JAKARTA, OT- Koordinator Nasional (Kornas) Forum Keluarga Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Fokal IMM) dan Dewan Pimpinan Pusat IMM, menyesalkan sikap aparat Kepolisian yang represif terhadap mahasiswa yang melaksanakan unjuk rasa penolakan RKUHP dan RUU kontroversi lainnya diberbagai daerah di Indonesia, hingga korban berjatuhan.
Salah satunya adalah kader terbaik Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) atas nama Immawan Randi. Mahasiswa Fakultas Perikanan Universitas Haluoleo agkatan 2016 itu tewas setelah tertembak dengan peluru tajam di dada. Peristiwa itu terjadi saat bentrokan pecah antara mahasiswa dan pihak keamanan.
Ketua Umum Kornas Fokal IMM Armyn Gultom menyampaikan, turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya kader terbaik di Sultra, semoga almarhum husnul khatimah.
Dengan adanya peristiwa itu, lanjut Armyn Gultom, Kornas Fokal IMM menyampaikan beberapa hal penting, yakni menyesalkan sikap aparat yang represif dalam peristiwa demosntrasi tersebut dan mendesak pengusutan secara tuntas jujur, adil dan transparan, sehingga tidak menimbulkan fitnah.
Selain itu, Armyn mengimbau, kepada seluruh kader IMM dan alumnin di seluruh Indonesia agar tetap tenang dan tidak terhasut untuk melakukan tindakan anarkis. “Khusus kader dan Alumni IMM di Sulawesi Tenggara supaya bisa melakukan dan mengawal proses hukum, sehingga benar-benar memenuhi rasa keadilan yang seadil-adilnya,” ujar Armyn.
Sementara Ketua Umum DPP IMM Najih Prastiyo, peristiwa ini adalah bukti nyata dari tindakan represif yang dilakukan oleh pihak keamanan terhadap mahasiswa yang ingin menyuarakan aspirasinya.
“Kami, IMM se-Indonesia menyatakan belasungkawa yang mendalam atas meninggalnya salah satu kader IMM yang tertembak peluru tajam ketika melakukan aksi di Kendari. Ini adalah kehilangan yang sangat besar bagi kami,” ungkap Najih.
Najih lantas mempertanyakan prosedur pengamanan aksi yang kemudian sampai menodongkan senjata dan terjadi penembakan hingga ada yang tewas. Menurutnya, tidak dibenarkan prosedur pengamanan aksi sampai dengan terjadi penembakan peluru tajam.
“Secara pribadi dan insitusi IMM saya mengecam atas terjadinya peristiwa ini. Bagaimana bisa dibenarkan prosedur pengamanan unjuk rasa dengan memakai senjata lengkap dan peluru tajam. Ini mau mengamankan aksi atau mau perang kepada mahasiswa. Pihak kepolisian harus bertanggung jawab mengusut kasus ini sampai tuntas, dan kami kader IMM se-Indonesia akan mengawal penuh kasus ini,” tegas Najih.
Menurut Najih, penyampaian aspirasi secara lisan dan tertulis dilindungi oleh undang-undang. “Mahasiswa itu bukan penjahat negara yang harus ditembaki dengan seenaknya saja. Kami menuntut kepada Kapolri untuk mengusut kasus ini sampai benar-benar terang dan pelaku penembakan Kader Kami (Immawan Randi) dapat tertangkap secepatnya," tegas Najih.
Najid memerintahkan, kepada seluruh Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah se-Indonesia untuk melakukan konsolidasi di masing-masing basis dan level pimpinan, untuk menyerukan aksi solidaritas atas tewasnya Immawan Randi ketika di medan aksi dan melawan segala bentuk represi dari pihak keamanan terhadap mahasiswa.
“Kepada seluruh kader IMM se-Indonesia, mari kita rapatkan barisan dan melakukan konsolidasi di basis dan setiap level kepemimpinan, untuk menyerukan aksi atas tewasnya saudara kita Immawan Randi,” tegasnya.(red)