Home / Berita / Pendidikan

Tak Mau Ketinggalan, Kemenag Kukar Diseminasi Program PINTAR Tanoto Foundation

27 Februari 2019
Salah seorang fasilitator sedang memfasilitasi pelatihan pembelajaran aktif kerjasama Kemenag dan Tanoto Foundation disalah satu gedung madrasah As Adiyah Samboja, Kutai Kartanegara

 

KUTAI KARTANEGARA, KALTIM,OT- Model pelatihan pembelajaran aktif yang dikenalkan oleh Tanoto Foundatation lewat program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran) menarik banyak pihak untuk mengadopsinya.

Pada bulan Januari Kemarin, Kemenag Balikpapan melatih 289 guru Madrasah Ibtidayiah, kini giliran Kemenag Kutai Kartanegara, bersama Tanoto Foundation, melatih 125 guru MI dan MTs.

 

Pelatihan yang dilaksanakan di Kecamatan Samboja ini merupakan pelatihan gelombang pertama. Pelatihan gelombang kedua akan dilaksanakan di Kecamatan Loa Janan awal bulan Maret dengan jumlah peserta yang juga hampir sama.

 

Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kemenag Kutai Kartanegara, Ihsanul Karim dalam rilisnya yang diterima indotimur.com menyampaikan, tujuan mengadopsi pelatihan ini adalah agar para guru di madrasah menjadi guru yang professional.

Ia berharap, guru bisa mengelola dan menangani kelas dengan baik. “Guru harus sabar, karena Allah menjanjikan pahala yang besar bagi orang-orang yang sabar,” ujarnya di depan peserta yang memadati gedung Yayasan As Adiah, Samboja, Kutai Kartanegara.

 

Banyak diantara peserta adalah guru agama Islam. Mereka juga  dikenalkan unsur-unsur pembelajaran aktif yaitu MIKIR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi). “Guru agama juga sudah harus banyak berubah cara mengajarnya, tidak hanya model ceramah. Karena metode ceramah terbukti kurang efektif membuat anak menyerap pelajaran,”ujar Ponidi,  salah seorang fasilitator daerah proram PINTAR Tanoto Foundation dari Kukar.

 

Sementara Spesialis Pembelajaran Sekolah Menengah Program PINTAR Tanoto Foundation, Agus Prihantoro menjelaskan, model pengajaran aktif perlu disebarkan ke seluruh guru di Kaltim agar kebiasaan siswa yang hanya mendengar apa saja secara pasif oleh guru dihilangkan. 

"Siswa harus dilibatkan dalam diskusi, presentasi dan memecahkan masalah bersama-sama agar potensinya bisa lebih banyak berkembang dan bisa lebih memiliki ketrampilan abad 21,” ujarnya.

 

Ia berharap, dengan pelatihan ini siswa-siswa akan lebih banyak terlibat dalam tugas-tugas yang membutuhkan penalaran tingkat tinggi, yaitu menganalisis, melakukan sintesa, mengevaluasi dan mengkreasi.

“Mereka harus sering melakukan sesuatu secara nyata sambil mempelajari terhadap apa yang dilakukan. Oleh karena itu, tugas yang diberikan guru  terhadap siswa juga harus lebih sesuai konteks kehidupan nyata,” tutupnya.(red)


Reporter: Fauzan Azzam

BERITA TERKAIT