HALSEL, OT - Kasus main hakim sendiri yang dilakukan oleh oknum polisi di desa Saketa kecamatan Gane Barat, mendapat kecaman dari keluarga korban.
Salah satu keluarga korban Rahmat Abd Fatah, menyampaikan kekesalnya terhadap aksi oknum polisi tersebut, lantaran dinilai main hakim sendiri tanpa dasar yang jelas pada keponaknya bernama Galang (13).
Padahal kata Rahmat, ponaknya tersebut hanya mendapat fitnah terkait aksinya “merekam perempuan yang sedang mandi” namun tanpa dasar yang jelas oknum polisi tersebut langsung menangkap keponaknanya dan memenjarakannya disertai pemukulan yang berujung dengan luka/memar pada sejumlah bagian tubuh dan muka.
"Jadi dia (korban) dipukul oleh oknum polisi pada Kamis (6/7/2023) di Kantor Polsek Desa Saketa. Peristiwa tersebut banyak disesali oleh warga tetapi karena yang memukul adalah pihak polisi. Warga merasa tidak memiliki kuasa untuk membela," terang Rahmad.
Kejadian ini baru terungkap dan ramai dibicarakan di Grup Whtashap SAKETA NOMAI setelah salah satu keluarganya yang sedang menempuh studi Doktoral di Malang diberitahu dan kemudian menyampaikan kekesalannya di WAG tersebut," ujar Rahmat.
Rahmat mempertanyakan, sikap oknum polisi tersebut yang diduga meian hakim sendiri.
"Atas dasar apa anak ini di pukul? Pihak pelapor saja sampai sekarang ragu dengan keterangannya. Hanya dengan dasar keterangan “KAYAKNYA Galang”. Dia langsung dibawa ke Polsek dan mendapat pukulan oleh oknum polisi sampai pipi dan belakangnya luka-luka”. sebutnya.
Padahal kata Rahmat, menurut saksi Galang sedang bersama teman-temannya dan karena itu tidak terlibat dengan kasus tersebut
"Salah satu Warga dengan nama Akun Gharnelita Lhita di WAG tersebut mengatakan “Galang tidak ditangkap, dan mereka (pelapor dan Keluarga Perempuan yang direkam) juga tidak tau siapa yang merekam. Mereka cuman bilang Kayaknya Galang, ini berarti belum jelas, masa langsung dihukum," sesalnya.
Atas kejadian tersebut, kata Rahmat, pihak keluarga sesali dan mengecam Oknum Polisi yang tidak Profesional. karena Sebagai polisi harusnya lebih dewasa, tenang dan terukur dalam mengambil keputusan apalagi terhadap seorang anak.
Apa yang dilakukan oknum polisi ini tentu merusak citra kepolisian yang terus berupaya di jaga oleh berbagai pihak.
“Kasihan Kakak perempuan saya di kampong yang anaknya dipukul hanya bisa menangis dan pasrah menerima situasi tersebut. Oknum polisi tersebut harus dibina khusus sebelum kembali membinasakan orang lain," cecarnya.
Sementara itu, Kades Saketa, Idjul Kiat, dikonfirmasi membenarkan adanya aksi pemukulan terhadap warganya yang dilakukan oleh oknum polisi di Polsek Saketa.
Kades juga mengaku belum mengetahui pasti letak permasalahannya karena saat kejadian dirinya berada di ibukota kabupaten dalam proses pengurusan.
"Saya juga belum mengetahui pasti karena saya juga baru balik dari bacan. Saya sebagai Kades Saketa menyampaikan bahwa, kalaupun merasa bahwa persoalan itu belum selesai, silahkan pihak keluaga korban mengadu ke kantor desa sehingga bisa kami mediasi persolan yang dimaksud, jangan timbul kesalapahaman," harapnya.
Di sisi lain, Kapolsek Saketa, Iptu Wawan, Dikonfirmasi melalui telepon selularnya enggan merespon, begitu juga SMS yang dilayangkan oleh wartawan. hingga berita ini diturunkan.
(iel)