektor Ekonomi (September-2025), sektor rumah tangga menjadi kontributor utama dengan pangsa 47,83 persen. Diikuti oleh perdagangan besar dan eceran sebesar 14,45 persen, dan pertambangan sebesar 13,46 persen. Mayoritas NPL berasal dari segmen rumah tangga (74,86 persen) dan perdagangan (9,72 persen).
OJK juga menekankan perlunya upaya bersama untuk mendorong peningkatan porsi kredit produktif. Sektor-sektor prioritas daerah yang perlu didorong antara lain, Pertanian dan perikanan. Pertambangan dan penggalian bernilai tambah (hilirisasi). Pariwisata dan jasa penunjang ekonomi lokal.
"Langkah ini sejalan dengan agenda transformasi ekonomi Maluku Utara menuju struktur yang lebih berdaya saing dan berkelanjutan," tegasnya.
Perkembangan sektor lain sambung Adi seperti Perbankan Syariah, tercatat pertumbuhan 14,45 persen (yoy). Porsi pembiayaan sebesar 8,65 persen dari total kredit. Tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) terkendali di 1,40 persen.
"Fokus pembinaan ke depan adalah penguatan pembiayaan hijau dan inklusif, termasuk dukungan terhadap UMKM," ujar Adi Surahmat.
Dikatakan, Kredit UMKM (Bank Umum) total penyaluran mencapai Rp3,46 triliun.Porsinya sekitar 21 persen dari total kredit. Pertumbuhan kredit UMKM sebesar 1,44 persen (yoy). Kualitas kredit (NPL gross) berada di level 3,24 persen, masih dalam batas kewajaran.
"OJK mendorong perbankan untuk memperluas jangkauan pembiayaan UMKM melalui optimalisasi KUR, kolaborasi lembaga pembiayaan alternatif, dan pemanfaatan layanan keuangan digital," ungkapnya.
Dana Pihak Ketiga (DPK) kinerja penghimpunan DPK menunjukkan peningkatan positif secara umum di seluruh kelompok bank. DPK bank Persero (BUMN) tetap menjadi kontributor terbesar, tumbuh dari Rp8,76 triliun menjadi Rp11,34 triliun. Bank BUMD mencatat pertumbuhan signifikan dari Rp0,41 triliun menjadi Rp2,20 triliun.
Kinerja BPR/S (Per Oktober 2025) Aset, Kredit, dan DPK total aset tumbuh 19,33 persen (setelah mengalami penurunan signifikan di Des-23 karena merger). Penyaluran kredit/pembiayaan terus menunjukkan tren peningkatan. Penghimpunan DPK meningkat pesat sebesar 24,51 persen.
Struktur DPK, pertumbuhan terbesar terjadi pada pos tabungan sebesar 43,27 persen. Porsi tabungan (CASA) mencapai 51,98 persen dari total DPK.
Struktur Kredit, kredit konsumsi masih mendominasi dengan pertumbuhan terbesar 22,20 persen dan porsi 96,95 persen. Kredit konsumsi ini didominasi kredit kepada PNS dengan skema pemotongan gaji.
Kredit UMKM BPR/S mengalami penurunan dalam 2 tahun terakhir dengan porsi hanya 4,45 persen dari total kredit. Risiko kredit UMKM BPR/S relatif kurang terkendali dengan rasio NPL mencapai 15,33 persen.
(ier)







