TERNATE, OT – LSM Rorano Provinsi Maluku Utara (Malut) mendesak kepada gugus tugas segera melakukan isolasi terhadap puluhan warga yangtelah melakukan kontak langsung terhadap pasien yang positif virus corona (Covid-19), jika tidak puluhan warga Ternate terancam kena virus tersebut.
Pasalnya, berdasarkan data tracking LSM Rorano dari berbagai sumber menyebutkan, pada saat yang bersangkutan ditetapkan sebagai Pasien Dalam Pemantauan (PDP) Covid-19 oleh gugus tugas penanganan Covid-19 Malut pada tanggal 18 Maret 2020, tidak diisolasi tapi dirawat di ruang paru RSUD Chasan Boesoerie Ternate.
Setelah itu, tanggal 21 Maret 2020 pasien disuruh pulang karena dianggap telah sehat, namun pada tanggal 23 Maret kemarin, petugas Dokes Polda Malut menjemput yang bersangkutan di kediamannya, karena berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium positif Covid-19.
Direktur LSM Rorano Provinsi Malut, M Asghar Saleh kepada sejumlah wartawan mengatakan, disaat pasien tersebut dirawat di ruang paru RSUD hingga keluar pada 21 Maret dan masuk kembali di 23 Maret 2020, telah melakukan kontak dengan puluhan orang.
Kata Asghar, berdasarkan data yang diperoleh bahwa orang-orang yang sudah melakukan kontak langsung dengan pasien postif Covid-19, yaitu untuk tim medis di RSUD Chasan Bosoirie terdapat 18 orang di ruang paru, 4 orang ruang UGD, 4 orang di ruang Poli Penyakit Dalam, 1 orang ruang Rontgeng serta 6 orang di Rumah Sakit Tentara (RST) Ternate dan 2 petugas disalah satu Bank swasta di Kota Ternate.
Jumlah ini, lanjut Asghar, hanya terkonfirmasi sementara yang belum terkonfirmasi masih banyak, karena yang bersangkutan disaat dikeluarkan dari RSUD sudah pergi ke pasar, toko swalayan bahkan ke acara pesta perkawinan.
“Pengakuan pasien sudah ke pasar beli ikan, sudah berapa banyak orang lagi yang bersentuhan langsung,” kata Asghar Saleh, kepada sejumlah wartawan, Selasa (24/03/2020) di Ternate.
Menurutnya, gugus tugas Covid-19 sudah melakukan kelalaian yang sangat fatal karena lebih dari 30 orang yang sudah terkontaminasi dengan pasien positif ini. “Saya anggap ini adalah kelalaian yang tak bisa ditolelir,” katanya.
Lanjut Asghar, untuk meneyelamatkan banyak orang termasuk mereka yang telah kontak langsung, segera dilakukan isolasidi di rumah sakit, tidak boleh dilakukan isolasi mandiri. Dikatakan, dari pengalaman yang terjadi, banyak tim medis termasuk dokter yang meninggal karena melakukan kontak langsung meskipun telah dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai SOP.
“Bagaimana dengan tim medis kita yang sudah kontak langsung tanpa menggunakan APD sesuai SOP penangangan Covid-19,” kata Asghar Saleh.
Katanya, isolasi selama 14 hari penting sebagai langkah antisipasi agar virus tidak menyebar. Isolasi juga penting agar puluhan orang ini tidak berhubungan dengan orang lain atau keluarga mereka dan mereka mendapat pengawasan yang intens agar memberi mereka rasa aman juga.
Untuk itu, mantan Ketua Komsisi III DPRD Kota Ternate ini meminta, Gubernur dan Wali kota Ternate segera tentukan tempat yang layak dan aman guna dijadikan tempat isolasi seperti Asrama Haji, gedung bekas RS Darma Ibu atau dimana saja agar orang-orang yang telah kontak langsung dengan pasien positif Covid-19 bisa diisolasi.
Asghar menambahkan, saat ini ruangan isolasi di RSUD Chasan Boesoerie tidak lagi mencukupi karena ada PDP semalam disuruh pulang ke rumah, sebab tidak ada ruangan lagi.
“Ini sangat riskan masa ada PDP yang disuruh pulang di rumah, karena tidak ada ruangan isolasi lagi di RSUD sebagai Rumah Saki rujukan,” katanya.(ier)