TERNATE, OT - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pakativa, mengelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Rencana Aksi Daerah Mendorong Kebijakan Pembangunan Rendah Karbon" di Caffe Bukit Bintang, Kelurahan Toloko, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate.
Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber dari unsur lambaga akademisi, Dr. Asis Hasyim yang memberikan materi tentang lingkungan dalam konteks tema FGD.
Dalam kegiatan yang melibatkan pewarta di Maluku Utara itu, Dr. Asis Hasyim menyampaikan apersiasi kepada LSM Pakativa yang srlama ini concern menyuarakan isu-isu lingkungan di Maluku Utara.
Menurutnya, secara umum, pengertian lingkungan, merupakan keseluruhan kondisi fisik suatu kawasan yang mencakup keadaan sumber daya alam tanah, air, mineral, energi surya, flora, fauna, termasuk juga kelembagaan yang mencakup hasil ciptaan manusia seperti misalnya keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
"Secara harafiah belum terlihat inovasi ataupun inisiatif yang lebih maju untuk mendorong pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan, rendah karbon, dan berdaya ekonomi tinggi. Bahkan dalam kajian dokumen menunjukkan rencana aksi daerah, tidak menjawab sumber emisi dari wilayah-wilayah tersebut," kata Aziz
Dia menyebut, keterlibatan jurnalis, dalam isu lingkungan sangat penting, selain memperkuat pemahaman mengenai isu lingkungan hidup atau bahaya perubahan iklim dalam jangka panjang pada wilayah administrasi Maluku Utara, Di samping itu juga, mengajak semua elemen yang hadir agar bisa merespon dampak individual impact atas kebijakan kaum Kapitalisme.
Sedangkan akademisi, Dr Herman Oesman, menambahkan, dari aspek sosiologi lingkungan dan ekonomi, jika dikaji daerah yang memiliki sumber daya alam, sejatinya adalah daerah yang paling lambat pembangunannya, dan itu terbukti secara pada riset global world.
Menurutnya, fenomena ini diduga memiliki beberapa alasan, salah satunya penurunan tingkat persaingan di sektor-sektor ekonomi lain (akibat apresiasi nilai tukar asli setelah pendapatan SDA mulai memengaruhi ekonomi. Aspek kehidupan dari rezim kapitalis justru menjadi isu yang besar ketimbang isu pilkada serentak.
"Mengapa demikian, karena soal lingkungan dampaknya luas dan berkesinambungan untuk itu harusnya, sembari menyentil para pemimpin dan stakeholder yang lema akan regulasi pada faktor lingkungan hidup," tegasnya.
Dia berharap, kedepan agar fokus grup diskusi tidak hanya sekedar sharring soal kehidupan jangka panjang, namun juga mendorong aksi dalam frame, kepedulian dan merespon isu lingkungan hidup. (ier)