TERNATE, OT - Minimnya fasilitas di kawasan wisata kebun cengkeh yang terletak di RT 08/RW 04 Kelurahan Gambesi Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate, dikeluhkan para pengunjung.
Meski kawasan tersebut telah lama diketahui masyarakat Maluku Utara dan kerap menjadi tunuan wisata, namun lokasi wisata Kebun Cengleh tidak mengalami perubahan.
Hasmi, salah satu pengunjung saat ditemui indotimur.com Minggu (26/1/2020) mengatakan, sejak ramai dikunjungi warga, kawasan tidak mengalami perubahan atau perkembangan, baik dari segi fasilitas atau wahana.
Menurutnya, tempat wisata seperti ini, akan lebihenarik jika ada campur tangan pemerintah, baik pemerintah Kelurahan maupun instansi terkait (Dinas Pariwisata), sehingga tidak terkesan begitu-begitu saja.
Selain wahana bermain seperti ayunan, tempat santai untuk para pengunjung, kawasan tersebut harus dilengkapi sarana laimnya seperti kantin dan kamar kecil (toilet-red), "ketika ada pengunjung yang ingin makan langsung ke kantin, sehingga tidak perlu repot-repot untuk keluar cari makan di tempat lain, dan itu juga menambah penghasilan dan pendapatan pihak kantin dan juga pihak pengelola," katanya.
"Sedangkan kalau fasilitas lainnya, agar supaya para pengunjung tidak bosan, karena setiap datang ada perubahan atau suasananya berbeda enak dinikmati dibandingkan sebelumnya," saran Hasmi.
Dia mengaku, telah menjadikan Kebun Cengkeh sebagai tempat berwisata jika liburan, "mengajak keluarga untuk berkunjung di tempat ini, biar minim fasilitas, tetap kalau ada hari libur saya sempatkan waktu dengan keluarga untuk berkunjung ke sini, kebutulan juga tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah," tuturnya.
Sementara itu, Hairul, pengelola wisata Kebun Cengkeh kepada indotimur.com mengaku, keinginan untuk merubah atau menambah fasilitas-fasilitas di tempat wisata tersebut, sudah lama direncanakan.
Namun, yang menjadi kendala untuk merubah atau ingin menambah fasilitasnya, seperti tempat duduk, ayunan, kantin dan lainnya, semua tergantung pemilik lahan, karena tempat ini bukan milik Pemkot atau dikelola oleh pemerintah kelurahan, tapi ini milik pribadi, yang saya kelola," kata Hairul.
Dia mengaku pernah komunikasikan dengan bos atau pemilik lahan untuk dilakukan perubahan atau penambahan fasilitas yang selama ini dikeluhkan pengunjung, tapi hingga saat ini, pemilik lahan tidak merespon keinginan tersebut.
"Bos bilang, biarkan saja kalau ada pengunjung yang ingin berkunjung silahkan datang, dan kalau tidak juga tidak jadi persoalan," terang Hairul mengutip pernyataan pemilik lahan.
Terkait pendapatan, dia mengaku, tidak menentu, tergantung pengunjung, "kalau dapat hanya bisa beli minyak mesin pemotong rumput untuk melakukan pembersihan, sisanya untuk jajan anak ke sekolah dan harga rokok," ujar Hairul seraya mengaku, pendapatannya tidak setiap hari, pada saat hari libur seperti hari Sabtu dan Minggu, jika cuaca bagus.
Jadi kendalanya hanya pada pemilik tempat ini, "harapan kami sebagai pengelola seperti apa yang diharapkan oleh pengunjung, tapi apa bole buat yang ingin dilakukan semua harus melalui pemilik lahan," pungkasnya. (awie)