TIDORE, OT - Desa Wisata Akebay, kcamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kpulauan, Maluku Utara (Malut), memiliki potensi yang luar biasa.
Keindahan panorama alam bawah laut, alam pegunungan, budaya lokal serta masyarakat yang hebat dengaan kreativitas dan inovasi serta semangat yang tinggi untuk memajukan daerahnya, mmbuat desa tersbut mnjadi terknal.
Melalui pengembangan destinasi wisata pantai yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan maupun diramaikan oleh gelaran-gelaran event dari berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan komunitas kreatif hingga berbagai perguruan tinggi, sebagaimana nampak ramai beberapa waktu belakangan ini, dimana Akebay ramai dikunjungi dan dipadati oleh program field studi maupun kegiatan volunteers tourism dan Fun Camp berupa bakti sosial, games outbounnd, English study, talkshow dalam ragam tema, dan lain-lain sebagainya.
Alasan utama bagi kebanyakan turis baik domestik maupun mancanegara untuk menjatuhkan pilihannya berkunjung ke Akebai, karena merupakan salah satu destinasi wisata bahari yang begitu memesona.
Akebay kini telah menjadi salah satu destinasi ekowisata dan agrowisata yang menjadi target kunjungan wisatawan, baik domestik maupun wisatawan asing, terlebih setelah berhasil mengharumkan Kota Tidore Kepulauan dalam meraih prestasi Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2023 yang dipandang sebagai simbol kebangkitan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia tersebut.
Dibalik perolehan prestasi tersebut tentunya ada peran serta insan-insan kreatif dan inovatif yang memiliki etos, epos dan etik yang patut pula diapresiasi. Mereka adalah masyarakat Akebay itu sendiri yang tiada hentinya bekerja keras dan berupaya untuk memajukan dan menjadikan Akebay sebagai salah satu destinasi wisata pantai yang terus berkembang sebagaimana realitas kondisi saat ini.
Dibalik peran serta masyarakat yang antusias dan berkomitmen untuk saling bahu membahu memajukan Akebay tersebut, terdapat seorang tokoh penting yang giat bekerja sejak beberapa tahun lalu, bersama pemuda dalam memajukan Akebay sebagaimana yang kita lihat saat ini, sebut saja Safrisal Ibrahim begitulah nama lengkap pria yang kini masih aktif menjabat sebagai Kepala Desa (Kades) Akebay atau biasa disapa Bung Ijal.
Sejak lahir hingga dewasa menjalani kehidupannya di kampung halaman Akebay. Menempuh pendidikan terakhir di Program Studi Sosiologi Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik, Univrsitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) sejak tahun 2010 dan berhasil menyelesaikan studinya pada tahun 2017.
Sebagai pribadi yang mendalami ilmu dan kajian Sosiologi, tentu sangatlah memahami perspektif sosiologis tentang status dan peran. Peran sertanya dalam pembangunan desa Akebay telah berlangsung semasa dirinya masih aktif tercatat sebagai mahasiswa, ketika itu aktif bergelut dan menjadi Ketua Karang Taruna Desa Akebai selama periode 2015 hingga 2019. Sambil aktif semasa studi, dirinya aktif pula mengabdikan hidupnya sebagai perangkat desa sejak tahun 2014.
Realitas ini seolah ikut membentuk mentalitas dan orientasi berpikir dirinya untuk menatap masa depan dengan beban tanggungjawab serta amanah yang dipercayakan oleh masyarakat sebagai Kepala Desa, terhitung sejak pelantikannya pada Desember tahun 2019 silam.
Di usianya yang masih muda ini, dia telah berhasil mengharumkan Kota Tidore Kepulauan dalam meraih prestasi Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2023. Atas keberhasilan itu, Desa Akebay yang berpenduduk 348 jiwa dengan mayoritas mata pencahariannya 99% nelayan. Maka tak heran, desa tersebut banyak dikunjungi wisatawan asing maupun domestik serta setiap saat diramaikan oleh gelaran-gelaran event dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta dan komunitas kreatif.
Sang Kepala Desa yang enerjik, milenialis, dikenal ramah dan cerdas juga dekat dengan semua kalangan, sehingga menjadikan interaksi antara sesama warga lintas kalangan tidak menjadi kaku atau berjarak antara satu sama lain.
Demikian pula hubungan interaksi dan komunikasi yang terjalin dengan para wisatawan, terasa mengalir secara alamiah penuh canda gurau dan dinamis dalam memperbincangkan berbagai hal tentang Akebai dan segala potensinya.
Sosok pribadi Bung Ijal meskipun tergolong masih muda, namun sangat bijak dan matang dalam menghadapi realitas dan dinamika sosial yang terjadi di sekitarnya. Mungkinkan karena bermodal ilmu Sosiologi yang lebih fokus pada kajian tentang interaksi sosial, sehingga sangat menguasai hal-hal yang berkait dengan problematika dan dinamika sosial kemasyarakatan di lingkungannya?.
Yang pasti, bahwa Bung Ijal memiliki pengalaman yang panjang dalam bergelut dengan organisasi kepemudaan serta terjun langsung sebagai perangkat Desa Akebay, sehingga matang dalam praktik menjalankan roda kepemimpinannya.
Keberhasilan kepemimpinannya, menurut Bung Ijal, tak akan berarti apa-apa jika tanpa partisipasi dan kerja keras seluruh masyarakat Akebay yang dipimpinnya. Dengan budaya "Babari" atau gotong royong yang diwariskan oleh para leluhur di negerinya telah menjadi modal sosial sebagai kekuatan pembangun bagi upaya bersama memajukan negeri dan masyarakat tentunya.
“Partisipasi aktif masyarakat inilah sesungguhnya menjadi kunci keberhasilan mewujudkan Akebay berkembang maju, hingga dikenal luas oleh masyarakat saat ini,” ucapnya.
Bergelut bersama masyarakat yang memiliki spirit dan visi yang sama untuk mengembangkan Akebay menjadi desa wisata dan sangat strategis dalam hal pengembangan ekowisata yang ramai dikunjungi para wisatawan sebagaimana yang kita saksikan saat ini bukan sekedar warga sekitar seperti dari kota Ternate, melainkan dari berbagai daerah dari luar provinsi Maluku Utara hingga berbagai negara seperti Perancis, Swis, Spanyol, dan lain-lain.
Paling terakhir adalah kunjungan mahasiswa pasca sarjana dari Australia yang turut memberikan training kepada kelompok sadar wisata dan masyarakat setempat di kawasan wisata pantai Akebai pada dua pekan lalu.
Berbagai pelatihan aktif diikuti oleh Safrisal Ibrahim bersama para warganya, antara lain yang berkaitan dengan kepariwisataan seperti homstay dan berbaagai tematik yang berkaitan dengan pengembangan destinasi wisata dan lain-lain.
Hal ini tentu menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan Akebay secara profesional. Berbagai fasilitas yang dubutuhkan pengunjung setidaknya dapat tersedia di sini, seperti kebutuhan makanan ringan dan minuman, toilet hingga 8 (delapan) homestay yang siap melayani para wisatawan.
Menurut Bung Ijal, di tahun 2024 mendatang akan dibangun 3 (tiga) buah Cotage di sekitar kawasan Akebay, hal ini bertujuan untuk memberikan pelaayanan ekstra kepada para wisatawan yang berkunjung serta memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk lebih lama tinggal di Akebay, guna mengeksplore berbagai potensi yang tersedia, baik alam dan budaya serta sejarah dan masyarakatnya.
“Bagi tamu asing luar negeri yang berkunjung ke Akebay, tentunya tak perlu merasa khawatir untuk urusan penerjemahan bahasa, karena dua warga Akebay yang saat ini berstatus mahasiswa sangat membantu untuk melayani sebagai guide bagi para turis mancanegara,” ujar Bung Jai.
Sementara aspek keamanan, bisa dipastikan tak akan menemui masalah yang berarti karena di kawasan Akebay ini juga difasilitasi CCTV yang didukung dengan masyarakatnya yang ramah dan mengedepankan keselamatan, keamanan serta kenyamanan para pengunjung.
Bahkan, bagi yang akan menunaikan ibadah khususnya bagi umat muslim telah disediakan sebuah ruang Musalah, demikian pula kebutuhan makan dan minum yang dapat dijamu oleh para ibu-ibu yang mengelola 7 (tujuh) buah warung dengan ragam cita rasa kuliner khas Akebay, Maitara, diantaranya yang sangat populer adalah buah Sukun atau dalam bahasa lokal disebut "Amo".
Pada kurun waktu dua pekan lalu, kades bersama Kelompok Sadar Wisata dan masyarakat Akebay menjadi sorotan publik ketika secara kolaboratif bersama manajemen project literasi Digital provinsi Maluku dan Papua sukses menggelar special event bertajuk "Akebay Maitara Beautiful Sunset" dengan berbagai konten acara.
Diantaranya, Frienship Camp, Akebai Gala Dinner bersama mahasiswa S2 Australia, Akebai Makin Cakap Digital bersama para konten kreator, live Music dan sejumlah acara menariknya yang dihadiri langsung oleh Wakil Walikota Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen serta beberapa kepala Dinas terkait. Pada kegiatan serupa sebelumnya juga dihadiri langsung oleh Wali kota Tidore Kepulauan, Capt. Ali Ibrahim yang sekaligus melaunching Desa Wisata Akebai dalam gelaran event kampanye makin cakap digital dibawah pimpinan Thamrin Ali Ibrahim selaku regional project director literasi digital Maluku dan Papua.
Saat dikonfirmasi tentang project ini, Safrisal Ibrahim menyampaikan, di tengah transformasi digital yang semakin pesat maka diperlukan kolaborasi dan networking tanpa batas, namun tak kalah pentingnya juga adalah kemampuan beradaptasi dengan kemajuan zaman, sehingga dibutuhkan manusia- manusia yang cakap digital terutama dalam kepentingan branding dan marketing untuk promosi pariwisata sebagaimana yang dihadapi saat ini yaitu mengembangkan Akebai sebagai Desa Wisata yang profesional dan sukses kedepan.
Bertumpa pada semangat lokalitas kerja gotong royong yang berbasis pada kearifan budaya lokal "Babari" sebagai social capital dan kekuatan pembangun diharapkan kepemimpinannya bersama seluruh anggota masyarakat dapat membuahkan hasil maksimal menuju terwujudnya masyarakat yang damai dan sejahtera. Pungkas Ijal, sang lokomotif desa wisata Akebay Maitara Kota Tidore Kepulauan.(red)