Home / Berita / Nasional

HARITA Resmi Operasikan Lini Produksi Kedua untuk Pemurnian Nikel

16 Desember 2021

TERNATE, OT- Perusahaan tambang dan hilirisasi terintegrasi HARITA Nickel melalui unit bisnisnya Halmahera Persada Lygend (HPL) saat ini telah mengoperasikan lini produksi kedua di Pulau Obi, Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara (Malut).

Lini produksi kedua ini dapat meningkatkan kapasitas produksi HPL menjadi 250 ribu ton per tahun campuran pada tanah idroksida dari nikel dan kobalt (mixed hydroxide precipitate-MHP).

Lini produksi yang kedua HPL masih merupakan bagian dari fase pertama operasional. Rencananya pada kuartal kedua 2022, proyek lanjutan berupa pabrik nikel sulfat akan selesai dan dapat memproduksi nikel sulfat dan kobaltsulfat. Produk-produk ini merupakan bahan baku yang digunakan untuk baterai kendaraan listrik.

Head of External Relation HARITA Nickel Stevi Thomas mengungkapkan, lini produksi pertama Halmahera Persada Lygend yang telah diresmikan pada Juni 2021 lalu telah beroperasi dengan baik dan menjadi produk ekspor andalan tanah air dan Malut.

“Sebanyak 5.300 ton MHP hasil pemurnian bijih nikel kadar rendah berhasil kami kapalkan akhir Juni lalu. Ini menjadi kebanggaan kita semua, khususnya Halsel dan Malut sebagai daerah yang pertama kali memproduksi dan mengekspor bahan baku baterai kendaraan listrik. Apa yang telah dilakukan HARITA melalui HPL telah menghasilkan devisa serta memberi nilai tambah yang berlipat ganda terhadap komoditas tambang tanah air,” kata Stevi.

Stevi menambahkan, hingga akhir November 2021, HPL telah mengekspor 60 ribu ton MHP. Ekspor MHP ini berdampak langsung pada peningkatan nilai ekspor Malut yang selama ini mengandalkan hasil pengolahan bijih nikel menjadi besi nikel (ferronickel) melalui pabrik peleburan (smelter).

Seperti diketahui, Perwakilan Bank Indonesia Malut dalam pertemuan tahunannya mengungkapkan bahwa industri hilirisasi di Malut mendominasi komoditas ekspor selama 2021 ini. Produk hilirisasi berupa feronikel dan nikel oksida memiliki porsi terbesar, dengan jumlah masing-masing 93,42% dan 4,60%. Angka tersebut menjadi salah satu factor kunci pertumbuhan ekonomi Malut yang mencatatkan nilai positif.

Stevi berharap dengan beroperasinya lini produksi kedua ini ekonomi Malut akan terus meningkat dan juga berdampak pada neraca perdagangan nasional  yang semakin positif. Selainitu, penyerapan tenaga kerja juga semakin bertambah dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi regional, baik Halsel maupun Malut.

HPL juga memiliki komitmen tinggi pada kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan (K3L). Hal ini dibuktikan dengan nol kematian akibat kerja (Zero Fatality) selama masa konstruksi dan operasional pabrik.

Di sisi lingkungan, Stevi Thomas menegaskan, HPL selalu melakukan pemantauan berkala (sampling) guna memastikan operasional sesuai dengan AMDAL danperaturan pemerintah yang berlaku.(red)


Reporter: Tim

BERITA TERKAIT