TERNATE, OT- Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PRIMA DMI) Provinsi Maluku Utara (Malut), melaksanakan kegiatan Safari Magrib Mengaji di Masjid Nurul Huda, Kelurahan Tabam, kecamatan Ternate Utara, Sabtu (25/2020) akhir pekan kemarin.
Kegiatan ini, berlandaskan pada visi ideal PRIMA DMI yakni terwujudnya Masjid Sebagai Pusat Peradaban dan Misi ideal PRIMA DMI, yakni mengembalikan fungsi masjid sebagai pusat peradaban, mencerdaskan remaja dari kebodohan, dengan melakukan tradisi Iqra’ dan keilmuan di lingkungan masjid dan memberdayakan individu dan komunitas remaja, dengan pendekatan apresiatif terhadap minat, bakat dan potensi remaja.
Kegiatan ini dihadiri oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, ketua pemuda, pengurus BKM Masjid Nurul Huda, Pembina PRIMA DMI Malut Hj. Sida S. Bachmid, serta Kepala Tata Usaha Kepala Kantor Agama Maluku Utara Amar Manaf. Selain itu, masyarakat sekitar dan remaja atau pemuda-pemudi ikut hadir dalam kegiatan PRIMA DMI MALUT ini.
Acara diawali dengan salat Magrib berjamaah yang dipimpin oleh salah satu kader PRIMA DMI Malut, Muhammad Kurniawan. Setelah itu, dilanjutkan dengan tausiah singkat dari Ustad Ajun Prawira dengan judul eksistensi remaja masjid yang bertujuan untuk menyemangati para remaja agat selalu aktif untuk memakmurkan masjid.
Hal ini tidak lain karena masjid merupakan tempat yang begitu istimewah untuk segala aktivitas keagamaan, khususnya untuk belajar dan mendalami ilmu-ilmu Islam. Masjid yang beberapa waktu lalu, sempat ditutup karena dampak pandemik, namun sekarang telah dibuka kembali. Oleh karena itu, langkah para remaja untuk kembali bereksistensi di masjid sangatlah dibutuhkan.
Usai tausiah, dilanjutkan dengan salat Isya berjamaah, yang dibuka dengan lantunan ayat suci al-Qur'an dari Muhammad Kurniawan dan sari tilawah Siti Salwa, kemudian dilanjutkan dengan acara lain.
Kepala Tata Usaha Kepala Kantor Agama Provinsi Maluku Utara, Amar Manaf dalam sambutannya menyampaikan, seorang pemuda haruslah memulai langkah mereka dengan rasa penuh tanggung jawab, dan harus berani untuk mengambil resiko.
Apalagi ditengah arus modernisasi yang begitu kuat, kemunculan teknologi canggih tidak boleh membuat para remaja ataupun pemuda harus takluk, melainkan dapat berpartisipasi aktif secara positif demi memanfaatkan modernisasi serta teknologi yanh demikian canggih.
"Inovasi serta kreatifitas haruslah terus-menerus diperbaharui agar para remaja mendapatkan eksistensi positif di lingkungan sekarang. Tentu, dengan menggunakan masjid sebagai wadah untuk melahirkan berbagai ide cemerlang, lewat kajian-kajian serta dialog yang berbobot," ujarnya.
Sementara Pimpinan PRIMA DMI Malut, Muhammad Haikal Dapitan dalam sambutannya mengatakan, pemuda atau remaja masjid haruslah menjadi contoh bagi masyarakat banyak dari segi ilmu, tingkah laku, serta kreatifitas yang dilakukan. Dengan kata lain, apa yang dilakukan oleh remaja masjid, haruslah mendapat dampak positif bagi orang lain.
M. Haikal menyampaikan, sejak terbentuknya PRIMA DMI Malut, organisasi ini telah banyak melakukan kegiatan yang berbasis sosial keagamaan. Seperti, safari ramadhan, bantuan sosial (baju layak pakai dan masker), khazanah pagi yang disiarkan langsung oleh RRI PRO 2 Ternate, pada setiap pukul 05.30 WIT, serta beberapa kegiatan positif lainnya.
Tujuan kegiatan ini, kata M. Haikal, untuk mempererat tali silaturahim antar sesama masyarakat khususnya remaja masjid di Maluku Utara. Kegiatan ini akan hadir pada masjid-masjid lain dan dijadwalkan setiap dua bulan sekali, serta menjadi program tetap PRIMA DMI Maluku Utara.
Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan dialog mengusung tema "Islam dan Budaya Lokal" dengan pemantik M. Sakti Garwan, dan dipandu oleh Dwi Kurnia Aslam. Tema ini sengaja diangkat dengan alasan konstruksi masyrakat Ternate yang dari segi pelaksanaan ibadah mereka, terdapat proses akulturasi antara budaya dengan Islam.
Dialog ini bertujuan membangun ruh intelektual di kalangan remaja, juga sekaligus menampik anggapan bahwa Islam adalah yang bertentangan dengan budaya lokal, tetapi keduanya merupakan potret sinergi yang sudah dibentuk lama sejak Islam hadir di dunia.
Keberadaan Islam di Nusantara yang bercorak sangat spesifik dimana ekspresinya secara intelektual, cultural, social, dan politik memang berbeda dengan ekspresi Islam yang berada di belahan dunia yang lain.
Islam di Indonesia merupakan perumusan Islam dalam konteks “sosio-budaya bangsa” yang berbeda dengan pusat-pusat Islam di Timur Tengah. Kenyataan ini bukanlah peristiwa baru, melainkan berlangsung semenjak awal masuknya agama yang diserukan Nabi Muhammad SAW ini ke bumi Nusantara.
Karakteristik Islam yang begitu unik ini, kemudian menjadikan Islam di Nusantara menjadi kajian para orientalis, seperti Snock Hurgronje, Clifford Geertz, dan Anthony H. John yang melihat tentang perkembangan serta pengaruh Islam di Nusantara ini, yang memunculkan corak yang sangat beragam ini. Dari keragaman itu, al-Quran pada Q.S al-Baqarah (2): 148, juga mengakui bahwa masyarakat terdiri atas berbagai macam komunitas yang memiliki orientasi kehidupan sendiri-sendiri (beragam).
Kegiatan ini kemudian ditutup dengan tabuhan rabana "hadrah", dari Madrasah Aliyah Negeri Ternate, yang berada di pelataran masjid Nurul Huda, Kelurahan Tabam.
PELIPUT: Muhammad Sakti Garwan (Kader PRIMA DMI Malut)
Editor: Fauzan Azzam(red)